Menlu AS Tuduh Serangan Rusia Semakin Brutal di Ukraina
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pasukan Rusia semakin brutal menyerang di Ukraina, termasuk penduduk sipil.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pasukan Rusia semakin brutal menyerang di Ukraina, termasuk penduduk sipil.
Komentar itu menyusul serangan Rusia terhadap pembangkit nuklir Ukraina - fasilitas terbesar di Eropa dengan jenis yang sama - telah memicu kebakaran sebuah bangunan di kompleks PLTN.
Berbicara kepada sejumlah wartawan, Jumat (4/3/2022) sebelum bertemu dengan rekan-rekannya dari Uni Eropa di Brussel, Blinken mengatakan, "Kita dihadapkan bersama dengan apa yang menjadi pilihan perang Presiden (Rusia Vladimir) Putin: tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan perang yang menghancurkan, konsekuensi yang mengerikan."
"Kita berkomitmen melakukan segala sesuatu untuk menghentikannya," tambahnya.
Baca juga: McDonalds, Pepsi, dan Perusahaan Ternama Amerika Diminta Hentikan Operasi di Rusia
Namun dia mengesampingkan penerapan zona larangan terbang di atas Ukraina, sekaligus menjelaskan tindakan seperti itu dapat menyebabkan konflik yang lebih luas.
“Kami mempunyai tanggung jawab untuk memastikan perang tidak meluas ke luar Ukraina. Zona larangan terbang dapat menyebabkan perang sepenuhnya di Eropa,” ujar Blinken.
Sementara itu pejabat pemerintah lokal Ukraina dan militer Rusia pada Kamis lalu mengkonfirmasi perebutan pelabuhan strategis Kherson, akan tetapi seorang pejabat pertahanan AS mengatakan Washington tidak dapat mengkonfirmasi perkembangan tersebut.
Pasukan Rusia mengepung kota pelabuhan Mariupol, timur Kherson, upaya yang dikatakan Wali Kota Vadym Boichenko bertujuan untuk mengisolasi Ukraina.
Seorang diplomat Rusia pada Jumat (4/3) mengatakan Rusia tidak berniat untuk menduduki Ukraina jika invasinya berhasil, dan pasukannya akan ditarik setelah mencapai tujuan.
Berbicara kepada para wartawan di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, duta besar Rusia Gennady Gatilov menyebut invasi itu sebagai "operasi militer dengan tujuan terbatas," yang ia katakan untuk "menghancurkan rezim dan demiliterisasi Ukraina.
Presiden Rusia Membantah
Presiden Rusia Vladimir Putin membantah pasukan Rusia membombardir kota-kota Ukraina.
Putin mengatakan hal itu saat menelepon Kanselir Jerman Olaf Scholz, Jumat (5/3/2022).
Dia menyebut kabar tersebut sebagai informasi palsu.
Presiden Rusia itu mengatakan, laporan tentang "dugaan serangan udara yang sedang berlangsung di Kiev dan kota-kota besar lainnya adalah propaganda kotor palsu," kata Kremlin dikutip dari AFP.
Dia menambahkan, dialog tentang Ukraina hanya akan bisa dilakukan jika tuntutan Rusia dipenuhi.
Putin "mengonfirmasi bahwa Rusia terbuka untuk berdialog dengan pihak Ukraina, serta dengan semua orang yang menginginkan perdamaian di Ukraina.
Tetapi dengan syarat bahwa semua tuntutan Rusia dipenuhi," lanjut Kremlin.
Syarat Rusia mencakup status netral dan non-nuklir Ukraina, "denazifikasi", pengakuan Crimea sebagai bagian dari Rusia, dan kedaulatan wilayah separatis di Ukraina timur.
"Harapan itu diungkapkan dalam pembicaraan putaran ketiga yang direncanakan, perwakilan Kiev akan mengambil posisi yang masuk akal dan konstruktif," tambah Kremlin.
Pertemuan delegasi berikutnya dari Rusia dan Ukraina diperkirakan digelar akhir pekan ini, menurut salah satu negosiator Kiev.
Sumber: VOA/AFP