Utusan Khusus ASEAN Terkendala Respon Junta Militer, Sulit Bertemu Semua Pihak di Myanmar
Menlu mengatakan, sejak pertemuan ALM 6 bulan lalu di Jakarta, tidak ada perkembangan signifikan di Myanmar.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Utusan Khusus (Utsus) atau Special Envoy ASEAN menyampaikan adanya tantangan, termasuk masalah kunjungan dan akses untuk bertemu dengan semua pihak atau all stakeholders yang ada di Myanmar.
Laporan Utsus ASEAN ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi saat memberikan briefing hari Senin (4/10/2021), terkait perkembangan implementasi 5 poin konsensus (5PCs) untuk membantu Myanmar keluar dari krisis.
Menlu mengatakan, sejak pertemuan ALM 6 bulan lalu di Jakarta, tidak ada perkembangan signifikan di Myanmar.
“Militer tidak memberikan tanggapan positif dari apa yang telah diupayakan oleh Special Envoy,” ujarnya usai menghadiri rangkaian pertemuan Menlu ASEAN yang diselenggarakan secara virtual, Senin (4/10/2021).
Baca juga: Melihat Kehidupan Warga Myanmar yang Melarikan Diri ke Desa Perbatasan India
Pada rangkaian pertemuan itu, sebagian besar negara anggota menyampaikan kekecewaan terhadap implementasi 5PCs.
Sebagian negara menyampaikan bahwa ASEAN tidak boleh bersikap business as usual mencermati perkembangan ini.
Menurutnya, sudah waktunya para Menlu ASEAN melaporkan situasi ini kepada 9 pemimpin ASEAN.
Hal ini guna mendapatkan arahan engagement ASEAN dengan Myanmar terutama terkait pelaksanaan KTT ke-38 dan 39 ASEAN.
“Indonesia juga menyampaikan beberapa artikel dalam Piagam ASEAN yang dapat digunakan untuk memandu bagaimana ASEAN dapat bersikap dalam menangani isu Myanmar ini,” ujarnya.
Di dalam pertemuan, Menlu Retno mengatakan pembahasan isu implementasi 5PCs berlangsung cukup lama dan sangat terbuka.
Mewakili Indonesia, Retno menyampaikan apresiasi atas upaya Utusan Khusus untuk mendorong pelaksanaan 5PC.