Google: Peretas Rusia Menargetkan NATO dan Militer Eropa Timur
Google menerbitkan sebuah laporan yang menyebut peretas Rusia baru-baru ini berusaha menembus jaringan NATO dan militer eropa timur
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Grup Analisis Ancaman Google menerbitkan sebuah laporan yang menyebut peretas Rusia baru-baru ini berusaha menembus jaringan NATO dan militer di beberapa negara Eropa Timur.
Dalam laporan itu, Google tidak menyebutkan militer negaara mana saja yang menjadi sasaran peretas Rusia. Google hanya mengatakan tindakan peretasan tersebut sebagai "kampanye phishing kredensial" yang diluncurkan oleh kelompok peretas yang berbasis di Rusia bernama Coldriver atau Callisto.
Baca juga: Serangan Phishing: Ada 35 NFT, Termasuk Bored Ape Dicuri Peretas
"Kampanye ini dikirim menggunakan akun Gmail yang baru dibuat ke akun non-Google, sehingga tingkat keberhasilan kampanye ini tidak diketahui," ujar Google dalam laporannya, yang dilansir dari situs Reuters.com.
Rusia yang sedang dijatuhi sanksi ekonomi dari pihak Barat, akibat keputusan mereka untuk menyerang Ukraina, berulang kali membantah tuduhan yang menyebut mereka sebagai pelaku serangan siber yang menargetkan negara-negara Barat.
Baca juga: Bertemu Menlu Rusia di China, Menteri Luar Negeri Indonesia Minta Perang Segera Dihentikan
Perusahaan keamanan siber Finlandia, F-Secure Labs pada tahun 2019 lalu menyebut Callisto sebagai kelompok serangan siber yang memiliki ketertarikan untuk mengumpulkan data informasi intelijen terkait dengan kebijakan luar negeri dan keamanan di Eropa.
Google juga melaporkan pada Rabu (30/3/2022) kemarin, kelompok itu juga menargetkan Pusat Keunggulan NATO. Namun Google tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai laporan ini.
Dalam pernyataannya, NATO tidak secara langsung membahas mengenai laporan Googl, namun mereka mengatakan setiap hari melihat adanya serangan siber berbahaya yang berusaha menembus jaringan mereka.
"Pusat Keunggulan NATO bekerja bersama Aliansi tetapi mereka bukan bagian dari NATO. Kami berhubungan dengan mereka mengenai masalah ini," ujar NATO dalam pernyataan tersebut.