Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Dubes RI Sebut Rusia Punya Rudal dengan Kecepatan Luar Biasa

Kekuatan militer Rusia menempati peringkat kedua global power index dan disegani oleh negara-negara internasional.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Mantan Dubes RI Sebut Rusia Punya Rudal dengan Kecepatan Luar Biasa
TRIBUN/DANY PERMANA
Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus M Wahid Supriyadi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekuatan militer Rusia menempati peringkat kedua global power index dan disegani oleh negara-negara internasional.

Hal ini diungkapkan Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi saat wawancara eksklusif di kantor Tribun Network, Senin (28/2/2022).

"Kalau Irak dan Suriah mungkin lemah. Tapi Rusia punya senjata luar biasa bahkan ada sistem rudal 27 kali lebih cepat dari suara," tutur Wahid dalam Wawancara Ekslusif bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra.

“Sekali naik nggak bisa dicegat,” jelasnya.

Baca juga: Bantu Ukraina Lawan Rusia, Australia Putuskan Kirim Rudal dan Amunisi

Ia menilai fakta ini yang membuat negara-negara barat bahkan NATO enggan mengirimkan bantuan personel.

Wilayah barat tidak akan arogan membantu Ukraina yang sedang diinvasi oleh militer Rusia.

Berita Rekomendasi

"Saya kira perhitungannya ke situ jangan sampai menimbulkan pertempuran habis-habisan," lanjutnya.

“Itu yang dipermasalahkan Ukraina artinya mereka tidak akan dapat kiriman tentara paling hanya peralatan,” jelasnya.

Selama ini China dengan Rusia hubungannya oke tapi kenapa dalam konflik ini terkesan diam saja?

Mantan Dubes itu menjelaskan, dua negara besar peringkat kedua dan ketiga ini punya perjanjian urusan dalam negeri masing-masing.

Perdagangan terbesar Rusia itu dengan China sebesar 141 miliar dolar AS. Itu kenaikannya luar biasa.

“Sanksi-sanksi yang diberikan tidak terlalu dirasakan karena hanya berdampak di level bawah. Sebenarnya antara Rusia dengan China itu ada 'culture distrust'. Ketika keduanya masih komunis ada persaingan.”

“Sekarang punya kepentingan bersama dan musuh bersama. Tetapi memang politis tidak ada yang statis tergantung kepentingan nasional masing-masing,” ujarnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas