Aktivis Chile Ditemukan Tewas dengan Tangan Kaki Terikat, Dikenal Aktif Bersuara soal Lingkungan
Kematian mengenaskan seorang aktivis lingkungan di Chile yang menentang proyek bendungan membuat aktivis lain geram.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Kematian mengenaskan seorang aktivis lingkungan di Chile yang menentang proyek bendungan membuat aktivis lain geram.
Dilansir The Guardian, pegiat lingkungan yang meninggal itu adalah Javiera Rojas.
Rojas ditemukan tewas dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
Jasad wanita 42 tahun ini terkubur di bawah tumpukan pakaian di sebuah rumah kosong, Minggu (28/11/2021) lalu di Calama, utara Antofagasta.
Rojas cukup terkenal di Chile karena keaktifannya dalam protes terhadap proyek Prime Thermoelectric.
Baca juga: UU Ciptaker Dinyatakan Inkonstitusional, Gatot Nurmantyo Desak Pemerintah Bebaskan Para Aktivis KAMI
Baca juga: Sosok Presiden Interpol Baru, Jenderal UEA yang Dituding Lakukan Penyiksaan Pada Aktivis HAM
Dia juga ikut dalam kampanye untuk membatalkan pembangunan bendungan Tranca pada 2016 silam.
Kampanye yang sukses itu membawa misi bahwa bendungan tersebut akan mengancam kehidupan satwa liar setempat serta merampas akses air masyarakat.
Dua pria, salah satunya rekan Rojas, kini berada dalam penangkapan preventif, sementara penyelidikan 200 hari dilakukan.
Politisi Chile telah meminta jaksa untuk menyelidiki kematian aktivis lingkungan tersebut.
"Apakah akibat dari pembunuhan atau karena aktivismenya, itu sangat serius," cuit wakil Antofagasta, Catalina Pérez .
"Dia menyenangkan, seorang aktivis simbolis yang berdedikasi pada proses perlawanan," kata Francisca Fernández, yang berteman dengan Rojas melalui organisasi lingkungan Movement for Water and Territories (Mat).
Di mata Fernández, Rojas adalah aktivis yang bersemangat, terbukti dari banyak partisipasinya dalam protes.
Selama pandemi Covid-19 ini, Rojas pindah dari Coquimbo ke Calama untuk berkumpul bersama keluarganya.
Fernández mengaku sempat berkirim pesan singkat dengan Rojas tiga pekan yang lalu.
Dia meyakini Rojas tidak ikut andil dalam aktivisme di lingkungan tersebut.
Pada Rabu lalu, selama sesi majelis yang menyusun konstitusi baru untuk Chili, delegasi Bárbara Sepúlveda membahas pembunuhan Rojas dan berjanji tidak akan berhenti bersuara.
"Untuk pembunuhnya: satu pesan– Anda dapat membungkam satu suara tetapi Anda tidak akan pernah membungkam kami semua," ujarnya.
Amerika Latin adalah wilayah paling mematikan di dunia bagi para pembela tanah.
Penindasan di Chile terkonsentrasi pada masyarakat adat yang menuntut hak atas tanah di selatan Chile.
Mereka yang menentang dianiaya dan dibunuh.
Baca juga: Pendemo Aksi Kamisan Usir Moeldoko, Pengamat: Aktivis Itu Harus Menghormati Hak Berbicara Orang Lain
Baca juga: Sosok Faye Simanjuntak, Ayahnya Disebut-sebut akan Jadi Pangkostrad Baru, Aktivis sejak SD
Namun, ancaman mulai meluas kepada aktivis di seluruh negeri.
Pada Juni lalu, aktivis Verónica del Carmen Vilches menerima ancaman pembunuhan di wilayah tengah Petorca setelah menuduh perusahaan pertanian melakukan pencurian air.
Fernández mengatakan, anggota Mat kerap jadi sasaran ancaman, menambahkan bahwa aktivis perempuan sangat rentan terhadap serangan fisik.
"Kita harus mempertimbangkan bahwa posisi (Rojas) sebagai pejuang sosial-lingkungan membuatnya semakin rentan terhadap kekerasan," katanya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.