Giliran Presiden Belarusia Kena Sanksi dari Australia, Imbas Dukung Rusia Invasi di Ukraina
Australia telah memberikan sanksi kepada Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, dan anggota keluarganya
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Australia telah memberikan sanksi kepada Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, dan anggota keluarganya.
Hal itu dilakukan sebagai tanggapan atas peran Presiden Belarusia dalam perang di Ukraina.
Dikutip dari BBC, Lukashenko telah ditambahkan dalam daftar pihak yang memberikan dukungan ke Rusia dan militernya.
Putranya Viktor Lukashenko dan istrinya Galina Lukashenko juga dikenai sanksi.
Sebanyak 22 pihak sebagai propagandis dan operator disinformasi Rusia lainnya juga telah ditambahkan dalam daftar yang terkena sanksi.
Termasuk tokoh senior di organisasi media Russia Today, InfoRos dan NewsFront.
“Australia kini telah memberikan sanksi kepada total 32 propagandis pro-Kremlin, yang mencerminkan pentingnya strategis disinformasi dalam upaya Rusia untuk melegitimasi invasi Putin yang tidak beralasan dan ilegal ke Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne.
"Langkah-langkah terbaru ini, satu bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina, melanjutkan upaya fokus kami untuk memastikan bahwa Rusia dan mereka yang mendukung invasi ilegal dan tidak beralasan terhadap tetangga demokratisnya, membayar biaya tinggi."
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan para pejabatnya telah diberi sanksi oleh Canberra sebelumnya.
Sanksi Pejabat
Pemerintah Australia memberlakukan sanksi baru yang menargetkan 33 pengusaha Rusia sekaligus anggota keluarga mereka.
Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, Senin (14/3/2022).
Adapun daftar orang-orang yang dijatuhi sanksi itu diantaranya, pemilik Chelsea Football Club Roman Abramovich, CEO Gazprom Alexey Miller, Ketua Bank Rossiya Dmitry Lebedev, CEO Rostec Sergey Chemezov, CEO Transneft Nikolay Tokarev, Ketua VEB.RF Igor Shuvalov dan Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev.
"Sanksi yang diumumkan hari ini memperkuat komitmen Australia untuk memberikan sanksi kepada orang-orang yang telah mengumpulkan kekayaan pribadi yang besar dan memiliki arti ekonomi dan strategis bagi Rusia, termasuk sebagai akibat dari hubungan mereka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin," kata pernyataan itu, dikutip dari kantor berita Rusia, TASS.
Baca juga: Pertempuran Sengit di Irpin, Pasukan Ukraina Menembak ke Segala Arah untuk Menghalau Rusia
Baca juga: Jika Zona Larangan Terbang Tidak Diperkenalkan di Ukraina Rudal Rusia akan Hantam Negara-negara NATO
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden sepakat untuk memperkuat sanksi terhadap Rusia.
Dalam sebuah panggilan telepon pada Minggu (13/3/2022), kedua pemimpin dunia ini menegaskan kembali dukungannya terhadap Ukraina.
Baik Biden dan Macron akan bergabung dalam upaya untuk mengakhiri pertempuran, menurut pernyataan Istana Elysee.
Macron juga menyampaikan belasungkawa atas kematian jurnalis Amerika Brent Renaud yang meninggal saat meliput perang di Ukraina.
Tidak jelas sanksi apa yang dibicarakan keduanya.
Sehari sebelumnya, pemimpin Prancis itu berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencapai gencatan senjata.
Pada 24 Februari lalu, Putin meluncurkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Sebelumnya, Putin mengaku kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina.
Pemimpin Rusia ini menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Setelah operasi militer itu, AS, Uni Eropa, dan sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap badan hukum dan individu Rusia.
Diketahui, invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung selama 19 hari pada Senin (14/3/2022).
Berikut sejumlah peristiwa terakhir yang terjadi dilansir The Guardian:
- Kementerian Pertahanan Rusia mengaku bertanggung jawab atas serangan roket di Pusat Internasional untuk Penjaga Perdamaian dan Keamanan, sebuah pangkalan militer di dekat perbatasan Polandia pada Minggu.
- Korban tewas akibat serangan itu naik menjadi 35 orang. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut tindakan Rusia barbar.
- Seorang wanita hamil dan bayinya meninggal setelah Rusia mengebom rumah sakit bersalin tempat dia akan melahirkan, lapor Associated Press.
- Dua orang tewas setelah sebuah peluru menghantam sebuah bangunan perumahan di Kyiv pada Senin pagi. Tiga lainnya terluka dalam serangan itu, kata layanan darurat Ukraina.
- Presiden Ukraina Zelenskiy kembali mendesak NATO untuk menerapkan zona larangan terbang.
- Rusia dituding meminta peralatan militer kepada China sejak awal invasi.
- Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, pasukan Rusia telah memblokade pesisir Laut Hitam Ukraina untuk memutuskan perdagangan maritim internasional Kyiv.
- Instagram dilaporkan down di Rusia setelah Meta Platforms pekan lalu mengizinkan pengguna media sosial di Ukraina melancarkan ujaran kebencian terhadap Rusia.
- Ramzan Kadyrov, pemimpin wilayah Chechnya, dilaporkan berada di Ukraina bersama pasukan Putin.
(Tribunnews/Chrysnha, Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.