Pesawat China Eastern Jatuh, Penduduk Setempat Tak Lihat Ada Jasad Korban, Pencarian Terus Dilakukan
Pesawat China Eastern Airlines yang membawa 132 orang jatuh, menyebabkan kebakaran di pegunungan. Namun belum ada kabar pasti mengenai jumlah korban
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Boeing 737-800 dikirim ke China Eastern Airlines pada Juni 2015 dan telah terbang selama lebih dari enam tahun.
Pesawat ini memulai debutnya pada 1990-an, dan Boeing telah membuat lebih dari 5.200 pesawat komersial.
Boeing mengirimkan seri terakhir ke China Eastern pada tahun 2020.
Media pemerintah melaporkan bahwa semua armada 737-800 China Eastern diperintahkan untuk di-grounded.
China memiliki 737-800 lebih banyak daripada negara lain mana pun – dengan hampir 1.200 pesawat.
Jika maskapai China lainnya meng-grounded pesawat, maka dapat berdampak signifikan pada perjalanan domestik, kata konsultan penerbangan IBA.
Pada Januari 2020, Garda Revolusi paramiliter Iran secara tidak sengaja menembak jatuh jenis 737-800 yang diterbangkan oleh Ukraine International Airlines.
Semua 176 orang di dalamnya tewas.
Pesawat ini berbeda dari model 737 Max, yang dilarang terbang di seluruh dunia setelah dua kecelakaan fatal dalam beberapa tahun terakhir.
China mengizinkan model pesawat itu untuk kembali beroperasi, sambil menunggu modifikasi pada pesawat, South China Morning Post melaporkan.
737 Max tidak terbang di China dalam tiga tahun.
Kecelakaan fatal maskapai penerbangan sipil sebelumnya di China terjadi pada 2010.
Saat itu sebuah penerbangan Henan Airlines jatuh ketika mendarat dalam kabut di Yichun di provinsi Heilongjiang.
44 dari 96 orang di dalamnya tewas, dan pilotnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.
Pada tahun 2004, penerbangan China Eastern dari Baotou di Mongolia Dalam jatuh ke danau tak lama setelah lepas landas, menewaskan 55 orang.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)