Bukan Hanya Rubel yang Melemah, Transaksi Crypto di Rusia Ikut Anjlok Imbas Konflik dengan Ukraina
Konflik yang kian memanas antara Rusia dan Ukraina membuat nilai mata uang kedua negara mengalami pelemahan.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konflik yang kian memanas antara Rusia dan Ukraina membuat nilai mata uang kedua negara mengalami pelemahan.
Hal tersebut memicu masyarakat Rusia maupun Ukraina memindahkan uang mereka dalam aset crypto.
Terlebih setelah perbankan Rusia diblokir dari sistem pembayaran global SWIFT, negara yang dipimpin Vladimir Putin tersebut mulai menyarankan para pengusaha di wilayahnya untuk beralih menggunakan alat pertukaran digital cryptocurrency untuk perdagangan internasional.
Bahkan akibat pemblokiran ini, perdagangan bitcoin dalam mata uang rubel Rusia menjadi overdrive dengan volume harian melonjak 259 persen.
Meski terlihat ada peningkatan pada pembelian Bitcoin di bursa utama Rusia, tetapi jika amati lebih detail volume perdagangan crypto yang berdenominasi rubel tak menujukan peningkatan yang drastis.
Bakan volume perdagangannya relatif kecil ketimbang Ukraina.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Evakuasi Warga Mariupol dan Volnovakha saat Gencatan Senjata
Menurut data Chainalysis yang dikutip dari Cointelegraph, tercatat pada minggu lalu Bitcoin (BTC) menguat lebih dari 15 persen.
Lonjakan pada cryptocurrency ini diperkirakan karena imbas dari adanya sanksi ekonomi yang dilayangkan ke industri Rusia.
Namun, hal ini berbanding terbalik dengan data perdagangan crypto Chainalysis dimana denominasi dari rubel hanya berjumlah sekitar 34,1 juta dolar AS pada hari Kamis (3/3/2022).
Menurut penjelasan dari analis Citigroup Alexander Saunders, volume crypto yang berdenominasi rubel Rusia relatif kecil karena Bitcoin tersebut dibeli menggunakan mata uang rubel yang saat ini nilainya sedang merosot.
Baca juga: Rusia Lakukan Gencatan Senjata di 2 Kota Ukraina, Warga Sipil Diizinkan Mengungsi
Bahkan crypto yang digadang-gadang dapat menyelamatkan pengusaha asal Rusia dari keterpurukan, justru uang digital tersebut terbuti tak mampu mengangkat perekonomian negara tersebut.
“Negara itu tidak dapat menggunakan crypto untuk menggantikan ratusan miliar dolar yang berpotensi diblokir atau dibekukan.” jelas Ari Redbord, kepala urusan hukum dan pemerintahan pada penyelidik kejahatan kripto TRM Labs.
Baca juga: Perkuat Pasukan Tempur Hingga Antisipasi Krisis Ekonomi, Ukraina Jual Obligasi Perang
Hal inilah yang kemudian membuat volume Bitcoin merosot beriringan dengan nilai rubel Rusia.
Meski kondisi perekonomiannya sedang terpuruk, Vladimir Putin bersikeras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan melindungi investor negaranya.
Satu caranya dengan menggeluarkan kebijakan–kebijakan baru seperti melegalkan crypto melalui rancangan undang-undang pada 18 Februari lalu. (cointelegraph.com)