POPULER Internasional: Taliban Bunuh Mantan Pemimpim ISIS-K | Presiden Prancis Dilempari Telur
Berita populer Internasional, di antaranya Taliban mengklaim telah membunuh mantan pemimpin ISIS-K yang juga dalang di balik pengeboman Bandara Kabul.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Taliban mengklaim telah membunuh mantan pemimpin ISIS-K yang juga dalang di balik pengeboman Kabul 26 Agustus 2021 lalu.
Sementara itu, rektor baru Universitas Kabul mengumumkan perempuan dilarang terlibat di perguruan tinggi tersebut, baik sebagai mahasiwa ataupun dosen.
Penyanyi R&B, R Kelly dinyatakan bersalah dalam kasus pelecehan seksual, ia akan dihukum puluhan tahun penjara atas kejahatannya itu.
Di sisi lain, Presiden Prancis kembali menjadi target sasaran publik. Kali ini ia dilempari telur oleh seorang pria saat kunjungan ke pameran perdagangan makanan internasional di kota Lyon.
Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Taliban Klaim Bunuh Mantan Petinggi ISIS-K, Dalang di Balik Pengeboman Kabul, Dieksekusi di Penjara
Taliban mengklaim telah membunuh mantan pemimpin ISIS-K yang juga dalang di balik pengeboman Kabul 26 Agustus 2021 lalu, Abu Omar Khorasani atau dikenal Mawlawi Ziya ul-Haq.
Kelompok Islam garis keras itu mengatakan pihaknya telah mengeksekusi Khorasani di penjara Pul-e-Charkhi di ibu kota Kabul.
Dilansir The Wall Street Journal yang dikutip The Sun, melaporkan Khorasani ditembak mati bersama delapan letnan lainnya.
Namun, ada laporan lain yang mengatakan ia dibebaskan bersama ribuan tahanan lainnya saat kekacauan melanda Afghanistan ketika Taliban mengambil alih negara itu.
Khorasani ditangkap oleh pasukan Amerika Serikat (AS) dan Afghanistan di sebuah rumah di luar wilayah Kabul pada Mei 2020.
Baca juga: Taliban Larang Tukang Cukur Pangkas Jenggot Pria, Bisa Ditangkap Jika Melanggar
Baca juga: Akun Facebook Eks Presiden Afghanistan Diretas, Postingan Pesannya Dukung Taliban
Sebelum Taliban mengambil alih, Khorasani telah divonis hukuman mati.
Pada pertengahan Agustus lalu, The Wall Street Journal sempat mewawancarai Khorasani.
Kala itu, ia memuji kemajuan Taliban sebagai pertanda perubahan radikal.
Ia merasa yakin mereka akan membebaskannya.
“Mereka akan membebaskan saya jika mereka Muslim yang baik,” katanya kala itu.
2. Rektor Baru Universitas Kabul Pendukung Taliban, Melarang Perempuan Kuliah
Rektor baru Universitas Kabul yang ditunjuk Taliban mengumumkan Senin (27/9/2021) bahwa perempuan dilarang terlibat di perguruan tinggi tersebut, baik sebagai mahasiwa ataupun dosen. Aturan ini berlaku untuk waktu tak terbatas.
"Saya berkata selaku Rektor Universitas Kabul," kata Mohammad Ashraf Ghairat di Twitter pada hari Senin (27/9/2021).
"Perempuan tidak akan diizinkan memasuki universitas atau bekerja, selama lingkungan Islami tidak berlaku untuk semua. Islam nomor satu,” ujarnya.
Kebijakan baru universitas baru ini mendukung kebijakan yang diberlakukan Taliban saat berkuasa pada 1996-2001.
Saat itu, perempuan hanya diizinkan di depan umum jika ditemani oleh kerabat laki-laki dan akan dipukuli karena tidak patuh, dan dikeluarkan dari sekolah.
Baca juga: KTT Quad Serukan Taliban Hormati HAM di Afghanistan Termasuk Perempuan, Anak-anak dan Minoritas
Baca juga: Akun Facebooknya Diretas, Presiden Afghanistan Terguling Ashraf Ghani Bantah Dukung Taliban
Beberapa staf perempuan, yang bekerja relatif bebas selama dua dekade terakhir, menolak keputusan rektor.
Mereka mempertanyakan anggapan bahwa Taliban memiliki monopoli dalam mendefinisikan agama Islam.
"Di tempat suci ini, tidak ada yang tidak Islami," kata seorang dosen wanita, yang berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan, seperti yang dilakukan beberapa orang lain yang diwawancarai oleh The New York Times (NYT).
"Presiden, guru, insinyur, dan bahkan mullah dilatih di sini," katanya. "Universitas Kabul adalah rumah bagi bangsa Afghanistan,” tambahnya kepada NYT, seperti dilansir The Straits Times.
Pada awal menguasai Afghanistan Agustus lalu, Taliban berulangkali menyatakan akan mengambil kebijakan lebih baik terkait hak perempuan, seperti mengizinkan untuk belajar, bekerja, dan terlibat dalam pemerintahan.
3. Penyanyi R&B, R Kelly Dinyatakan Bersalah dalam Kasus Pelecehan Seksual dan Pemerasan
R Kelly akan dihukum puluhan tahun penjara karena kejahatannya yang melanggar undang-undang antiperdagangan seks Amerika Serikat (AS).
Setelah beberapa dekade menghindar, penyanyi R&B, R. Kelly akhirnya dinyatakan bersalah dalam persidangan, Senin (27/9/2021).
Pria bernama lengkap Robert Sylvester Kelly ini bertanggung jawab atas berbagai tuduhan pelecehan seksual yang ia lakukan terhadap perempuan dan anak-anak.
Dikutip dari BBC, sebelas pelapor, sembilan perempuan dan dua laki-laki, hadir dalam persidangan.
Mereka menggambarkan pelecehan seksual dan kekerasan yang dilakukan Kelly.
Baca juga: Divonis 7 Tahun Penjara, Napi Kasus Narkoba di Lapas Indramayu Meninggal Saat Baru Setahun Dihukum
Baca juga: Taliban Bantah Tuduhan Melindungi Al Qaeda di Afghanistan, Ini Kata Mereka
Setelah dua hari musyawarah, juri memutuskan Kelly bersalah atas semua tuduhan yang dilayangkan.
Hukuman penjara akan dijalani oleh Kelly mulai 4 Mei.
Juri menemukan Kelly adalah biang keladi dari skema kekerasan dan pemaksaan terhadap wanita dan anak-anak untuk melakukan pelecehan seksual.
Penyanyi yang terkenal dengan lagu I Believe I Can Fly ini juga telah memperdagangkan wanita di negara bagian AS dan memproduksi film pornografi anak.
Selain delapan tuduhan perdagangan seks, Kelly juga dinyatakan bersalah melakukan pemerasan.
4. Video Detik-detik Presiden Prancis Emmanuel Macron Dilempari Telur saat Kunjungi Pameran Makanan
Presiden Prancis Emmanuel Macron dilempar telur oleh seorang pria saat kunjungan ke pameran perdagangan makanan internasional di kota Lyon, Perancis pada Senin (28/9/2021) waktu setempat.
Insiden tersebut cukup viral di media sosial.
Saat itu Macron berjalan melewati kerumunan warga saat tiba-tiba sebuah telur memantul mengenai bahunya namun tidak pecah.
Sontak dua pengawal Macron langsung mendekat ke arah Presiden untuk melindungi bahunya.
Seorang pria pun dibawa pergi dari tempat kejadian oleh pengawal lainnya.
Baca juga: Biden dan Macron akan Bertemu Bulan Depan untuk Memperbaiki Hubungan AS dengan Prancis
Wartawan di tempat kejadian mendengar Macron berkata bahwa pelaku pelemparan bisa mengatakan sesuatu kepadanya.
"Jika dia memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada saya, maka dia bisa datang," ujar Macron.
Belum ada rilis oleh pihak berwenang tentang identitas atau motivasi pria itu.
Sebelumnya Macron ditampar wajahnya oleh seorang pria saat dia menyapa publik di sebuah kota kecil di tenggara Prancis pada bulan Juli kemarin.
Macron, seperti para pendahulunya, senang menghabiskan waktu dalam pertemuan dengan anggota masyarakat.
(Tribunnews.com)