Inggris Jadi Negara Pertama di Dunia yang Setujui Penggunaan Pil Merck Molnupiravir
Inggris pada Kamis (10/5/2021) kemarin menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaan pil antivirus virus corona (Covid-19).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Inggris pada Kamis (10/5/2021) kemarin menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaan pil antivirus virus corona (Covid-19).
Keputusan ini berpotensi mengubah aturan yang dikembangkan bersama oleh perusahaan obat asal Amerika Serikat (AS) Merck dan Ridgeback Biotherapeutics, dalam upaya memerangi pandemi Covid-19.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (5/11/2021), Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) merekomendasikan obat yang disebut molnupiravir ini untuk tidak hanya digunakan pada orang yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang saja.
Namun juga setidaknya pada mereka yang memiliki satu faktor risiko yang dapat mengembangkan penyakit parah seperti obesitas, diabetes, lanjut usia (lansia) dan penyakit jantung.
"Pil ini akan diberikan sesegera mungkin setelah seseorang dinyatakan positif Covid-19 dan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala," kata regulator mengutip data klinis.
Baca juga: Ajudan Joe Biden yang Ikut Pertemuan COP26 di Skotlandia Positif Terinfeksi Covid-19
Lampu hijau ini tentunya menjadi yang pertama untuk pengobatan antivirus oral dalam melawan Covid-19 sekaligus yang pertama pula untuk obat Covid-19 yang akan diberikan secara luas kepada masyarakat.
Penasihat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pun akan bertemu pada 30 November mendatang untuk meninjau data keamanan dan efektivitas obat tersebut serta memutuskan apakah molnupiravir ini harus disahkan.
Pil yang akan dicap sebagai Lagevrio di Inggris itu dirancang untuk memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik virus corona yang menyebabkan Covid-19 dan diminum dua kali sehari selama lima hari berturut-turut.
Sebelumnya, obat-obatan di kelas yang sama dengan molnupiravir telah dikaitkan dengan cacat lahir dalam penelitian pada hewan.
Sementara Merck yang dikenal sebagai MSD di luar AS dan Kanada, mengatakan pengujian pada hewan menunjukkan bahwa molnupiravir aman.
Kendati demikian, datanya hingga kini belum dipublikasikan.
Perlu diketahui, perawatan untuk mengatasi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 5,2 juta orang di seluruh dunia, sejauh ini masih berfokus terutama pada vaksin.
Pilihan lainnya, termasuk remdesivir antivirus Gilead dan deksametason steroid generik, umumnya hanya diberikan setelah pasien dirawat di rumah sakit.
Molnupiravir buatan Merck ini telah diawasi secara ketat sejak data bulan lalu menunjukkan obat itu dapat mengurangi separuh kemungkinan kematian atau dirawat di rumah sakit bagi mereka yang paling berisiko mengembangkan Covid-19 menjadi penyakit parah ketika diberikan pada awal munculnya penyakit.
Direktur Medis Nasional untuk National Health Service (NHS) di Inggris, Profesor Stephen Powis mengatakan obat itu akan diberikan kepada pasien dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi saat Inggris memasuki salah satu musim dingin paling menantang yang pernah ada.
"Peluncuran yang lebih luas akan mengikuti, jika terbukti secara klinis dan hemat biaya dalam mengurangi kasus rawat inap dan kematian," kata Prof Powis.