Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Alasan WHO Lewati Dua Alfabet Buat Menamai Varian Omicron, Takut dengan Xi Jinping?

Penamaan 'Omicron' terhadap varian B.1.1.529 yang diidentifikasi di Afrika Selatan menuai kontroversi lantaran melompati alphabet 'Nu' dan 'Xi'

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Alasan WHO Lewati Dua Alfabet Buat Menamai Varian Omicron, Takut dengan Xi Jinping?
AFP/FABRICE COFFRINI
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Swiss, Rabu (11/3/2020), menyampaikan penilaian bahwa virus corona jenis baru (COVID-19) sebagai pandemi. (Photo by Fabrice COFFRINI / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Varian B.1.1.529 yang diidentifikasi di Afrika Selatan belakangan dikenal dengan nama Omicron setelah ditetapkan WHO.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang sejak awal menamai sejumlah varian baru Covid-19 menggunakan alfabet Yunani.

Jika mengikuti urutan alfabet, harusnya varian B.1.1.529 dinamai "Nu" dan "Xi".

Namun WHO melompati dua alfabet ini dan menyebut varian asal Afrika Selatan sebagai "Omicron".

Sejumlah media mempertanyakan hal itu, dan mengaitkannya dengan kemiripan nama Presiden China Xi Jinping.

Dilansir SCMP, sebelum varian Omicron dinyatakan sebagai variant of concern oleh WHO, varian Covid-19 terakhir diberi nama "Mu". 

Baca juga: Varian Covid-19 Omicron Mengancam, Ini Daftar Negara yang Dilarang Masuk Indonesia

Baca juga: Pria Namibia Positif Covid-19 Saat Masuk Jepang, Kemenkes Analisis Kemungkinan Strain Omicron

Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam.
Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow)

Mu ada di urutan ke-12 dalam alfabet Yunani.

Berita Rekomendasi

Sedangkan di urutan setelahnya ada Nu, Xi, dan Omicron.

"'Nu' terlalu mudah dikacaukan dengan kata 'new (baru)', dan 'Xi' tidak digunakan karena itu adalah nama belakang yang umum," ujar WHO dalam sebuah pernyataan kepada Associated Press.

"Praktik terbaik untuk penamaan penyakit menyarankan menghindari menyebabkan pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional atau etnis," jelas WHO.

Penamaan virus sempat menuai kontroversi pada tahun lalu.

Mantan Presiden AS, Donald Trump dan sekutunya kerap menyebut virus corona sebagai "virus China" atau "virus Wuhan" meskipun sudah diprotes pihak Beijing.

Saat itu China menganggap penyebutan Trump akan menstigmatisasi negara dan menyebabkan sentimen anti-Asia.

Kendati demikian, penamaan Omicron yang melompati dua alphabet juga menuai kritikan.

"Sejauh yang saya ketahui (nama) asli akan selalu menjadi varian Xi," cuit Donald Trump Jr, putra mantan presiden AS Trump, pada Sabtu lalu.

Presiden China. Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Presiden China. Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (kompasiana.com)

Senator Partai Republik, Ted Cruz dalam cuitannya juga menduga bahwa nama Omicron menunjukkan WHO "takut dengan Partai Komunis China".

WHO menghadapi banyak tudingan bahwa pihaknya berada di bawah kendali China terkait pandemi Covid-19 ini.

Diketahui, virus corona penyebab Covid-19 pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir Desember 2019.

Badan Kesehatan Dunia memutuskan untuk menggunakan alfabet Yunani sebagai penamaan varian baru Covid-19 mulai Mei 2021 lalu.

Pihaknya menilai, alfabet Yunani akan mempermudah dalam mengingat dan pengucapan.

WHO juga mencatat bahwa mengasosiasikan varian dengan tempat adalah "stigmatisasi dan diskriminatif".

Di China, sejumlah huruf China yang diucapkan sebagai "Xi" dengan nada yang berbeda digunakan sebagai nama keluarga.

Menurut data dari Kementerian Keamanan Publik pada Februari, nama keluarga presiden China adalah nama keluarga ke-296 yang paling umum di negara itu.

Baca juga: 5 Temuan Baru WHO soal Varian Omicron, Dokter di Afrika Selatan Ungkap soal Gejalanya

Baca juga: Varian Covid-19 Omicron Merebak di Afrika, Pimpinan DPR: Tutup Akses WNA

WHO Minta Dunia Tak Menutup Pintu untuk Afrika

Seorang petugas kesehatan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) Covid-19 pada seorang pelancong di Bandara Internasional OR Tambo di Johannesburg pada 27 November 2021, setelah beberapa negara melarang penerbangan dari Afrika Selatan menyusul ditemukannya varian baru Covid-19 Omicron . - Sejumlah negara di seluruh dunia telah melarang penerbangan larangan dari Afrika selatan menyusul penemuan varian tersebut, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Thailand, Brasil, dan beberapa negara Eropa. Negara-negara utama yang menjadi target penutupan termasuk Afrika Selatan, Botswana, eSwatini (Swaziland), Lesotho, Namibia, Zambia, Mozambik, Malawi, dan Zimbabwe. (Photo by Phill Magakoe / AFP)
Seorang petugas kesehatan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) Covid-19 pada seorang pelancong di Bandara Internasional OR Tambo di Johannesburg pada 27 November 2021, setelah beberapa negara melarang penerbangan dari Afrika Selatan menyusul ditemukannya varian baru Covid-19 Omicron. (Photo by Phill Magakoe / AFP)

Diberitakan Tribunnews, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta semua negara tidak menutup perbatasannya dari negara-negara selatan Afrika. 

Menurut Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, penutupan pintu masuk untuk negara Afrika terkait varian Omicron ini tidak efektif mencegah penularan.

"Pembatasan perjalanan mungkin berperan dalam sedikit mengurangi penyebaran Covid-19, tetapi memberi beban berat pada kehidupan dan mata pencaharian," kata Moeti dalam pernyataannya, Minggu (28/11/2021).

Dia mengimbau agar semua negara di dunia mengikuti sains dan peraturan kesehatan internasional untuk menghindari pembatasan perjalanan.

Jika pembatasan diterapkan, maka tidak boleh bersifat invasif atau mengganggu yang tidak perlu, dan harus berbasis ilmiah.

(Tribunnews/Ika Nur/Inza Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas