Swiss Legalkan Pernikahan Sesama Jenis, Hasil Referendum Tunjukkan Dukungan Kuat
Hasil referendum yang digelar pada Minggu (26/9/2021), sekitar 64 persen pemilih Swiss mendukung pernikahan sesama jenis.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pemilih Swiss menyetujui rencana pemerintah untuk melegalkan pernikahan sesama jenis.
Hampir dua pertiga pemilih Swiss mendukung pengenalan pernikahan sesama jenis dalam referendum.
Menurut hasil referendum, Minggu (26/9/2021), sekitar 64 persen pemilih mendukung pernikahan sesama jenis.
Hal tersebut menjadikan Swiss sebagai salah satu negara di Eropa barat yang melegalkan pernikahan sesama jenis.
Dikutip dari BBC, para pegiat mengatakan pemungutan suara ini sebagai momen bersejarah bagi hak-hak LGBT di negara Swiss.
Swiss telah mengizinkan pasangan sesama jenis untuk mendaftarkan kemitraan sejak 2007.
Baca juga: PKS Sesalkan Iklan LGBT di Tayangan Iklan Youtube Anak-anak: Kominfo Harus Sigap!
Namun, terdapat hak-hak mereka masih dibatasi.
Itu akan memungkinkan pasangan sesama jenis dapat mengadopsi anak.
Selain itu, bagi pasangan lesbian dapat memiliki anak melalui donasi sperma.
Selama 20 tahun terakhir, sebagian besar negara di Eropa Barat telah mengakui pernikahan sesama jenis.
Keputusan ini menjadikan Swiss sebagai negara ke-30 di dunia yang melegalkan pernikahan sesama jenis.
"Ini adalah hari bersejarah bagi Swiss, hari bersejarah dalam hal kesetaraan bagi pasangan sesama jenis, dan ini juga merupakan hari penting bagi seluruh komunitas LGBT," Jan Muller, dari komite kampanye.
Menteri Kehakiman, Karin Keller-Sutter, mengatakan pernikahan sesama jenis pertama akan berlangsung pada Juli tahun depan.
"Siapapun yang saling mencintai dan ingin menikah akan dapat melakukannya, terlepas dari apakah itu dua pria, dua wanita, atau pria dan wanita," katanya.
Tetapi Monika Rueegger, seorang politisi dari Partai Rakyat Swiss sayap kanan dan penentang tindakan itu, mengatakan anak-anak dan ayah adalah pihak yang dirugikan.
"Ini bukan tentang cinta dan perasaan," katanya.
"Itu tentang kesejahteraan anak-anak."
Mengapa Ada Referendum?
Peratuan untuk pasangan sesama jenis telah diperdebatkan selama bertahun-tahun.
Pertama kali diusulkan oleh Liberal Greens pada 2013 dan anggota parlemen Swiss menyetujuinya Desember lalu.
Tetapi, partai-partai konservatif mengumumkan mereka akan melawan tindakan itu dengan sebuah referendum.
Baca juga: Pernyataan Bersama Pimpinan Quad yakni AS, Jepang, Australia dan India
Baca juga: China Larang Semua Transaksi Kripto, Janji Membasmi Penambangan Aset Digital
Di bawah Konstitusi Swiss, setiap keputusan parlemen dapat diajukan ke referendum asalkan setidaknya 50.000 warga menandatanganinya.
Referendum tentang pernikahan sesama jenis datang dari Demokrat Federal Union (UDF), sebuah partai mikro evangelis, dengan dukungan dari Uni Demokratik Center (UDC), sebuah partai populis yang merupakan bagian dari koalisi yang berkuasa.
"Perbedaan utama adalah bahwa di Swiss, dengan referendum, ini adalah kelima kalinya penduduk dikonsultasikan tentang masalah LGBT."
"Tidak ada komunitas LGBT Eropa [Barat] lainnya yang harus menghadapi pendapat penduduk tentang legitimasinya, tentang haknya," kata seorang pakar kepada Euronews.
Dia mengatakan, penentang hal LGBT sudah sering membuat referendum namun kalah.
"Penentang hak-hak LGBT sering membuat referendum dan mereka selalu kalah," tambahnya.
(Tribunnews.com/Yurika)