WHO: Banyak Negara Prioritaskan Kesehatan dan Perubahan Iklim, Tapi Minim Dana untuk Aksi
Negara-negara di dunia telah mulai memprioritaskan kesehatan dalam upaya mereka melindungi warganya dari dampak perubahan iklim (climate change).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Negara-negara di dunia telah mulai memprioritaskan kesehatan dalam upaya mereka melindungi warganya dari dampak perubahan iklim (climate change).
Namun mirisnya, menurut survey yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya sekitar seperempat dari mereka yang dinyatakan mampu sepenuhnya menerapkan rencana atau strategi kesehatan serta perubahan iklim nasional mereka.
Negara-negara itu melaporkan bahwa kurangnya dana, dampak virus corona atau Covid-19, dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak memadai merupakan hambatan utama untuk kemajuan misi ini.
Kendati demikian, laporan survey global kesehatan dan perubahan iklim WHO tahun 2021 menemukan bahwa lebih dari tiga perempat negara yang disurvey telah atau sedang mengembangkan rencana maupun strategi kesehatan dan perubahan iklim nasional.
Dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (9/11/2021), sekitar 85 persen negara saat ini memiliki titik fokus yang bertanggung jawab atas kesehatan dan perubahan iklim di masing-masing Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mereka.
Baca juga: WHO dan UNICEF Gelar Vaksinasi Polio Pertama Sejak Taliban Berkuasa di Afghanistan
Sementara pada Kementerian Kesehatan di 54 persen negara, telah membentuk mekanisme stakeholder seperti satuan tugas (satgas) atau komite di bidang kesehatan dan perubahan iklim.
Lalu sekitar dua pertiga negara yang disurvey telah melakukan penilaian kerentanan dan adaptasi perubahan iklim serta kesehatan, atau sedang melakukan penilaian tersebut.
Selanjutnya, hampir semua atau sebanyak 94 persen negara memasukkan pertimbangan kesehatan dalam kontribusi mereka yang ditentukan secara nasional (NDC) pada Perjanjian Paris.
Direktur WHO Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan, Dr Maria Neira mengatakan bahwa survey WHO yang baru, menyoroti berapa banyak negara yang tidak didukung dan tidak siap untuk menghadapi dampak kesehatan akibat perubahan iklim.
Baca juga: WHO Ragukan Klaim Nol-Covid di Turkmenistan
"Kami di sini, di COP 26 untuk mendesak dunia agar lebih mendukung negara-negara yang membutuhkan, dan untuk memastikan bahwa bersama-sama kita melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam melindungi orang dari ancaman terbesar terhadap kesehatan manusia yang kita hadapi saat ini," kata Dr Neira.
Perlu diketahui, ketidakmampuan negara dalam melindungi kesehatan warganya dari perubahan iklim ternyata sangat berbahaya bagi kelompok yang paling tidak beruntung, termasuk etnis minoritas, komunitas miskin, migran dan orang terlantar, orang tua serta banyak perempuan dan anak-anak.
"Argumen kesehatan untuk peningkatan aksi iklim sangat jelas. Misalnya, hampir 80 persen kematian yang disebabkan polusi udara, sebenarnya dapat dihindari jika tingkat polusi udara saat ini diturunkan sesuai dengan pedoman Kualitas Udara WHO," ujar Dr Neira.
Baca juga: WHO Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Covaxin Buatan India, Efikasi 78%
Di sisi lain, Pejabat Teknis di Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO sekaligus penulis utama laporan survey, Tara Neville mengatakan tantangan yang harus dihadapi banyak negara saat ini adalah menghilangkan hambatan yang ada.
"Tantangannya sekarang adalah menghilangkan hambatan yang menghalangi negara untuk menyelesaikan dan mengimplementasikan rencana," kata Neville.