Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PM Ethiopia Pemenang Nobel Perdamaian Nyatakan Pimpin Perang Lawan Kelompok Tigray

Puluhan ribu orang diperkirakan tewas dalam perang antara pasukan Ethiopia melawan kelompok bersenjata Tigray di wilayah utara negara itu.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in PM Ethiopia Pemenang Nobel Perdamaian Nyatakan Pimpin Perang Lawan Kelompok Tigray
Aron Simeneh / Kantor Perdana Menteri Ethiopia / AFP
Sebuah gambar selebaran yang dirilis oleh Kantor Perdana Menteri Ethiopia pada 26 Maret 2021, menunjukkan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed (kanan) dan Presiden Eritrea Isaias Afwerki berbicara pada saat kedatangan yang terakhir untuk pertemuan bilateral di Bandara Internasional Asmara di Asmara pada bulan Maret. 25, 2021. Eritrea akan menarik tentaranya keluar dari wilayah utara Tigray Ethiopia, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan pada 26 Maret 2021, sebuah terobosan potensial dalam konflik berkepanjangan yang telah menyaksikan kekejaman dilakukan terhadap warga sipil. 

TRIBUNNEWS.COM, ADDIS ABABA - Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengatakan dia akan memimpin tentara negaranya "dari medan pertempuran" (melawan kelompok Tigray) mulai Selasa (23/11/2021).

Keputusan pemenang Nobel Perdamaian itu menjadi langkah baru yang dramatis ketika konflik politik bersenjata selama setahun yang kini bergerak mendekati ibu kota Addis Ababa.

"Mulai besok, saya akan memobilisasi ke depan untuk memimpin pasukan pertahanan," kata Abiy Ahmed dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter pada Senin (22/11/2021) malam waktu setempat.

“Mereka yang ingin berada di antara anak-anak Etiopia yang akan dipuji oleh sejarah, bangkitlah untuk negara Anda hari ini. Mari kita bertemu di medan perang,” tulis Ahmed.

Puluhan ribu orang diperkirakan tewas dalam perang antara pasukan Ethiopia melawan kelompok bersenjata Tigray di wilayah utara negara itu.

Kelompok Tigray mendominasi pemerintah nasional sebelum Abiy menjabat. AS dan negara-negara lain telah memperingatkan negara terpadat kedua di Afrika itu terpecah dan mengacaukan kawasan.

Baca juga: Pemberontak Tigray Semakin Dekat Addis Ababa, Tapi Siapa Sebenarnya Mereka?

Baca juga: Tigrayan Rebut Kota Strategis, Militer Ethiopia Mobilisasi Perlawanan

Baca juga: Pemberontak Tigray Duduki Kota di Etiopia Dalam Serangan Kilat

Pernyataan perdana menteri berusia 45 tahun itu, seorang mantan tentara, tidak mengatakan ke mana tepatnya dia akan pergi Selasa.

Berita Rekomendasi

Juru bicaranya, Billene Seyoum, tidak menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Associated Press.

Komentar Abiy muncul saat kelompok pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) terus menekan ke arah Addis Ababa.

Mereka mengklaim menguasai kota Shewa Robit, hanya 220 kilometer (136 mil) timur laut ibu kota melalui jalan darat.

Pernyataan Ahmed menyusul pertemuan komite eksekutif Partai Kemakmuran yang berkuasa untuk membahas kemungkinan peperangan.

Menteri Pertahanan Abraham Belay mengatakan kepada media, setelah pertemuan itu pasukan keamanan akan memulai "tindakan berbeda" tanpa memberikan rincian.

“Kami tidak bisa terus seperti ini, itu artinya akan ada perubahan,” kata Belay.

“Apa yang terjadi dan sedang terjadi pada orang-orang kami, pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok teroris, perampok yang merusak ini, tidak dapat dilanjutkan,” tegasnya kepada media propemerintah pusat.

Juru bicara pasukan Tigray Getachew Reda mentweet pasukannya tidak akan menyerah. Kemajuan usaha mereka tak terhindarkan dan itu dimaksudkan untuk mengakhiri (Abiy) menekan Tigray.

Pasukan Tigray mengatakan mereka menekan pemerintah Ethiopia untuk mencabut blokade selama berbulan-bulan di wilayah Tigray yang berpenduduk sekitar enam juta orang.

Mereka juga ingin Abiy keluar dari kekuasaan. Pernyataan PM Ethiopia juga mengklaim negara-negara barat berusaha mengalahkan Ethiopia (pemerintahannya).

Ini serangan balik terbaru terhadap apa yang pemerintahnya gambarkan sebagai campur tangan komunitas internasional.

Utusan Uni Afrika dan AS telah melanjutkan upaya diplomatik dalam mengejar gencatan senjata dan tergelarnya pembicaraan tanpa prasyarat sebagai solusi politik.

Tak lama setelah pengumuman Abiy, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan kepada wartawan AS masih percaya "ada jendela kecil peluang" dalam upaya mediasi.

Dalam waktu satu tahun, pemerintahan Abiy telah berubah dari menggambarkan konflik Tigray sebagai “operasi penegakan hukum” menjadi “perang eksistensial”.

Militer Ethiopia dilaporkan melemah dalam beberapa bulan terakhir, dan dengan mundurnya dari Tigray pada Juni, pasukan regional berbasis etnis telah mengintensifkan kampanye mereka.

Pemerintah Abiy telah meminta semua warga negara yang mampu untuk bergabung dalam perjuangan. Awal bulan ini, pemerintah mengumumkan keadaan darurat selama enam bulan.

Pengumuman Abiy mengejutkan pria yang menominasikannya untuk penghargaan Nobel, Awol Allo, seorang dosen senior hukum di Universitas Keele di Inggris.

“Pengumuman itu penuh bahasa kemartiran dan pengorbanan,” katanya dalam sebuah tweet. "Ini sangat luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya, menunjukkan betapa putus asanya situasi ini."

Abiy dianugerahi Nobel karena berdamai dengan tetangga Eritrea, yang perbatasannya dia lawan saat ditempatkan di wilayah Tigray. Ketentuan kesepakatan damai itu tidak pernah dipublikasikan. (Tribunnews.com/Aljazeera.com/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas