Konflik Rusia-Ukraina Merusak Mimpi China Atas Proyek Jalur Sutra di Eropa
Terhadap konflik Rusia-Ukraina ini, China menolak seruan AS dan sekutunya untuk mengutuk aksi invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Konflik Rusia dan Ukraina yang saat ini terjadi ikut menghancurkan proyek Jalur Sutra atau terkenal dengan nama One Belt One Road (OBOR) dan kemudian direvisi menjadi Belt and Road Initiative.
Terhadap konflik Rusia-Ukraina ini, China menolak seruan Amerika Serikat dan sekutunya untuk mengutuk aksi invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
China juga menekan munculnya kritik di dalam negeri terhadap Rusia.
Hal ini membuat Beijing menjauhkan diri dari banyak negara Eropa timur di mana China membangun hubungan perdagangan, investasi dan teknologi di bawah proyek ambisiusnya, Belt and Road Initiatives.
Dikutip dari Reuters, Kamis (3/3/2022), di proyek Belt and Road Initiatives, China memposisikan Ukraina secara strategis di sepanjang jalur kereta api, jalan, dan energi yang menghubungkannya ke seluruh Eropa.
Sejak bergabung dengan kebijakan infrastruktur khas Presiden Xi Jinping pada tahun 2017, perusahaan-perusahaan China telah meningkatkan pembangunan pelabuhan dan kereta bawah tanah negara itu.
Baca juga: China Bantah Tuduhan Minta Rusia Tak Serang Ukraina Sampai Olimpiade Musim Dingin Selesai
Di 2020, Ukraina sudah menandatangani nota kesepahaman dengan raksasa telekomunikasi Huawei Technologies yang berusaha dikeluarkan oleh Amerika Serikat dari jaringan di seluruh dunia.
Dengan populasi 44 juta, Ukraina menyediakan pasar yang menarik bagi perusahaan seperti pembuat smartphone Xiaomi, dan merupakan sumber penting produk pertanian.
Baca juga: Pejabat Senior Amerika Kunjungi Taiwan di Tengah Kekhawatiran Serangan China
China membeli 30 persen impor jagungnya dari Ukraina pada 2021.
Dengan konvoi tentara Rusia maju menuju Kyiv, Beijing terjebak menyaksikan rudal menghancurkan sebuah negara yang pernah menerima tawarannya.
Serangan itu membangkitkan sentimen pan-Eropa terhadap China, yang menolak menyebut langkah Rusia sebagai invasi.
Baca juga: China Mulai Evakuasi Warganya dari Ukraina, 4 Negara Ini juga Lakukan Hal Sama
Keputusan Barat dan Moskow mempersulit perusahaan swasta untuk bertransaksi, aliran barang di sepanjang “Jalan Sutra Besi”, sistem kereta api yang dilalui produk China senilai US$ 75 miliar ke Eropa pada tahun 2021, kemungkinan akan melambat.
Korban perang lainnya mungkin adalah hubungan China dengan Polandia, yang telah berusaha mencapai keseimbangannya sendiri antara Beijing dan Washington.
Polandia adalah simpul kereta api utama di Belt and Road Initiatives dan menjadi tuan rumah bagi kantor pusat regional Huawei di Eropa.
Setelah mengalami kesengsaraan di bawah dominasi Rusia, Polandia kini dibanjiri oleh pengungsi Ukraina yang menyalahkan China karena mendukung Vladimir Putin.
Satelit bekas Soviet menyelaraskan lebih dekat dengan NATO dan Uni Eropa, yang semakin merusak strategi Beijing di wilayah tersebut.
Investasi China di UE sudah mendingin. Kesepakatan M&A di sana turun menjadi 6,5 miliar euro pada 2020, terendah dalam 10 tahun.
Setelah salah perhitungan dengan secara terbuka mendukung Putin, Beijing sekarang mencoba untuk melindungi posisi itu.
Namun, jika tidak dapat mengatur perdamaian, kerusakan diplomatik dan komersial akan sulit diperbaiki.
Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli | Sumber: Kontan