Penelitian Harvard: Virus Herpes Kemungkinan Besar Jadi Penyebab Utama Sklerosis Ganda
Virus yang menyebabkan herpes kemungkinan adalah penyebab utama multiple sclerosis (MS) atau sklerosis ganda, menurut penelitian terbaru.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Virus yang menyebabkan herpes kemungkinan adalah penyebab utama multiple sclerosis (MS) atau sklerosis ganda, menurut penelitian terbaru.
Seperti dilansir NZ Herald, peneliti Harvard menemukan bahwa virus Epstein-Barr (EBV), yang merupakan salah satu virus paling umum di dunia, meningkatkan kemungkinan sklerosis ganda hingga 32 kali.
Para ilmuwan telah lama berspekulasi bahwa virus EBV ini mungkin terkait dengan kondisi tersebut, tetapi tidak dapat memberikan bukti apa pun untuk mendukungnya.
"Ini adalah studi pertama yang memberikan bukti kuat tentang hubungan tersebut," kata Alberto Ascherio, profesor epidemiologi dan nutrisi di Harvard T.H Chan School dan penulis senior studi tersebut.
"Ini adalah langkah besar karena menunjukkan bahwa sebagian besar kasus sklerosis ganda dapat dicegah dengan menghentikan infeksi EBV, dan menargetkan EBV dapat mengarah pada penemuan obat untuk sklerosis ganda."
Saat ini tidak ada obat untuk multiple sclerosis, yang merupakan kondisi yang mempengaruhi sekitar 110.000 orang di Inggris.
Baca juga: Terkena Herpes Zoster? Ini Terapi yang Bisa Anda Jalani
Baca juga: Biasa Dialami Usia Dewasa, Kini Herpes Zoster Juga Sering Terjadi Pada Usia Muda
Gejala yang tidak dapat diprediksi
National Multiple Sclerosis Society mengatakan risiko terjangkit sklerosis ganda pada populasi umum adalah sekitar satu dari 1000.
Sklerosis ganda adalah penyakit peradangan kronis pada sistem saraf pusat yang menyerang selubung mielin yang melindungi neuron di otak dan sumsum tulang belakang.
Gejalanya tidak dapat diprediksi, biasanya hanya berkisar dari cacat fisik seperti masalah mobilitas hingga kondisi kesehatan mental, seperti depresi.
Banyak orang dengan sklerosis ganda melaporkan merasakan kelelahan yang luar biasa, di mana tugas-tugas sederhana menjadi sulit.
Pada sekitar seperempat kasus, gejala pertama yang terlihat adalah masalah pada salah satu mata pasien, termasuk buta warna dan penglihatan ganda.
Sementara itu, infeksi Virus Epstein-Barr sangat lah umum, dan dapat ditemukan pada sekitar 95 persen orang.
Infeksi Virus Epstein-Barr dapat membuat orang merasa lelah dan sakit, dan juga dikenal sebagai mono atau herpes.
Setelah seseorang terpapar patogen Virus Epstein-Barr, patogen itu tetap berada di sistem mereka selamanya.
Patogen itu seringkali tidak memunculkan gejala apa pun tetapi kadang-kadang aktif kembali.
Daniel Davis, profesor imunologi di University of Manchester, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan:
"Lebih dari 9 dari 10 orang terinfeksi virus ini di seluruh dunia, biasanya pada masa kanak-kanak, dan sangat jarang muncul masalah."
"Kami sudah tahu bahwa virus ini meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, dan sekarang kami tahu bahwa virus ini juga mungkin merupakan faktor dalam multiple sclerosis."
"Meski begitu, penting untuk dicatat bagi kebanyakan orang, virus itu tidak akan menyebabkan masalah bagi mereka."
"Saat ini, kami tidak tahu mengapa hanya sebagian kecil orang saja yang terinfeksi virus ini yang kemudian mengalami masalah serius."
Davis menambahkan bahwa faktor-faktor lain mungkin berperan, seperti genetika dan pengobatan.
Para peneliti yang berbasis di AS mempelajari catatan medis lebih dari sepuluh juta orang yang terdaftar di militer AS, di mana 955 mengalami multiple sclerosis selama masa kerja mereka.
Sampel darah yang diambil dua kali setahun oleh militer dianalisis oleh para peneliti untuk menentukan apakah orang tersebut memiliki virus.
Sampel itu dirujuk silang dengan diagnosis sklerosis ganda kemudian, yang biasanya mulai muncul sepuluh tahun setelah identifikasi EBV.
Risiko seseorang yang mengembangkan multiple sclerosis 32 kali lebih besar pada orang yang dites positif virus herpes daripada minoritas orang yang tidak memiliki EBV.
Protein dan biomarker untuk degenerasi saraf yang disebut NfL hanya meningkat pada mereka yang telah terinfeksi virus, tulis para peneliti dalam penelitian mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Science.
Temuan mereka tidak dapat dijelaskan oleh faktor risiko lain yang diketahui untuk MS dan menunjuk EBV sebagai menjadi penyebab utama.
Ascherio mengatakan: "Saat ini tidak ada cara untuk mencegah atau mengobati infeksi EBV secara efektif, tetapi vaksin EBV atau menargetkan virus dengan obat antivirus khusus EBV pada akhirnya dapat mencegah atau menyembuhkan MS."
Tentang virus herpes simpleks
- Kebanyakan orang terpapar HSV-1 (herpes simpleks tipe 1) saat bayi atau anak-anak.
Virus ini dapat menyebar melalui kontak kulit ke kulit dengan orang dewasa yang membawa virus.
Orang dewasa yang tidak memiliki luka tetap bisa menyebarkan virus.
- Seseorang biasanya terkena HSV-2 (herpes simplex tipe 2) melalui kontak seksual.
Virus herpes simpleks menyebar dari orang ke orang melalui kontak dekat.
Seseorang bisa terpapar virus herpes simpleks dari sentuhan luka herpes.
Namun, kebanyakan orang terkena herpes simpleks dari orang yang terinfeksi yang tidak memiliki luka.
Dokter menyebut ini "penumpahan virus tanpa gejala".
- Seseorang dengan HSV-1 (herpes simplex tipe 1) dapat menularkannya kepada orang lain dengan cara: mencium atau menyentuh kulit orang tersebut, seperti mencubit pipi anak kecil, atau berbagi benda seperti peralatan makan, lip balm, atau pisau cukur.
- Seseorang bisa terkena herpes genital setelah kontak dengan HSV-1 atau HSV-2.
Kebanyakan orang mendapatkan herpes genital dari HSV-2, yang mereka dapatkan saat berhubungan intim.
- Sekali seseorang terinfeksi virus herpes, virus tidak pernah meninggalkan tubuh.
Setelah terkena virus, virus berpindah dari sel kulit ke sel saraf.
Virus akan tetap berada di sel saraf selamanya.
Tapi biasanya virus hanya tinggal di sana.
Pada tahap ini, virus dikatakan tidak aktif, atau tertidur. Tapi bisa aktif kembali.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)