12 Tokoh Kunci yang Terlibat dalam Krisis Rusia vs Ukraina, Tidak Hanya Vladimir Putin
Berikut tokoh-tokoh penting (termasuk individu dan organisasi) serta perannya dalam mendorong maupun mencegah terjadinya invasi terhadap Ukraina.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah memulai serangannya terhadap Ukraina sejak Kamis (24/2/2022) pagi.
Jauh sebelum itu, para pemimpin dunia telah mengupayakan negosiasi diplomatik, meminta Vladimir Putin mengurangi ketegangan militer di sekitar perbatasannya dengan Ukraina.
Namun upaya diplomatik terbukti gagal setelah Rusia memasuki Ukraina, menewaskan setidaknya 137 orang hingga Jumat pagi.
Serangan Rusia ke Ukraina terjadi atas perintah Presiden Vladimir Putin, yang mengklaim mengirim pasukan untuk melindungi orang-orang.
Tapi siapa saja yang berperan dalam invasi ini selain Putin?
Baca juga: UPDATE Serangan Rusia di Ukraina: 137 Orang Tewas, Laki-laki Usia 18-60 Dilarang Tinggalkan Negara
Baca juga: NATO Sudah Siagakan Pesawat Tempur, Tapi Belum Akan Tempatkan Pasukan ke Ukraina
Dilansir Sky News, berikut tokoh-tokoh penting (termasuk individu dan organisasi) serta perannya dalam mendorong maupun mencegah terjadinya invasi besar-besaran terhadap Ukraina.
RUSIA
- Vladimir Putin
Sebagai seorang mantan Komite Keamanan Negara Soviet (KGB), Vladimir Putin telah memimpin Rusia sejak tahun 2000.
Selama dua dekade terakhir, Putin telah berusaha untuk menegaskan kembali dominasi Rusia di Timur.
Ia secara ilegal menginvasi dan mencaplok wilayah Ukraina di Krimea pada tahun 2014.
Pasukan Rusia mulai muncul di perbatasannya dengan Ukraina pada akhir 2021.
Setelahnya, Kremlin mengajukan tuntutan agar NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa timur.
Kremlin juga meminta Ukraina untuk tidak pernah diizinkan bergabung dengan NATO.
- Sergei Lavrov
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menjadi negosiator kunci dalam krisis ini.
Ia bertemu dengan mitranya dari AS, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dan banyak pejabat lainnya dari seluruh Barat.
Sergei Lavrov telah menjabat sejak 2014, ketika Rusia mencaplok Krimea.
Menjelang invasi saat itu, Lavrov mengatakan kepada John Kerry, menteri luar negeri AS pada saat itu, bahwa Rusia sama sekali tidak berniat, atau tertarik, melintasi perbatasan Ukraina.
Lavrov sebelumnya mengatakan kepada Blinken bahwa peluang diraihnya kesepakatan dalam pembicaraan "rendah".
Ia juga mengejek menteri luar negeri Inggris Liz Truss yang mengunjungi Moskow.
Liz Truss disebut "tidak siap".
Lavrov bahkan menyebut percakapannya dengan Truss seperti "berbicara dengan orang tuli".
- Sergei Shoigu
Menteri pertahanan yang juga memegang pangkat jenderal tentara Rusia telah disebut-sebut sebagai calon penerus Putin mengingat hubungan dekat mereka.
Menjabat sejak 2012, Shoigu mengawasi invasi Krimea pada 2014.
Ukraina kemudian menuduhnya membentuk kelompok pemberontak ilegal yang berperang melawan Tentara Ukraina.
Shoigu mengadakan pembicaraan dengan berbagai kekuatan Barat selama krisis baru-baru ini.
Ia menggambarkan kerja sama Inggris-Rusia "mendekati nol" setelah pertemuan di Moskow dengan rekannya, Ben Wallace.
UKRAINA
- Volodymyr Zelenskyy
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adalah seorang mantan aktor dan komedian.
Bukan dari orang berlatar belakang politik, ia berhasil memenangkan pemilihan 2019 dengan telak.
Zelenskyy telah mencoba menjauhkan Ukraina dari Rusia, meski ada upaya dari Putin untuk menegaskan kembali pengaruhnya terhadap Soviet.
Alih-alih mendekat ke Putin, Zelenskyy mengarahkan pandangannya pada keanggotaan NATO dan Uni Eropa.
Menanggapi penumpukan pasukan Rusia di perbatasannya pada akhir 2021 lalu, Zelenskyy meminta para pemimpin NATO untuk mempercepat keanggotaan Ukraina.
Ia mengklaim sekelompok pemberontak Rusia dan Ukraina merencanakan kudeta untuk menggulingkannya.
