Kremlin: Siapapun di Ukraina yang Serang Militer Rusia, Akan Menjadi Target
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov memperingatkan bahwa semua upaya Ukraina untuk menyerang militer Rusia menggunakan senjata akan memicu reaksi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov memperingatkan bahwa semua upaya Ukraina untuk menyerang militer Rusia menggunakan senjata akan memicu reaksi.
"Jika seseorang dengan senjata di tangan mereka menyerang militer kami, mereka juga akan menjadi sasaran, tentu saja," kata Peskov, pada Kamis waktu setempat.
Dikutip dari laman TASS, Kamis (10/3/2022), pernyataan tersebut ia sampaikan untuk menanggapi keputusan pihak berwenang Ukraina yang mengizinkan warganya menggunakan senjata secara legal dalam melawan Rusia.
Peskov mengingatkan bahwa sejak awal Presiden Rusia Vladimir Putin meminta semua orang untuk meletakkan senjata mereka.
Baca juga: Menlu Rusia Sebut Pemimpin Barat Menggaungkan Isu Perang Nuklir
"Itu hanya untuk menjamin bahwa tidak ada yang akan menembak siapapun, dan perlawanan bersenjata sengit oleh Batalyon nasionalis-Batalyon Bandera, semua ini memaksa kami untuk membalas tembakan itu," tegas Peskov.
Peskov bahkan menegaskan bahwa target militer Rusia adalah semua orang yang melakukan perlawanan menggunakan senjata.
Komisi Eropa Perluas Sanksi untuk Rusia
Di pihak lain, sejumlah negara pun terus menekan Rusia untuk menghentikan invasinya ke Ukraina.
Tekanan terhadap Rusia dilakukan dalam bentuk sanksi ekonomi.
Seperti yang dilakukan Komisi Eropa baru-baru ini.
Komisi Eropa memperluas sanksi untuk Rusia dan Belarusia, yaitu dengan memasukan aset kripto ke dalam sanksi tambahan sebagai tanggapan atas konflik yang terjadi di Ukraina.
Dalam pernyataan Komisi Eropa pada Rabu (9/3/2022), mengatakan negara-negara anggota telah setuju untuk mengubah peraturan dengan tujuan agar sanksi yang diberikan terhadap Rusia dan Belarusia menjadi lebih efektif.
Komisi Eropa juga menyatakan, aset kripto berada di bawah cakupan sekuritas yang dapat dialihkan serta menambahkan, pinjaman dan kredit yang diberikan menggunakan kripto tidak akan diizinkan sebagai bagian dari tindakan keuangan yang dibatasi ini.
Baca juga: Hasil Pertemuan Rusia dan Ukraina Tidak Ada Kemajuan, Ukraina Menolak Tuntutan Rusia
Perluasan sanksi ini mengikuti keputusan yang diumumkan pada Februari lalu, bahwa Komisi Eropa akan menghapus beberapa bank Rusia dari jaringan pembayaran lintas batas SWIFT.
Komite Parlemen Eropa untuk Urusan Ekonomi dan Moneter juga bersiap untuk mengadakan pemungutan suara tentang kerangka peraturan untuk aset kripto di Uni Eropa pada 14 Maret mendatang.
Baik Amerika Serikat dan Uni Eropa, melihat Rusia berpotensi menggunakan mata uang digital untuk menghindari sanksi yang digambarkan oleh beberapa orang sebagai “perang ekonomi.”
Pada hari Rabu (9/3/2022), Presiden Amerika Serikat Joe Biden, menandatangani perintah eksekutif yang mengharuskan lembaga pemerintah untuk mengoordinasikan dan mengkonsolidasikan kebijakan pada kerangka kerja nasional untuk kripto.
Baca juga: Menlu Rusia: Jalur Belarus Tetap Jadi Fokus Dialog Rusia dan Ukraina
Selain sanksi dari anggota parlemen, bisnis swasta seperti perusahaan makanan cepat saji McDonald's hingga perusahaan kartu kredit besar seperti Visa dan Mastercard, mengumumkan akan mengurangi bisnis mereka di Rusia dan Belarus atau sepenuhnya menghentikan operasi di kedua negara sebagai tanggapan atas serangan Rusia pada Ukraina.
Pertukaran kripto, Binance juga mengatakan mereka tidak akan menerima pembayaran dari dua kartu kredit utama yang dikeluarkan di Rusia.