Rusia Minta Ukraina Menyerah di Mariupol, Beri Imbalan Bisa Keluar dengan Aman tapi Ditolak
Rusia meminta Ukraina untuk menyerah di Mariupol. Rusia juga memberi imbalan pasukan Ukraina bisa keluar dengan aman.
Penulis: Miftah Salis
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM- Rusia meminta Ukraina untuk menyerah di Mariupol.
Rusia juga memberi imbalan pasukan Ukraina bisa keluar dengan aman.
Tapi permintaan tersebut ditolak Ukraina.
Pada Senin (21/3/2022), para pejabat Ukraina dengan tegas menolak permintaan Rusia agar pasukannya di kota pelabuhan strategis Mariupol yang terkepung meletakkan senjata.
Ukraina diminta untuk mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah.
Sebagai imbalannya, Rusia akan memberikan jalan keluar yang aman bagi para pasukan Ukraina.
Mengutip AP News, pertempuran di Mariupol semakin intens.
Bahkan saat serangan Rusia di daerah lain telah gagal.
Pejabat Ukraina menolak tawaran Rusia untuk keluar dari Mariupol denga naman sebelum batas waktu Moskow pukul 5 pagi.
“Tidak ada pembicaraan tentang penyerahan, peletakan senjata,” kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk kepada outlet berita Pravda Ukraina.
Walikota Mariupol Piotr Andryuscchenko juga menolak tawaran tersebut.
Menurut kantor berita Interfax Ukraina, dalam unggahan di Facebook Andryuscchenko menyebut dirinya tak perlu menunggu sampai batas waktu pagi untuk menanggapi dan mengutuk Rusia.
Baca juga: Militer Ukraina Daur Ulang Senjata Rusia untuk Serang Balik Pasukan Putin
Baca juga: Pasukan Chechnya Dilaporkan Pulang setelah Kehilangan Ratusan Prajurit dalam Invasi Ukraina
Baca juga: Polandia dan Jerman Gelar Konser Amal Dukung Ukraina
Kolonel Jenderal Rusia Mikhail Mizintsev telah menawarkan dua koridor.
Satu koridor menuju ke timur ke atah Rusia dan lainnya ke barat ke bagian lain dari Ukraina.
Mizintsev tak menyebut tindakan apa yang akan dilakukan Rusia jika tawaran tersebut ditolak.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pihak berwenang Mariupol bisa menghadapi pengadilan militer jika mereka berpihak pada apa yang digambarkan sebagai “bandit”.
Sementara itu, tawaran sebelumnya untuk mengizinkan pendudukan evakuasi dari Mariupol dan kota lainnya telah gagal.
Hanya sebagian yang berhasil.
Sementara pemboman terus berlanjut saat warga sipil berusaha melarikan diri.
Zelensky Sebut Pengepungan Mariupol sebagai Kejahatan Perang
Presiden Zelensky menyebut pengepungan kota Mariupol sebagai kejatan perang.
Teror itu juga dinilai akan diingat berabad-abad yang akan datang.
Pada Minggu (20/3/2022), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, pengepungan kota Pelabuhan Mariupol akan menjadi sejarah.
Pengepungan dianggap menjadi kejahatan perang yang dilakukan pasukan Rusia.
Nantinya, kejahatan tersebut juga menjadi teror yang akan terus diingat.
"Untuk melakukan ini ke kota yang damai, apa yang dilakukan penjajah, adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang," kata Zelenskyy, mengutip AP News.
Pasukan Rusia telah melangkah lebih jauh.
Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Rusia dan Ukraina.
Pabrik baja utama bahkan ditutup.
Pemerintah setempat bahkan meminta bantuan Barat lebih banyak.
(Tribunnews.com/Miftah)