Zelenskyy mendapat dukungan dari Barat, termasuk Amerika Serikat, yang telah berulang kali mengatakan akan membela Ukraina jika Rusia menyerang.
- Dmytro Kuleba
Menteri luar negeri Ukraina dan anggota Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional, Dmytro Kuleba adalah salah satu diplomat senior termuda dalam sejarah negara itu.
Kuleba telah berulang kali meremehkan ancaman invasi Rusia, menuduh AS membesar-besarkan bahaya.
Kuleba bahkan menyebut kehadiran Rusia di perbatasan Ukraina tidak akan cukup untuk melaksanakan operasi militer skala besar.
- Denis Pushilin
Setelah pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014, dua daerah lain, keduanya di wilayah Donbas timur, mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina.
Baik republik rakyat Donetsk dan Luhansk yang memproklamirkan diri didukung oleh Rusia.
Pemimpin separatis DPR Denis Pushilin mengatakan bahwa peningkatan dukungan Barat terhadap Ukraina bisa berarti perang skala penuh dengan Rusia pecah kapan saja.
"Saya tidak mengesampingkan bahwa Ukraina dapat menyerang kapan saja," katanya.
Sekitar 15.000 orang telah tewas dalam pertempuran antara separatis dan Tentara Ukraina sejak 2014.
Sumber-sumber senior pemerintah mengklaim Rusia telah mengerahkan sekitar 2.000 personel untuk mendukung kawasan itu sejak ketegangan meningkat akhir tahun lalu.
BELARUSIA - Alexander Lukashenko
Presiden Alexander Lukashenko adalah sekutu kuat Putin.
Kedua negara membentuk apa yang disebut negara serikat untuk mendukung integrasi ekonomi dan militer.
Rusia telah menggelar latihan militer yang melibatkan 30.000 tentara di Belarus dan dekat perbatasannya dengan Ukraina.
Ukraina menyebut latihan itu sebagai "tekanan psikologis".
Tetapi sama seperti Putin, Lukashenko masih menyangkal ada invasi yang direncanakan.
"Saya yakin tidak akan ada perang," katanya Februari ini sebelum invasi akhirnya benar terjadi.
AMERIKA SERIKAT - Joe Biden & Antony Blinken
Saat ketegangan meningkat dan sanksi dijatuhkan di kedua belah pihak, hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat digambarkan sebagai "yang terburuk sejak Perang Dingin".
Setelah pasukan Rusia muncul di perbatasan Ukraina tahun lalu, Presiden Joe Biden menyatakan dukungannya terhadap Ukraina.
AS mengancam Kremlin dengan "tindakan ekonomi dan lainnya".
Pada bulan Januari, Biden dikritik karena mengatakan "serangan kecil" oleh Rusia akan menghasilkan tanggapan yang lebih rendah dari sekutu barat, sebelum Gedung Putih mengklarifikasi komentarnya.
Sejak itu AS diwakili dalam negosiasi oleh Menlu AS Antony Blinken, yang telah melakukan perjalanan ke Kyiv dan Swiss dalam upaya untuk membujuk Rusia.
EROPA - Emmanuel Macron & Olaf Scholz
Selain NATO sendiri, para pemimpin Eropa juga telah mencoba untuk bernegosiasi dengan Rusia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mencoba menggunakan perjanjian Minsk yang ditengahi antara Ukraina dan separatis (Donbas) yang didukung Rusia bersama Jerman pada 2014 dan 2015.
Format Normandia dalam perjanjian gencatan senjata memfasilitasi keempat negara itu untuk duduk di sekitar meja perundingan bersama.
Macron sempat berbicara langsung dengan Putin dan Zelenskyy tetapi telah dikritik karena beberapa intervensinya.
Kanselir baru Jerman, Olaf Scholz, juga mengunjungi Kyiv dan Moskow.
Posisi Scholz menjadi lebih sulit karena pipa gas Nord Stream 2 berada antara Jerman dan Rusia.
Sekutu Baratnya telah memintanya untuk memblokir aliran pipa gas itu, yang baru dikabulkan setelah Rusia memulai invasinya.
NATO
Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO terdiri dari 30 negara anggota di seluruh Eropa dan Amerika.
Rusia dan Ukraina bukan lah anggota, tetapi Ukraina beminat menjadi anggota NATO sejak Uni Soviet runtuh pada 1991.
Perhatian utama Putin adalah dominasi NATO di Eropa timur, di mana ia mencoba untuk membangun kembali pengaruh era Soviet.
Putin menuntut NATO tidak pernah mengizinkan Ukraina menjadi anggota.
Jens Stoltenberg, sekretaris jenderalnya, mengatakan bahwa Ukraina yang berdaulat, independen dan stabil adalah kunci keamanan Euro-Atlantik.
NATO mendukung negara-negara anggota dalam negosiasi mereka dengan Rusia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)