Ukraina: Pasukan Rusia Kehilangan Sekitar 16.400 Personel dan 575 Tank
Kemhan Ukraina menyampaikan klaim pasukan Rusia telah kehilangan sekitar 16.400 personelnya selama melakukan invasi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Kementerian Pertahanan (Kemhan) Ukraina menyampaikan klaim di laman Facebooknya bahwa sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari hingga 26 Maret kemarin, pasukan Rusia telah kehilangan sekitar 16.400 personelnya.
Dikutip dari laman Ukrinform, Minggu (27/3/2022), Rusia juga disebut telah kehilangan 575 tank, 293 sistem artileri, 91 MLRS, 51 sistem peperangan anti-pesawat, 117 pesawat, 127 helikopter, 1.131 kendaraan, 7 kapal, 73 tangki bahan bakar, 56 UAV operasional dan taktis, 19 unit peralatan khusus serta 2 sistem SRBM bergerak.
Kementerian itu mencatat bahwa data pun saat ini sedang diperbaharui.
Namun, perhitungannya diperumit dengan intensitas permusuhan yang tinggi antara kedua negara.
Empat Roket Rusia Hantam Kota Lviv
Dilansir dari Al Jazeera, kabar terbaru menyebutkan Kota Lviv di Ukraina Barat dihantam empat roket Rusia, Sabtu (26/3/2022).
Diketahui, Kota tersebut telah menjadi tempat berlindung bagi para pengungsi sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari, lalu.
Gubernur Maksym Kozytsky mengatakan dua roket menghantam depot bahan bakar di pinggiran timur kota pada Sabtu sore, melukai lima orang.
Baca juga: Ukraina Luncurkan NFT Museum of War, Serangkaian Gambar Digital Terkait Invasi Rusia
Sementara dua roket lagi menghantam sebuah pabrik militer.
Kozytsky menambahkan bahwa dia telah mengunjungi lokasi serangan pertama dan situasinya terkendali.
Meski begitu, warga diminta untuk tetap berlindung.
Walikota Andriy Sadoviy mengatakan serangan udara lain telah menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas infrastruktur.
Baca juga: Pejabat Gedung Putih: Biden tidak Bahas Perubahan Rezim di Rusia
“Bangunan tempat tinggal tidak rusak,” tulisnya di Twitter tanpa membagikan detail lokasi.
Lviv, sekitar 60 km dari perbatasan Polandia, sejauh ini lolos dari pemboman dan pertempuran yang menghancurkan beberapa kota Ukraina yang lebih dekat ke Rusia.
Kota ini memiliki populasi sebelum perang sekitar 717.000 tetapi telah menjadi tempat perlindungan bagi ribuan keluarga yang melarikan diri dari pertempuran terburuk di Ukraina timur, selatan dan tengah dan pusat transit bagi orang-orang yang melarikan diri dari negara itu.
Meskipun lebih dari empat minggu pertempuran, Rusia sejauh ini gagal merebut kota besar Ukraina.
Konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang, mengirim hampir 3,8 juta orang ke luar negeri dan mengusir lebih dari setengah anak-anak Ukraina dari rumah mereka, menurut PBB.
Moskow pada hari Jumat (25/3/2022) mengisyaratkan bahwa mereka mengurangi ambisi militernya untuk fokus pada wilayah yang diklaim oleh separatis yang didukung Rusia di timur, sebelum menyerang pinggiran Lviv pada hari Sabtu.
Baca juga: Kremlin Balas Komentar Gedung Putih: Presiden Rusia Dipilih oleh Rakyat Rusia, Bukan Biden
Serangan di Lviv terjadi saat Presiden AS Joe Biden mengunjungi Polandia.
Seorang pria dengan sepedanya berjalan di antara puing-puing di luar pusat perbelanjaan Retroville yang hancur di distrik perumahan, setelah serangan Rusia di ibukota Ukraina Kyiv pada 21 Maret 2022.
Saat pertemuan tatap muka pertamanya dengan pejabat tinggi Ukraina, Biden menggambarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin sebagai "pembantai".
Pertemuan itu, yang diadakan di ibu kota Polandia, Warsawa, adalah perhentian terakhir Biden dalam perjalanannya ke Eropa yang bertujuan untuk menggarisbawahi penentangannya terhadap invasi Rusia, solidaritasnya dengan Ukraina, dan tekadnya untuk bekerja sama dengan sekutu Barat untuk menghadapi krisis.
NATO sejauh ini mengesampingkan zona larangan terbang di atas Ukraina yang diminta oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, karena khawatir hal itu akan mengarah pada bentrokan langsung dengan pasukan Rusia dan eskalasi di seluruh Eropa.