Turki Tutup Wilayah Udara bagi Pesawat Rusia yang Terbang ke Suriah
Turki telah menutup wilayah udaranya untuk pesawat Rusia yang terbang ke Suriah. Larangan akan berlaku selama tiga bulan.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Turki telah menutup wilayah udaranya untuk pesawat sipil dan militer Rusia yang terbang ke Suriah.
Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri, Mevlut Cavusoglu seperti dikutip oleh media lokal pada Sabtu (23/4/2022).
“Kami menutup wilayah udara untuk pesawat militer Rusia dan bahkan pesawat sipil yang terbang ke Suriah."
"Mereka memiliki waktu hingga April, dan kami meminta pada bulan Maret,” kata media Turki mengutip Cavusoglu, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Cavusoglu mengatakan dia menyampaikan keputusan itu kepada timpalannya dari Rusia Sergey Lavrov, yang kemudian menyampaikannya kepada Presiden Vladimir Putin.
"Satu atau dua hari kemudian, mereka berkata: Putin telah mengeluarkan perintah, kami tidak akan terbang lagi," kata Cavusoglu kepada wartawan Turki di pesawatnya ke Uruguay.
Baca juga: Menlu RI: Turki Dukung Presidensi G20 Indonesia, Sepakat Tingkatkan Kerja Sama
Baca juga: Baghdad Kecam Invasi Pasukan Turki ke Wilayah Kurdi Irak
Cavusoglu menambahkan bahwa larangan itu akan berlaku selama tiga bulan.
Tidak ada tanggapan atas pengumuman Turki dari Rusia, yang bersama-sama dengan Iran telah menjadi pendukung penting Presiden Suriah Bashar al-Assad selama perang di negara itu.
Turki telah mendukung pemberontak Suriah selama konflik.
Hubungan Ankara dengan Moskow sempat meledak setelah Turki menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia di dekat perbatasan Turki-Suriah pada tahun 2015.
Namun, mereka telah membaik sampai invasi Rusia ke Ukraina, yang dipandang Turki sebagai mitra dagang dan sekutu diplomatik yang penting.
Baca juga: Turki Luncurkan Serangan Darat dan Udara ke Markas Kurdi Irak
Baca juga: Polisi Israel dan Demonstran Palestina Kembali Bentrok di al-Aqsa
Turki telah berusaha menengahi untuk mengakhiri konflik , menjadi tuan rumah pertemuan antara negosiator Rusia dan Ukraina di Istanbul, dan pertemuan lainnya antara Lavrov dan mitra Ukraina Dmytro Kuleba di Antalya.
Ankara sekarang berusaha untuk mengatur pertemuan puncak Istanbul antara Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, meskipun Cavusoglu mengakui bahwa prospek pembicaraan semacam itu pada saat ini masih suram.
“Jika mereka menginginkan kesepakatan, itu tak terelakkan,” kata Cavusoglu seperti dikutip. “Itu mungkin tidak terjadi untuk waktu yang lama, tetapi itu bisa terjadi secara tiba-tiba.”
(Tribunnews.com/Yurika)