Sosok Katerina dan Mariya, Dua Putri Putin yang Terancam Kena Sanksi UE, Mantan Penari Akrobatik
Dua putri Presiden Rusia Vladimir Putin terancam menghadapi sanksi dari Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Dua putri Presiden Rusia Vladimir Putin terancam menghadapi sanksi dari Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS), menyusul tuduhan kejahatan perang terhadap pasukan Rusia.
Katerina Tikhonova (35) dan Mariya Vorontsova (36) dilaporkan masuk dalam daftar target sanksi lanjutan terhadap Rusia.
Diketahui, oligarki, politisi, dan tokoh berpengaruh dalam lingkaran dalam Presiden Putin terimbas sanksi Barat, buntut invasi ke Ukraina.
Dilansir Evening Standard, aset milik kedua putri Putin di Uni Eropa terancam dibekukan.
Baca juga: Menlu Retno Marsudi: 32 WNI Pilih Tetap Tinggal di Ukraina
Baca juga: Oligarki Rusia Merana, Aset dan Keluarganya ikut Jadi Target Sanksi Barat, Ini Daftarnya
Mereka juga akan dikenai larangan perjalanan.
Semua sanksi ini dijatuhkan, menyusul laporan adanya dugaan pembantaian warga sipil di Bucha oleh pasukan Rusia yang sempat menguasai wilayah itu.
Duta besar Uni Eropa dilaporkan menandatangani proposal sanksi pada Rabu (6/4/2022) ini.
Putri pertama Presiden Rusia, Mariya Vorontsova, bekerja dalam proyek investasi perawatan kesehatan.
Sedangkan saudaranya, Katerina Tikhonova, merupakan kepala institut kecerdasan buatan di Universitas Negeri Moskow.
Tidak jelas apakah keduanya memiliki aset di luar Rusia.
Amerika Serikat, menurut laporan Wall Street Journal, diperkirakan akan mengambil langkah serupa terhadap kedua anak Putin.
Sosok Maria Vorontsova
Maria Vorontsova yang memiliki nama lahir Maria Vladimirovna Putina merupakan putri sulung Presiden Putin dari pernikahannya dengan Lyudmila Putina.
Vorontsova lahir pada 28 April 1985.
Wanita 36 tahun yang juga dikenal sebagai Maria Faassen ini, merupakan ahli endokrinologi pediatrik Rusia.
Vorontsova dan adiknya, Katerina Tikhonova, pernah dikirim ayahnya ke Jerman saat terjadi perang geng di St. Petersburg.
Vorontsova mempelajari biologi di Universitas Negeri Saint Petersburg dan merupakan lulusan kedokteran di Universitas Negeri Moskow pada tahun 2011.
Ia aktif menulis lima studi antara tahun 2013 dan 2015, dan ikut menjadi penulis buku tentang pengerdilan idiopatik pada anak-anak.
Anak pertama Putin ini, disebut-sebut sebagai penasihat presiden dalam rekayasa genetika, terutama dalam penggunaan CRISPR untuk menciptakan bayi-bayi rekayasa genetika.
Vorontsova menikah dengan pengusaha Belanda, Jorrit Faassen dan tinggal di sebuah penthouse di atas bangunan tertinggi di Voorschoten, Belanda pada 2013.
Namun, pada tahun 2014, publik Belanda menyerukan Vorontsova agar diusir setelah Malaysia Airlines Penerbangan 17 ditembak jatuh oleh pemberontak pro-Rusia di Ukraina.
Pada tahun 2015, Vorontsova dan Faassen dilaporkan tinggal di Moskow.
Sosok Katerina Tikhonova
Katerina Tikhonova, anak kedua Putin ini, menghilang dari perhatian publik sejak ayahnya menjadi presiden pada tahun 2000.
Namun, pada Januari 2015, seorang blogger Rusia melaporkan bahwa dia aktif di Universitas Negeri Moskow dan telah mengambil nama keluarga, Tikhonova.
Menurut laporan Guardian pada 11 November 2015, Tikhonova yang saat itu berusia 29 tahun dikabarkan menjalin hubungan dengan Kirill Shamalov, putra Nikolai Shamalov, teman lama ayahnya.
Shamalov adalah pemegang saham di Bank Rossiya, yang oleh pejabat AS digambarkan sebagai bank pribadi elit Rusia.
Keduanya digadang-gadang memiliki perusahaan senilai $2 miliar, menurut laporan pada 2015, dan aset berupa vila di tepi laut di Biarritz, Prancis, yang diperkirakan bernilai sekitar $3,7 juta.
Namun Dmitry Peskov, yang saat itu menjabat sekretaris pers pemerintah tidak membenarkan maupun menyangkal kabar ini.
Tikhonova memegang jabatan akademis yang sukses menjalankan proyek-proyek yang didanai publik di Universitas Negeri Moskow, dan membantu mengarahkan rencana $1,7 miliar untuk memperluas kampusnya.
Tikhonova juga aktif di luar universitas.
Dia telah berkompetisi selama bertahun-tahun sebagai penari rock'n'roll akrobatik.
Pada 2013, dia dan pasangan penarinya berada di urutan kelima dalam acara kejuaraan dunia di Swiss.
Sanksi Tambahan untuk Rusia
Awal pekan ini, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kekejaman Rusia di Bucha "tidak bisa dan tidak akan dibiarkan tanpa jawaban".
Terbaru, Uni Eropa mengusulkan sanksi untuk melarang pembelian batu bara Rusia, mencegah kapal Rusia memasuki pelabuhan UE, dan menangguhkan perdagangan senilai hampir 20 miliar poundsterling.
Uni Eropa sebenarnya terbagi dalam memutuskan embargo terhadap energi Rusia.
Ini karena beberapa negara anggota masih sangat bergantung terhadap gas alam dari negara pimpinan Putin itu.
Kendati demikian, von der Leyen menekankan bahwa Eropa harus mencari sumber energi alternatif.
Dia mengatakan, sanksi terhadap empat bank utama Rusia, termasuk yang terbesar kedua, VTB, akan membuat Moskow "benar-benar terputus dari pasar".
Baca juga: Kesaksian Remaja 14 Tahun di Bucha: Saya Melihat Tentara Rusia Menembak Mati Ayah
Baca juga: Ini Alasan Rusia Sebut Mayat-mayat yang Tergeletak di Jalanan Kota Bucha Ukraina adalah Rekayasa
Ia menambahkan, sanksi lebih lanjut akan menyasar komputer kuantum dan peralatan transportasi untuk "menurunkan basis teknologi dan kapasitas industri Rusia".
Jerman mengesampingkan embargo langsung terhadap gas, artinya keputusan di seluruh UE tidak dapat disetujui dengan suara bulat.
Sementara itu, AS diperkirakan akan mengumumkan paket sanksi baru yang menyasar investasi Rusia.
Langkah-langkah baru juga akan menargetkan perusahaan milik negara Rusia dan lembaga keuangan utama.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)