Restrukturisasi Besar-besaran, Unilever akan Pangkas 1.500 Karyawannya di Seluruh Dunia ?
Sementara itu, Unilever pun berharap para pekerja pabrik tidak terpengaruh oleh rencana restrukturisasi besar-besaran ini.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Unilever mengumumkan rencana untuk memangkas sekitar 1.500 karyawan di seluruh dunia dalam rangka restrukturisasi besar-besaran perusahaan asal Inggris itu.
Perombakan tersebut bertujuan untuk meredakan kekhawatiran para pemegang saham setelah gagalnya tawaran pengambilalihan. Dikutip dari Daily Sabah, Rabu (26/1/2022), Unilever yang mempekerjakan sekitar 149.000 orang di seluruh dunia itu mengatakan pada Selasa kemarin bahwa perombakan akan menciptakan 5 divisi yang berfokus pada produk beauty and wellbeing, personal care, home care, nutrition dan ice cream.
"Berpindah ke 5 grup bisnis yang berfokus pada kategori akan memungkinkan kami untuk lebih responsif terhadap tren konsumen dan channel, dengan akuntabilitas pengiriman yang sangat jelas," kata CEO Unilever Alan Jope.
Baca juga: Rayakan Hari Jadi Ke-88, Unilever Indonesia Gelar Awarding “Every U Does Good Heroes
Unilever yang sahamnya jatuh sekitar 13 persen selama setahun terakhir, pada pekan lalu secara efektif membatalkan rencana untuk membeli bisnis perawatan kesehatan konsumen GlaxoSmithKline (GSK) seharga 50 miliar poundsterling atau setara 67 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Proposalnya yang ditolak oleh GSK, dikritik secara luas oleh investor sebagai gangguan yang mahal dan berisiko menghadapi tantangan bisnis yang mendesak, seperti lonjakan inflasi di pasar negara berkembang. Beberapa hari kemudian, laporan juga muncul bahwa Trian Partners dari investor aktivis Nelson Peltz telah membangun saham di Unilever, mencerminkan investasi sebelumnya dan mendorong perubahan di P&G serta perusahaan barang konsumen lainnya.
Kendati demikian, Peltz belum mengkonfirmasi telah membangun saham di Unilever. Di P&G, Peltz mengkritik penurunan pangsa pasar pembuat deterjen Tide, pertumbuhan penjualan organik yang rendah, merek yang menua, birokrasi, serta biaya struktural yang berlebihan.
"Kebetulan saat ini Unilever sedang ribut, Peltz telah mencoba di Mondelez, Heinz, PepsiCo - seluruh katalog perusahaan barang konsumen. Beberapa investor berpikir Unilever terlalu fokus pada strategi lingkungan dan sosial, tidak cukup pada bisnis intinya," kata Analis Barclays, Warren Ackerman. Sementara itu, Unilever pun berharap para pekerja pabrik tidak terpengaruh oleh rencana restrukturisasi besar-besaran ini.