Sosok Christine Lee, Dituduh Sebagai Mata-mata China yang Menyusup ke Parlemen Inggris
Inggris mengumumkan seorang mata-mata dari China yang memiliki akses begitu luas di negara sekutu Amerika itu.
Editor: Hasanudin Aco
Anggota-anggota parlemen Inggris diminta untuk menyatakan sumber sumbangan yang mereka terima, yang harus berasal dari pemilih atau entitas yang terdaftar di Inggris.
Lee sendiri belum mendapatkan tuduhan telah melakukan tindakan pidana hingga saat ini.
Lee kabarnya menyumbang anggota parlemen Partai Buruh Barry Gardiner dan partai konstituennya.
Putranya juga diangkat sebagai peneliti kebijakan di kantornya, bekerja di sana hingga pengunduran dirinya pada hari Kamis.
Gardiner telah menjadi sekutu dekat British Chinese Project (BCP), yang kemudian mendirikan All-Party Parliamentary Group (APPG) di Westminster, yang menerima ribuan pound dana.
Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel hari Senin (17/1/2022) “sangat terkejut” bahwa anggota-anggota parlemen Inggris selama bertahun-tahun menjadi sasaran seorang individu yang bekerja atas nama Partai Komunis China.
“Sebagaimana anggota-anggota di majelis ini, saya sangat terkejut mengetahui adanya seorang individu yang dengan sengaja selama bertahun-tahun melakukan campur tangan atas nama Partai Komunis China dengan menarget anggota-anggota parlemen," ujar Patel.
Lee memiliki kewarganegaraan Inggris.
Lee telah terbuka di situs web firma hukumnya di Birmingham, Christine Lee & Co Solicitors, mencatat perannya sebagai penasihat hukum untuk kedutaan China.
Prestasinya di luar negeri membuatnya dianggap berprestasi bagi China. Sebuah laporan di media pemerintah Tiongkok pada tahun 2019 mencatat bahwa dia adalah salah satu perwakilan komunitas Tionghoa di luar negeri yang diundang untuk berpartisipasi dalam peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok.
Dia digambarkan sebagai "pengacara Tiongkok terkenal di Inggris" .
Lee berada di daratan Inggris Raya sejak tahun 1974 setelah orang tuanya pindah dari Hong Kong ke Irlandia Utara.
Saat di bangku sekolah dia sering diejek oleh teman-teman sekelasnya.
“Saya mengerti saat itu bahwa tidak peduli seberapa fasih bahasa Inggris saya, dan tidak peduli apa kebangsaan saya, saya akan selalu memiliki kulit kuning, mata hitam, dan darah keturunan Yan dan Huang akan selalu mengalir di tubuh saya," ujar Lee.