PM Ethiopia Pemenang Nobel Perdamaian Nyatakan Pimpin Perang Lawan Kelompok Tigray
Puluhan ribu orang diperkirakan tewas dalam perang antara pasukan Ethiopia melawan kelompok bersenjata Tigray di wilayah utara negara itu.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, ADDIS ABABA - Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengatakan dia akan memimpin tentara negaranya "dari medan pertempuran" (melawan kelompok Tigray) mulai Selasa (23/11/2021).
Keputusan pemenang Nobel Perdamaian itu menjadi langkah baru yang dramatis ketika konflik politik bersenjata selama setahun yang kini bergerak mendekati ibu kota Addis Ababa.
"Mulai besok, saya akan memobilisasi ke depan untuk memimpin pasukan pertahanan," kata Abiy Ahmed dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter pada Senin (22/11/2021) malam waktu setempat.
“Mereka yang ingin berada di antara anak-anak Etiopia yang akan dipuji oleh sejarah, bangkitlah untuk negara Anda hari ini. Mari kita bertemu di medan perang,” tulis Ahmed.
Puluhan ribu orang diperkirakan tewas dalam perang antara pasukan Ethiopia melawan kelompok bersenjata Tigray di wilayah utara negara itu.
Kelompok Tigray mendominasi pemerintah nasional sebelum Abiy menjabat. AS dan negara-negara lain telah memperingatkan negara terpadat kedua di Afrika itu terpecah dan mengacaukan kawasan.
Baca juga: Pemberontak Tigray Semakin Dekat Addis Ababa, Tapi Siapa Sebenarnya Mereka?
Baca juga: Tigrayan Rebut Kota Strategis, Militer Ethiopia Mobilisasi Perlawanan
Baca juga: Pemberontak Tigray Duduki Kota di Etiopia Dalam Serangan Kilat
Pernyataan perdana menteri berusia 45 tahun itu, seorang mantan tentara, tidak mengatakan ke mana tepatnya dia akan pergi Selasa.
Juru bicaranya, Billene Seyoum, tidak menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Associated Press.
Komentar Abiy muncul saat kelompok pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) terus menekan ke arah Addis Ababa.
Mereka mengklaim menguasai kota Shewa Robit, hanya 220 kilometer (136 mil) timur laut ibu kota melalui jalan darat.
Pernyataan Ahmed menyusul pertemuan komite eksekutif Partai Kemakmuran yang berkuasa untuk membahas kemungkinan peperangan.
Menteri Pertahanan Abraham Belay mengatakan kepada media, setelah pertemuan itu pasukan keamanan akan memulai "tindakan berbeda" tanpa memberikan rincian.
“Kami tidak bisa terus seperti ini, itu artinya akan ada perubahan,” kata Belay.
“Apa yang terjadi dan sedang terjadi pada orang-orang kami, pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok teroris, perampok yang merusak ini, tidak dapat dilanjutkan,” tegasnya kepada media propemerintah pusat.