Kazakhstan Menahan Mantan Kepala Keamanan Nasional atas Dugaan Makar
Mantan kepala badan intelijen Kazakhstan telah ditahan karena dicurigai melakukan pengkhianatan tingkat tinggi, setelah sebelumnya dipecat.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Mantan kepala badan intelijen Kazakhstan telah ditahan karena dicurigai melakukan makar, setelah sebelumnya dipecat di tengah protes kekerasan.
Dilansir The Gurdian, Komite Keamanan Nasional (NSC) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (8/1/2022) bahwa mantan ketuanya, Karim Masimov, telah ditahan pada hari Kamis.
"Atas dugaan melakukan kejahatan ini, mantan ketua NSC, Karim Masimov ditahan dan ditempatkan di pusat penahanan sementara, bersama dengan yang lainnya," bunyi pernyataan itu.
Puluhan orang tewas dan gedung-gedung publik di seluruh Kazakhstan telah digeledah dan dibakar dalam aksi kekerasan terburuk yang dialami oleh negara bekas republik Soviet dalam 30 tahun kemerdekaan.
Pasukan keamanan tampaknya telah berhasil merebut kembali jalan-jalan di kota utama Kazakhstan pada hari Jumat.
Presiden yang didukung Rusia, Kassym-Jomart Tokayev mengatakan dia telah memerintahkan pasukannya untuk menembak mati kerumunan untuk memadamkan pemberontakan di seluruh negeri.
Dilansir BBC.com, Tokayev juga mengatakan "20.000 bandit" telah menyerang kota utama Almaty, pusat aksi demonstrasi yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar.
Ia menyebut para demonstran yang berbuat kerusuhan sebagai bandit atau teroris yang dilatih di luar negeri, meski tidak memberikan bukti.
Dalam pidato yang disiarkan di TV, Tokayev menolak seruan untuk mengadakan pembicaraan dengan pengunjuk rasa.
Baca juga: Terima Arahan Menlu, KBRI Nur Sultan Sediakan Nomor Hotline Respons Situasi Darurat di Kazakhstan
Baca juga: Apa yang Terjadi di Kazakhstan? Begini Awal Mula Terjadinya Kerusuhan dan Bagaimana Respons Rusia
Ia mengatakan, "Pembicaraan macam apa yang bisa kita lakukan dengan penjahat dan pembunuh?"
"Kami harus menghadapi bandit bersenjata, lokal maupun asing. Lebih tepatnya, dengan teroris."
"Jadi kami harus menghancurkan mereka, ini akan segera dilakukan," katanya.
Sementara itu, kelompok oposisi telah menyangkal tuduhan bahwa kerusuhan yang terjadi merupakan bentuk terorisme.
Apa yang Terjadi di Kazakhstan? Begini Awal Mula Terjadinya Kerusuhan dan Bagaimana Respons Rusia
Protes terhadap kenaikan harga bahan bakar di Kazakhstan sejak 2 Januari 2022 telah menyebabkan krisis politik di negara pecahan Uni Soviet itu.
Pemerintah (kabinet) mengundurkan diri pada 5 Januari atas perintah Presiden Kassym-Jomart Tokayev ketika aksi protes berubah menjadi kekerasan di beberapa kota, kota kecil dan desa di negara Asia Tengah.
Demonstran menyerbu kantor walikota di Almaty, kota terbesar di negara itu.
Mereka berusaha masuk ke kediaman presiden, menurut laporan berita lokal.
Banyak dari demonstran yang berkumpul di kantor walikota membawa tongkat dan tameng, dan api terlihat berasal dari gedung, menurut laporan.
Baca juga: Puluhan Warga dan Polisi Tewas dalam Aksi Protes Kenaikan Harga BBM di Kazakhstan
Baca juga: Kerusuhan di Kazakhstan, Dubes Fadjroel Pastikan 141 WNI dalam Kondisi Sehat dan Aman
Polisi di Almaty mengatakan pada hari Kamis bahwa puluhan perusuh telah "dibasmi", kantor berita Interfax melaporkan.
Sementara itu, ribuan orang berkumpul di luar kediaman presiden di kota itu.
Kebakaran juga dilaporkan terjadi di kantor kejaksaan Almaty.
Puluhan kendaraan polisi dibakar atau dirusak.
Departemen kesehatan kota Almaty mengatakan 190 orang memerlukan bantuan medis, termasuk 137 polisi.
Pemerintah kota mendesak warga untuk tinggal di rumah.
Atameken, kelompok lobi bisnis Kazakhstan, mengatakan para anggotanya melaporkan serangan terhadap bank, toko, dan juga restoran.
Bagaimana awal mula terjadinya protes?
Dilansir The National News, pada awal tahun 2022, harga bahan bakar gas cair, yang digunakan sebagian besar orang Kazakh untuk bahan bakar mobil, naik dua kali lipat.
Pemerintah beralasan kenaikan tersebut sebagai kontrol harga agar sejalan dengan harga pasar global.
Meskipun Kazakhstan memiliki cadangan gas dan minyak yang luas serta kekayaan mineral, ketidakpuasan tentang kondisi kehidupan yang buruk sangat kuat di beberapa bagian negara itu.
Banyak orang Kazakh juga kesal dengan dominasi partai yang berkuasa yang memegang lebih dari 80 persen kursi di parlemen.
Protes terus berlanjut meskipun pemerintah mengundurkan diri.
