Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sebulan Rusia Invasi Ukraina, Pengungsi di Ruang Bawah Tanah Mulai Kehabisan Makanan & Minuman

Dewan Kota Mariupol mengklaim beberapa ribu penduduk dibawa ke Rusia di luar kehendak mereka.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Sebulan Rusia Invasi Ukraina, Pengungsi di Ruang Bawah Tanah Mulai Kehabisan Makanan & Minuman
AFP/LOUISA GOULIAMAKI
Orang-orang beristirahat di tempat penampungan sementara untuk pengungsi Ukraina, yang terletak di dekat perbatasan Polandia-Ukraina di bekas pusat perbelanjaan di Przemysl, Polandia, pada 8 Maret 2022. - Lebih dari dua juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Rusia meluncurkan invasi skala penuh kurang dari dua minggu yang lalu, PBB mengatakan pada 8 Maret 2022. Polandia sendiri telah menerima hampir setengah dari semua yang melarikan diri dari Ukraina, dengan angka tertanggal 8 Maret 2022 menunjukkan bahwa 1,2 juta telah menyeberang ke negara itu dalam 13 tahun terakhir. hari. (Photo by Louisa GOULIAMAKI / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Warga Ukraina yang mengungsi di ruang bawah tanah mulai kesulitan makanan dan minuman.

Sudah hampir sebulan tentara Rusia menyerang negara itu dan kini mulai kehabisan makanan.

Satu diantaranya Yulia Bondarieva.

Dia menghabiskan 10 hari di ruang bawah tanah ketika pesawat Rusia terbang dan menjatuhkan bom di berbagai lokasi kota Kharkiv di Ukraina.

Setelah selamat mengungsi ke Polandia, satu-satunya harapan Bondarieva sekarang adalah agar saudara kembarnya di kota Mariupol yang terkepung juga keluar, seperti dilaporkan Associated Press, Selasa (22/3/2022)

“Mereka berada di ruang bawah tanah sejak 24 Februari, dan belum keluar sama sekali,” kata Bondarieva.

“Mereka kehabisan makanan dan air.”

Baca juga: Rusia Labeli Perusahaan Induk Facebook Sebagai Organisasi Ekstremis

Berita Rekomendasi

Bondarieva berhasil berbicara dengan saudara perempuannya di telepon baru-baru ini. Ketakutannya luar biasa akan apa yang akan terjadi pada saudaranya di kota yang mengalami beberapa pertempuran terburuk dalam perang Rusia dan Ukraina.

“Dia tidak tahu bagaimana keluar dari kota,” kata wanita berusia 24 tahun itu setelah tiba di kota perbatasan Polandia, Medyka.

Pihak berwenang Mariupol mengatakan hanya sekitar 10% dari populasi kota yang berjumlah 430.000 berhasil menyelamatkan diri selama seminggu terakhir.

Dewan Kota Mariupol mengklaim beberapa ribu penduduk dibawa ke Rusia di luar kehendak mereka.

Bondarieva mengatakan saudara perempuannya memberi tahu dia tentang "tentara Rusia berjalan di sekitar kota" di Mariupol, dan orang-orang tidak diizinkan keluar, "Warga sipil tidak bisa pergi," katanya. "Mereka (tentara Rusia) tidak memberi mereka (warga sipil) apa-apa."

Pertempuran memperebutkan pelabuhan strategis di Laut Azov berkecamuk mulai hari Senin.

Tentara Rusia dan Ukraina melakukan perang kota, blok demi blok untuk menguasai Mariupol, di mana sedikitnya 2.300 orang tewas, dan sebagian dimakamkan di kuburan massal.

Maria Fiodorova, seorang pengungsi berusia 77 tahun dari Mariupol yang tiba Senin di Medyka, mengatakan 90 presen kota kini hancur lantak. “Tidak ada bangunan di sana (di Mairupol) lagi,” katanya.

Bagi Maryna Galla, hanya mendengarkan kicauan burung ketika dia tiba di Polandia adalah kebahagiaan setelah suara tembakan dan kematian di Mariupol.

Galla berjalan-jalan di taman di Przemysl bersama putranya yang berusia 13 tahun, Danil. Dari Polandia, dia berharap untuk pergi ke Jerman. "Akhirnya membaik," kata Galla.

PBB mengatakan hampir 3,5 juta orang meninggalkan Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari, eksodus pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Valentina Ketchena tiba dengan kereta api di Przemsyl hari Senin, (21/3/2022). Dia tidak pernah berpikir pada usia 70 akan dipaksa untuk meninggalkan rumahnya di Kriviy Rig, dan melihat kota di selatan Ukraina hampir sepi ketika orang-orang melarikan diri dari invasi Rusia demi keselamatan.

Kriviy Rig sekarang "setengah kosong," kata Ketchena. Dia akan tinggal sekarang bersama teman-temannya di Polandia, berharap untuk segera pulang. "Ini (adalah) waktu yang sangat sulit bagi semua orang."

Zoryana Maksimovich berasal dari kota barat Lviv, dekat perbatasan Polandia. Meskipun kota itu mengalami kerusakan yang lebih sedikit daripada yang lain, Maksimovich mengatakan anak-anaknya ketakutan dan menangis setiap malam ketika mereka harus pergi ke ruang bawah tanah untuk perlindungan.

"Saya memberi tahu anak-anak bahwa kami akan mengunjungi teman-teman," kata pria berusia 40 tahun itu.  Mereka tidak mengerti dengan jelas apa yang sedang terjadi tetapi dalam beberapa hari mereka akan bertanya kepada saya tentang di mana ayah mereka. ”

Seperti kebanyakan pengungsi, Maksimovich harus melarikan diri tanpa suaminya, karena pria berusia 18 hingga 60 tahun dilarang meninggalkan negara itu dan tetap tinggal untuk berperang.

"Saya tidak tahu bagaimana saya akan menjelaskannya," katanya.

Begitu tiba di Polandia, para pengungsi dapat mengajukan nomor identitas lokal yang memungkinkan mereka untuk bekerja dan mengakses layanan kesehatan, sosial, pendidikan dan lainnya.

Irina Cherkas, 31, dari wilayah Poltava, mengatakan dia takut anak-anaknya bisa menjadi sasaran serangan Rusia.

“Demi keselamatan anak-anak, kami memutuskan untuk meninggalkan Ukraina,” katanya. "Ketika perang berakhir, kami akan segera pulang."

Polandia menampung sebagian besar pengungsi Ukraina, lebih dari 2 juta orang sejauh ini.

Sumber: Kompas TV
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas