Perbatasan Negara Dipenuhi Pengungsi, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko Justru Main Hoki Es
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko bermain hoki es di tengah krisis migran di perbatasan dengan Uni Eropa.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko (67) bermain hoki es pada hari Sabtu (13/11/2021), di tengah ancaman sanksi internasional atas krisis migran di perbatasan dengan Uni Eropa.
Dilansir Reuters, pemipin yang telah berkuasa selama 27 tahun itu tampil dengan kostum merah.
Foto yang dipublikasikan di situsnya menyebut timnya mengalahkan tim wilayah Minsk dengan skor 5-2.
Seperti pendukung utamanya, Presiden Rusia Vladimir Putin, Lukashenko juga penggemar hoki dan telah menggunakannya untuk menggambarkan citra orang kuat di negaranya.
Foto-foto Lukashenko bermain hoki beredar luas di media sosial.
Baca juga: Cegah Para Migran Masuki UE, Turki dan Maskapai Belarusia Hentikan Penerbangan untuk Timur Tengah
Baca juga: Belarusia Ancam akan Potong Pasokan Gas Eropa di Tengah Meningkatnya Krisis Migran di Perbatasan
Saat ini, Belarusia tengah membuat geram Uni Eropa karena diduga sengaja memicu gelombang migrasi penduduk dari Timur Tengah dan Afrika menuju Eropa.
Belarusia dianggap mempermudah atau memfasilitasi mereka yang ingin mencari suaka di Eropa.
Perbatasan Polandia-Belarusia kini dipenuhi migran sejak awal minggu lalu, sebagian besar terjebak di kondisi hutan yang ekstrem karena dihadang oleh penjaga perbatasan Polandia.
6 Fakta Krisis Perbatasan Polandia-Belarusia: Pemicu hingga Asal Migran
Ribuan migran terjebak di perbatasan antara Polandia dan Belarusia, saat mereka mencoba memasuki Polandia.
Migran dari wilayah Timur Tengah dan Afrika melakukan migrasi besar-besaran diduga karena ajakan dari Belarusia.
Namun, kondisi perbatasan yang merupakan hutan dengan suhu dingin, membuat para pengungsi berada dalam bahaya, ditambah kiriman bantuan yang sengaja dicegah oleh sejumlah pihak.
Dilansir The Guardian dan RTE, berikut hal-hal yang perlu diketahui seputar krisis perbatasan Polandia-Belarusia.
1. Apa yang Terjadi di Perbatasan?
Lebih dari 1.000 orang, yang sebagian besar melarikan diri dari kondisi berbahaya di negara-negara Timur Tengah, tiba secara massal di perbatasan Polandia dengan Belarusia minggu ini.
Mereka dikawal ke perbatasan oleh otoritas Belarusia untuk memasuki Polandia.
Baca juga: Berita Foto : Polandia Blokir Migran di Perbatasan Belarusia
Baca juga: Bagaimana Respons Uni Eropa atas Krisis di Perbatasan Polandia-Belarus?
Bentrokan meletus dengan polisi Polandia yang memakai perlengkapan anti huru hara.
Beberapa di antara kerumunan itu mencoba memasuki Polandia dengan memotong pagar perbatasan atau merusaknya dengan kayu.
Polisi mengerahkan semprotan kimia untuk mendorong orang mundur.
Pada malam hari, kelompok pengungsi mendirikan tenda dan menyalakan api unggun beberapa meter dari perbatasan Polandia.
Banyak dari mereka adalah wanita dan anak kecil.
Kondisi bisa berbahaya karena suhu turun di bawah titik beku dalam semalam.
Sementara itu, ribuan pengungsi lainnya tersebar di wilayah perbatasan dalam kelompok yang jauh lebih kecil.
Mereka "kucing-kucingan" dengan pejabat perbatasan Polandia.
Setidaknya delapan orang telah meninggal akibat paparan ekstrem di daerah tersebut selama dua bulan terakhir.
Pejabat Polandia telah berjanji untuk mencegah siapa pun melintasi perbatasan.
Banyak dari pengungsi yang mencoba memasuki Polandia ingin melanjutkan perjalanan ke Jerman.
