Studi di Turki: Vaksin Booster dengan Pfizer Menghasilkan Perlindungan Lebih Besar daripada Sinovac
Studi di Turki menunjukkan bahwa vaksin booster dengan menggunakan vaksin dari Pfizer/BioNTech menghasilkan perlindungan lebih besar daripada Sinovac.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah studi terbaru di Turki menunjukkan bahwa vaksinasi penguat atau booster dengan menggunakan vaksin dari Pfizer/BioNTech dapat menghasilkan perlindungan lebih besar daripada vaksin dari Sinovac.
Penelitian yang dilakukan pada tenaga kesehatan itu menunjukkan, penerima vaksin Pfizer memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menerima vaksin CoronaVac.
Meski demikian, hampir 500 peserta penelitian yang menerima tiga dosis vaksin telah mencapai tingkat antibodi pelindung mereka.
"Vaksin (Pfizer) yang diterapkan pada vaksin dosis ketiga menunjukkan keunggulan perlindungan yang signifikan, baik dalam hal tingkat antibodi maupun status penyakit, dibandingkan dengan vaksin CoronaVac dosis ketiga," kata penelitian itu sebagaimana dilansir South China Morning Post.
"Namun, semua dari hampir 500 peserta yang menerima tiga dosis vaksin mencapai tingkat antibodi pelindung, terlepas dari preferensi vaksin dosis ketiga," tambahnya.
Baca juga: Demi Wujudkan Kekebalan Massal, Pemprov DKI Terus Gencarkan Vaksinasi Covid-19
Adapun tenaga kesehatan yang termasuk dalam penelitian ini divaksinasi pada Januari, ketika Turki memulai peluncuran vaksin CoronaVac, dan menerima dosis kedua mereka pada Februari.
Pada Juli, Turki mulai menawarkan suntikan booster kepada pekerja rumah sakit karena kekhawatiran yang berkembang tentang varian Delta serta efektivitas vaksin CoronaVac terhadap strain yang sangat menular.
Antara 1 Juli dan 24 September, kurang dari 1 persen dari 902 tenaga kesehatan yang divaksinasi lengkap dengan vaksin CoronaVac dan menerima booster vaksin Pfizer, terinfeksi Covid-19.
Untuk 130 yang menerima booster vaksin CoronaVac, 3,84 persen di antaranya terinfeksi Covid-19.
Hasil penelitian yang dilakukan 28 sampai 45 hari setelah peserta menerima vaksin booster menunjukkan, tak satu pun dari mereka yang terinfeksi dirawat di rumah sakit.
Baca juga: Bisa Daftar Vaksin hingga Cek Gejala Covid, Yuk Kenal Lebih Dalam Aplikasi JAKI
Selanjutnya, para peneliti memperingatkan bahwa keakuratan data dibatasi oleh sedikitnya jumlah infeksi dan kemungkinan kasus yang terlewatkan.
"Untuk tes antibodi, yang dilakukan di laboratorium menggunakan darah dari orang yang divaksinasi, 95 persen peserta yang menerima Pfizer/BioNTech untuk dosis ketiga mereka memiliki kadar antibodi di atas titer maksimum yang dapat diukur dalam periode 28 hingga 45 hari setelah suntik booster," kata para peneliti.
"Ini terjadi pada 8,2 persen dari mereka yang menerima dosis Sinovac ketiga dalam periode yang sama," kata mereka.
Para peneliti belum menunjukkan jumlah pasti antibodi yang dibutuhkan untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi dan penyakit.
Jumlah dalam studi antibodi tidak dibagi rata, dengan 61 pekerja menerima booster vaksin CoronaVac dan 416 orang menerima booster vaksin Pfizer.
Baca juga: Indonesia Kedatangan 600 Ribu Dosis Vaksin Astrazeneca, Donasi Pemerintah Perancis
Erhan Eser, seorang profesor kesehatan masyarakat yang terlibat dalam penelitian ini, mengatakan penurunan kadar antibodi di antara mereka yang telah menerima dua dosis vaksin CoronaVac, yang diamati pada bulan-bulan penelitian sebelumnya, berarti hal yang sama dapat terjadi dengan suntikan booster.
"Kami dapat memprediksi bahwa penurunan tingkat antibodi akan berlanjut dalam enam bulan ke depan," katanya, mencatat bahwa penelitian sembilan bulan akan memberikan jawaban yang jelas untuk pertanyaan itu.
Eser menambahkan bahwa tingkat antibodi yang terdeteksi mungkin tidak menunjukkan gambaran keseluruhan tentang bagaimana tubuh dapat meningkatkan respons kekebalan beberapa bulan setelah vaksinasi.
Lebih lanjut, Sinovac juga telah merilis data tentang regimen booster untuk vaksinnya.
Dikatakan Sinovac, vaksin CoronaVac menetralkan titer antibodi pada hari ke-28 setelah dosis ketiga tiga sampai lima kali lebih tinggi daripada 28 hari setelah suntikan kedua.
Baca juga: Puan Dorong Percepatan Vaksinasi di Papua Agar Keselamatan Rakyat Terjamin
Vaksin booster diberikan enam sampai delapan bulan setelah vaksinasi awal.
Bahkan ketika tingkat antibodi menurun enam bulan setelah dosis booster, mereka tetap pada tingkat yang relatif tinggi dan di atas yang diamati setelah suntikan kedua, menurut data Sinovac yang diserahkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagai informasi, sejumlah negara telah melakukan vaksinasi booster untuk kelompok tertentu.
Beberapa negara yang sedang bersiap untuk melakukan vaksinasi booster seringkali menggunakan vaksin yang sama dengan dosis pertama dan kedua.
China mulai meluncurkan vaksin booster untuk kelompok berisiko tinggi di beberapa provinsi bulan ini.
Negara lain, seperti Thailand dan Indonesia, juga telah melengkapi vaksin CoronaVac dengan vaksin lain yang menunjukkan tingkat kemanjuran yang lebih tinggi dalam uji klinis sebelumnya.
Baca artikel lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina)