Reznikov: Ukraina Telah Tunjukkan Bahwa Tak Ada Tempat Bagi Diktator di Dunia Demokrasi
Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov mengatakan kraina telah menunjukkan tidak ada tempat bagi seorang diktator di dunia demokrasi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov mengatakan dalam laman Facebook miliknya bahwa Ukraina telah menunjukkan tidak ada tempat bagi seorang diktator di dunia demokrasi.
"Tentara kami, rakyat Ukraina kami menginspirasi seluruh dunia dengan perjuangan berani mereka untuk perdamaian dan kebebasan. Kami telah menunjukkan bahwa tidak ada tempat bagi seorang diktator di dunia demokrasi. Kami akan meraih kemenangan. Omong-omong, diplomasi militer membuahkan hasil, hasil yang bagus untuk dilanjutkan," kata Reznikov.
Dikutip dari laman Ukrinform, Senin (28/3/2022), putaran pembicaraan berikutnya antara Ukraina dan Federasi Rusia akan berlangsung di Turki pada 28 hingga 30 Maret 2022.
Sementara itu, Kepala Intelijen Militer Ukraina Kyrilo Budanov mengatakan Rusia mencoba memecah Ukraina menjadi dua bagian layaknya Korea yang terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.
Baca juga: Intelijen Kiev Sebut Rusia Ingin Pecah Ukraina Jadi Dua Negara Seperti Korea
Dilansir dari Associated Press, dalam pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Ukraina, Minggu (27/3/2022), Kyrilo Budanov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin menyadari bila mereka tidak bisa menguasai seluruh negara dan kemungkinan akan mencoba membagi Ukraina seperti yang terjadi di Korea.
Hal tersebut mengacu pada perpecahan yang telah berlangsung selama beberapa ekade antara Korea Utara dan Korea Selatan.
"Penjajah akan mencoba menarik wilayah yang diduduki ke dalam satu struktur kuasi-negara dan mengadunya dengan Ukraina yang merdeka," ujar Kyrilo Budanov.
Dia menunjuk pada upaya Rusia untuk mendirikan pmerintahan pararel di kota-kota yang diduduki dan melarang orang menggunakan mata uang Ukraina, hryvnia.
Baca juga: Bicara Kepada Media Rusia, Zelenskyy: Volnovakha, Mariupol, dan Kota Kecil Dekat Kiev Tidak Ada Lagi
Kyrilo Budanov memperkirakan perlawanan Ukraina akan tumbuh menjadi perang geriliya total dan akan menggagalkan upaya Rusia.
Sementara, seorang pemimpin separatis di Ukraina timur mengatakan wilayahnya, Lugansk, ingin mengadakan referendum atau pemungutan suara untuk bergabung dengan Rusia.
Leonid Pasechnik, pemimpin Republik Rakyat Lugansk dan daerah tetangga Donetsk sejak pemberontakan meletus di sana pada tahun 2014, tak lama setelah Moskow mengintegrasikan Semenanjung Krimea ke dalam wilayah Federasi Rusia menyusul referendum rakyat di Krimea.
Moskow mengakui kemerdekaan Donetsk dan Lugansk pada 21 Februari dan kemudian memenuhi bantuan militer kedua wilayah itu dan melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.
Baca juga: Platform Pertukaran Cryptocurrency Kumpulkan Dana Bagi Warga Ukraina yang Terdampak Invasi Rusia
Dalam pembicaraan dengan Ukraina, Moskow mendesak Ukraina untuk mengakui kedaulatan Rusia atas Krimea dan kemerdekaan wilayah Donetsk dan Luhansk atau Lugansk.
Pernyataan Pasechnik ini bisa menandakan pergeseran Posisi Rusia mengakui kemerdekaan kedua wilayah tersebut.
Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk memulai invasi skala penuhnya ke Ukraina dan memulai perang.
Pasukan Rusia pun kemudian menembaki dan menghancurkan fasilitas infrastruktur utama, meluncurkan rudal dan serangan udara ke kota-kota serta desa-desa di Ukraina, menewaskan warga sipil.