Pihak berwenang memutuskan untuk menurunkan harga bahan bakar dan membatasinya selama enam bulan ke depan.
Dalam insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak kemerdekaan pada tahun 1991, pengunjuk rasa bahkan berusaha untuk merobohkan patung Nursultan Nazarbayev.
Nursultan Nazarbayev adalah presiden pertama yang merupakan kekuatan politik dominan di negara itu selama lebih dari tiga dekade.
Ia menyerahkan kekuasaan kepada Tokayev pada tahun 2019.
Apa hubungannya presiden dengan aksi protes ini?
Tokayev telah menjanjikan respons yang tegas terhadap aksi protes tersebut.
"Sebagai presiden, saya berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kedamaian warga negara kami, mengkhawatirkan integritas Kazakhstan," katanya saat di televisi Kazakh, seraya menambahkan bahwa dia bermaksud "bertindak sekuat mungkin".
Tokayev mengumumkan keadaan darurat di Almaty pada hari Selasa (4/1/2022), memberlakukan jam malam dan membatasi akses ke kota.
Ratusan pengunjuk rasa ditahan setelah menyerbu kantor-kantor pemerintah.
Tokayev kemudian memberlakukan keadaan darurat selama dua minggu di ibu kota, Nur-Sultan.
Pemadaman internet yang meluas telah dilaporkan di negara itu sejak Minggu (2/1/2022).
Pihak berwenang diyakini telah menutup situs perpesanan termasuk WhatsApp, Telegram, dan Signal.
"Kazakhstan sekarang berada di tengah pemadaman internet skala nasional," kata kelompok pemantau web NetBlocks.
"Insiden itu kemungkinan akan sangat membatasi liputan protes anti-pemerintah yang meningkat."
Di mana saja aksi protes terjadi?
Kazakhstan adalah bekas bagian dari Uni Soviet.
Rusia berada di utara, Uzbekistan dan Kirgistan di selatan, dan China di timur.
Kazakhstan juga memiliki perbatasan dengan Turkmenistan dan berbagi bagian dari Laut Kaspia.
Kota tenggara Almaty menyaksikan kerusuhan paling besar sejak dimulainya protes.
Tetapi demonstrasi yang lebih kecil juga terjadi di kota-kota di seluruh republik berpenduduk 19 juta orang itu, dimulai dengan kota Zhanaozen di Mangystau.
Penduduk Almaty yang berbaur dengan pengunjuk rasa pada hari Rabu mengatakan sebagian besar dari mereka yang mereka temui tampaknya berasal dari pinggiran kota yang miskin atau desa-desa terdekat.
Di alun-alun utama, minuman keras didistribusikan dan beberapa orang mendiskusikan apakah akan pergi ke bazaar kota atau daerah yang kaya untuk kemungkinan melakukan penjarahan, kata penduduk.
"Ada anarki total di jalan," kata seorang warga kepada Reuters.
Bagaiman reaksi Rusia?
Kazakhstan adalah sekutu dekat Rusia.
Keduanya berbagi serikat pekerja dan kemitraan strategis lainnya.
Tokayev dan pendahulunya Nazarbayev, yang terus memegang pengaruh politik di belakang layar, mendapat dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rusia mengatakan sedang memantau situasi dengan cermat dan dilaporkan akan mengirim pasukan untuk "menstabilkan" negara itu.
"Kami memantau peristiwa di negara tetangga kami yang bersaudara," kata Kementerian Luar Negeri Rusia, menyerukan resolusi damai dan diakhirinya protes.
Pada Kamis dini hari, dalam pidato televisi keduanya dalam beberapa jam, Tokayev mengatakan bahwa dia telah meminta bantuan kepada Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi militer Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan.
Ia mengatakan geng "teroris" yang dilatih asing sedang merebut gedung, infrastruktur dan senjata, dan telah mengambil lima pesawat, termasuk yang ada di bandara Almaty.
"Ini adalah perusakan integritas negara dan yang paling penting ini adalah serangan terhadap warga kami yang mendesak saya ... untuk membantu mereka segera," katanya.
Kremlin mengatakan pihaknya mengharapkan Kazakhstan, sekutu dekat, untuk segera menyelesaikan masalah internalnya, memperingatkan negara-negara lain agar tidak ikut campur.
Apakah pemerintahan Kazakhstan stabil?
Mengutip NY Times, selama tiga dekade kekuasaannya yang panjang, Nazarbayev memenangkan pemilihan berulang kali dengan hampir 100 persen suara setiap kali.
Ia sering kali memenjarakan lawan politik atau jurnalis yang mengkritiknya.
Kazakhstan lalu memilih Tokayev pada Juni 2019, tetapi dengan hasil pemilu yang tidak seimbang dalam pemungutan suara yang kacau.
Pemilihan itu dinilai tidak adil oleh pengamat dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa.
Hasil dan tindakan keras polisi terhadap pengunjuk rasa damai pada saat itu menunjukkan bahwa meski pemimpin veteran negara itu telah melepaskan kursi kepresidenan, sistem yang ia bangun selama pemerintahannya yang panjang masih berlaku.
Sejak berkuasa, Tokayev telah berusaha untuk mempromosikan citra yang sedikit lebih lembut daripada pendahulu dan mentornya.
Tetapi para pembela hak asasi manusia mengatakan struktur otokratis yang dibangun oleh pendahulunya terbukti masih tangguh, setidaknya sampai sekarang.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)