Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ukraina Sebut Hampir 5.000 Warga Sipil Mariupol Tewas Sejak Awal Serangan Rusia

Hampir 5.000 orang Mariupol, termasuk sekitar 210 anak-anak telah tewas sejak awal invasi Rusia.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Ukraina Sebut Hampir 5.000 Warga Sipil Mariupol Tewas Sejak Awal Serangan Rusia
Sergei SUPINSKY / AFP
Polisi Ukraina membawa mayat dari sebuah bangunan perumahan lima lantai yang sebagian runtuh setelah penembakan di Kyiv pada 18 Maret 2022, ketika tentara Rusia mencoba mengepung ibukota Ukraina. - Hampir 5.000 orang di kota Mariupol tewas sejak awal invasi Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM - Hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak telah tewas di kota Mariupol, Ukraina selatan, sejak awal invasi Rusia.

Jumlah korban tersebut dilaporkan oleh juru bicara walikota, Senin (28/3/2022).

Diketahui, sudah lebih dari satu bulan Rusia membombardir wilayah Ukraina.

Rusia telah menghancurkan kota Mariupol,dan menjebak puluhan ribu penduduk tanpa listrik dan dengan sedikit pasokan.

Mengutip CNA, Kantor Walikota, Vadym Boichenko mengatakan 90 persen bangunan Mariupol telah rusak dan 40 persen hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.

Sekitar 140.000 orang telah meninggalkan kota di Laut Azov sebelum pengepungan Rusia dimulai dan 150.000 telah keluar sejak invasi.

Baca juga: 160.000 Warga Terperangkap di Mariupol yang Dikepung Militer Rusia, Kondisinya Memprihatinkan

Baca juga: Pasukan Rusia Coba Capai Perbatasan Administratif Wilayah Donetsk dan Lugansk

Sementara 170.000 orang masih berada di sana.

Berita Rekomendasi

Boichenko, yang tidak lagi berada di Mariupol, mengatakan di televisi nasional pada Senin pagi bahwa sekitar 160.000 warga sipil masih terjebak di kota itu.

"Orang-orang berada di luar garis bencana kemanusiaan," katanya.

"Kita harus mengevakuasi Mariupol sepenuhnya."

Ukraina mengatakan tidak mungkin untuk membuat koridor yang aman setelah adanya laporan intelijen tentang kemungkinan "provokasi" Rusia di sepanjang rute.

Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang kali untuk menyepakati koridor yang aman bagi penduduk yang terjebak.

"Federasi Rusia sedang bermain dengan kami. Kami berada di tangan penjajah," kata Boichenko.

Kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan damai pada hari Selasa di Turki.

Wilayah Strategis

Mariupol secara luas dipandang sebagai hadiah strategis karena penangkapannya dapat memungkinkan Rusia untuk membuat jembatan darat antara Krimea dan dua kantong separatis di Ukraina timur.

Orang-orang yang telah melarikan diri dari Mariupol telah menggambarkan betapa sulitnya hidup selama berminggu-minggu di bawah pemboman yang hampir konstan.

Baca juga: Jerman akan Tuntut Siapa pun yang Gunakan Simbol Z Pasukan Rusia dalam Perang Ukraina

Baca juga: 2 Jet Pribadi Senilai Rp861 Miliar Milik Oligarki Rusia Disita Otoritas Inggris

"Tidak ada makanan untuk anak-anak, terutama bayi. Mereka melahirkan bayi di ruang bawah tanah karena perempuan tidak punya tempat untuk melahirkan, semua rumah sakit bersalin hancur," kata seorang pekerja bahan makanan dari Mariupol.

"Saya juga menemukan hari ini bahwa orang tua teman sekelas putra saya tercabik-cabik tepat di halaman di depan matanya."

Dia mengatakan warga yang terperangkap telah menghabiskan waktu mencari salju yang bisa mereka cairkan untuk mendapatkan air untuk mencuci tangan.

(Tribunnews.com/Yurika)

Berita Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas