Parlemen Rusia Disebut Usulkan Ambil Paksa Darah Tawanan Perang Ukraina: Hanya Bagi yang Sehat
Seorang anggota parlemen Rusia disebut telah mengusulkan untuk secara paksa mengambil darah tawanan perang Ukraina.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Seorang anggota parlemen Rusia disebut telah mengusulkan untuk secara paksa mengambil darah tawanan perang Ukraina.
Hal itu digunakan untuk merawat warga sipil dan tentara Rusia yang terluka, akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Usulan tersebut dilontarkan oleh Sergey Leonov, anggota Duma Negara Rusia.
Dikutip dari The Sun, ia telah membuat proposal seperti itu menurut Euromaidan Press yang melaporkan kemarin malam.
"Tentu saja, kita berbicara tentang sumbangan yang masuk akal, dan hanya untuk mereka (tawanan perang) yang kesehatannya memungkinkan," ujar Sergey Leonov.
Di sisi lain, menurut seorang pejabat NATO pada awal April, mengatakan hingga 40.000 tentara Rusia terbunuh, terluka, ditangkap hingga hilang.
Baca juga: Dituduh Sebarkan Hoaks, Google Didenda Rusia 11 Juta Rubel
Antara 7.000 dan 15.000 diperkirakan tewas dalam perang di Ukraina sejak invasi diluncurkan pada 24 Februari lalu.
Dikepung di Pabrik Baja di Mariupol, Komandan Ukraina Beri Pesan Video: Ini Bisa Jadi yang Terakhir
Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus terjadi.
Di Mariupol, ketegangan terus meningkat.
Tentara Putin mencoba menyerbu sebuah pabrik besi dan baja Azovstal di wilayah tersebut, di mana di lokasi tersebut pasukan terakhir Ukraina dan warga sipil bertahan.
Mereka yang bertahan menggunakan terowongan bawah tanah untuk melakukan pertahanan terakhir.
Para martir Mariupol tersebut telah bersumpah untuk berjuang sampai mati dalam pertempuran dengan Rusia.
Lantas beredar sebuah video, 'pesan terakhir' yang diucapkan Mayor Serhiy Volyna, komandan benteng terakhir pasukan Ukraina di sebuah pabrik baja tersebut.
Di tengah kepungan dirinya mengatakan pasukan tidak akan menyerah meskipun ada ledakan tanpa henti oleh pasukan Rusia.
Mayor Volyna bersikeras pasukannya di pabrik itu tidak akan meletakkan senjatanya, meskipun kalah dalam jumlah yakni sepuluh banding satu.
Dalam sebuah video yang mengerikan, dia memperingatkan itu bisa menjadi "pesan terakhir" mereka ketika pasukan Rusia mengepung daerah itu dan melepaskan rentetan tembakan terus-menerus, dikutip dari The Sun.
"Ini adalah seruan kami kepada dunia. Ini bisa menjadi pesan terakhir kami," katanya.
"Kami mungkin menghadapi hari-hari terakhir kami."
Baca juga: Tentara Rusia Dilaporkan Menjarah Rumah Orang Kaya di Ukraina
“Musuh kami melebihi jumlah yakni 10 banding satu. Mereka memiliki keunggulan di udara, dalam artileri, dalam pasukan mereka di darat, dalam peralatan dan di tank."
"Kami hanya mempertahankan satu objek pabrik Azovstal, di mana selain personel militer ada juga warga sipil yang menjadi korban perang."
Dia juga mengeluarkan seruan bagi para pemimpin dunia untuk membantu mengevakuasi warga yang terluka dari kota Mariupol, di mana sebagian besar telah menjadi puing-puing oleh serangan udara dan artileri yang konstan.
"Kami mengimbau dan memohon kepada semua pemimpin dunia untuk membantu kami," tambahnya.
"Kami meminta mereka untuk menggunakan prosedur 'ekstraksi' dan membawa kami ke wilayah negara pihak ketiga."
Mayor Volyna mengatakan unitnya memiliki lebih dari 500 tentara yang terluka, serta ratusan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Zelensky Optimis akan Menang Melawan Kekuatan Militer Putin: Saya Tak Percaya Kepemimpinan Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Ukraina tidak bersedia menyerahkan wilayahnya di bagian timur ke Rusia.
Walaupun hal itu disebut-disebut menjadi persyaratan untuk mengakhiri perang.
Mantan komedian tersebut juga mengatakan militer Ukraina siap untuk melawan militer Moskow, termasuk pertempuran di wilayah Donbas.
"Inilah mengapa sangat penting bagi kami untuk tidak membiarkan mereka (Rusia), dan mempertahankan pendirian kami dalam pertempuran ini," kata Zelensky.
"Karena saya tidak mempercayai militer Rusia dan kepemimpinan Rusia," lanjutnya.
"Itulah mengapa kami memahami bahwa kami melawan mereka, sehingga mereka (Rusia) pergi, dan melarikan diri dari Kyiv, mereka tidak akan menguasai lebih jauh ke arah Kyiv."
Baca juga: Kroni Presiden Putin Minta Rusia dan Ukraina Menukarnya dengan Penduduk Mariupol yang Terkepung
Dikutip Tribunnews dari CNN, lebih dari tujuh minggu setelah serangan Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina, militer Ukraina telah melihat keberhasilan melawan serangan Rusia.
Hal tersebut pun dilaporkan sampai mengejutkan intelijen AS.
Zelensky pun optimis Ukraina akan menang melawan Rusia.
"Ya, tentu saja, dan akan (menang)."
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)