2. Mengapa Bisa Terjadi?
Belgia menuduh rezim Presiden Belarusia Alexander Lukashenko sengaja membuat krisis migrasi sebagai balasan terhadap sanksi Barat atas tindakan brutalnya terhadap oposisi tahun lalu.
Lukashenko - yang telah memerintah Belarusia sejak 1994 - membantah klaim ini.
Tetapi pada akhir Mei, Lukashenko memperingatkan UE bahwa negaranya tidak akan menghentikan perjalanan "narkoba dan migran" menuju Eropa.
Polandia menuduh Belarusia menyerahkan visa transit kepada warga negara dari beberapa negara untuk menarik migran datang, serta mengatur transportasi mereka ke perbatasan dan bahkan memberi mereka alat untuk memotong pagar.
Lukashenko juga dituduh menakut-nakuti Eropa dengan gelombang besar migran - membangkitkan kenangan akan krisis 2015 ketika beberapa ratus ribu orang mencapai Yunani dari negara tetangga Turki.
3. Tanggapan Polandia
Pihak berwenang Polandia telah menanggapi dengan keras kedatangan para migran.
Polandia memberlakukan keadaan darurat yang mencegah bantuan dikirimkan kepada mereka yang terperangkap di daerah perbatasan.
Undang-undang yang baru disahkan telah memungkinkan polisi untuk mengabaikan permintaan suaka dan dengan cepat mengusir para migran kembali ke Belarus.
Pemerintah juga telah menyetujui tembok perbatasan baru bergaya Donald Trump untuk menjauhkan pengungsi dari Polandia.
Menurut pemerintah, hampir 30.000 percobaan penyeberangan perbatasan telah terjadi tahun ini, termasuk 17.000 pada bulan Oktober.
4. Dari Mana Saja Pengungsi Berasal?
Sebagian besar migran yang menuju perbatasan timur Uni Eropa melarikan diri dari konflik atau kemiskinan di Timur Tengah dan Afrika.
Sebagian besar dari mereka adalah orang Kurdi dari Irak utara.
Selama tiga bulan terakhir, 1.600 orang telah mencapai Belarus dengan visa turis dari Kurdistan Irak, menurut Asosiasi Pengungsi Kurdistan.
Beberapa berasal dari Suriah yang dilanda perang, di mana perang saudara yang brutal meletus sepuluh tahun lalu.
Seorang wanita Polandia yang tinggal di dekat perbatasan mengatakan kepada AFP bahwa dia juga melihat migran dari Yaman, Pantai Gading dan bahkan Kuba.
5. Apa yang Dilakukan Komunitas Internasional?
LSM lokal dan internasional telah meminta Polandia untuk mengizinkan akses ke wilayah perbatasan untuk menyediakan pasokan dan bantuan medis untuk mencegah krisis kemanusiaan.
Keadaan darurat pemerintah membuat organisasi bantuan dan jurnalis tidak bisa mencapai area tertentu.
Sementara itu, negara-negara Barat telah meningkatkan tekanan pada Belarusia.
Presiden komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, telah menjanjikan dukungan yang lebih besar untuk Polandia, Lithuania dan Latvia untuk menjaga perbatasan.
Ia mengatakan Uni Eropa akan mengeksplorasi "bagaimana memberikan sanksi, termasuk melalui daftar hitam, maskapai negara ketiga yang aktif dalam perdagangan manusia".
6. Apa yang Mungkin Terjadi Selanjutnya?
Polandia mungkin tidak akan menerima ribuan pencari suaka dari Timur Tengah, bahkan jika sebagian besar ingin melakukan perjalanan ke Jerman.
Uni Eropa tampaknya berniat menyeimbangkan nilai-nilai kemanusiaannya dengan pertimbangan politiknya, termasuk hubungan yang sulit dengan Polandia.
Sementara itu, suhu di hutan antara Belarus dan Polandia terus turun dan menjadi lebih berbahaya setiap hari.
Padahal, ratusan pengungsu tiba di ibu kota Belarusia setiap minggunya.
Krisis tampaknya tidak akan berakhir dengan cepat.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)