Rusia Siapkan Kherson untuk Perayaan 9 Mei, Minta Warga Ukraina Pelajari Slogan hingga Tarian
Ketua Dewan Regional Kherson, Ukraina, mengatakan Rusia yang menduduki daerah tersebut sedang membuat rencana untuk perayaan Hari Kemenangan.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Dewan Regional Kherson, Ukraina, mengatakan Rusia yang menduduki daerah tersebut sedang membuat rencana untuk perayaan Victory Day atau Hari Kemenangan yang diperingati pada 9 Mei mendatang.
Oleksandr Samoylenko mengatakan Rusia telah meminta warga mempelajari slogan, lagu, dan tarian untuk ikut memeriahkan acara tersebut.
Rusia juga mengundang aktor dari Krimea atau dari daerah lain, karena aktor dari Kherson tidak mau ikut berpartisipasi.
"Mereka membuat warga mempelajari slogan, lagu, tarian," kata Oleksandr Samoylenko kepada kantor berita Kyiv, Unian.
"Tapi hari ini mereka bahkan harus mengimpor aktor dari Krimea atau dari daerah lain. Karena aktor Kherson tidak setuju untuk berpartisipasi dalam fantasi ini," tambahnya.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-72, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Rusia Usir 7 Staf Kedutaan Denmark, Beri Waktu 2 Minggu Tinggalkan Moskow
Samoylenko juga mengatakan untuk sementara situasi di Kherson agak tenang, hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk wilayah lainnya.
"Kami bahkan memblokir desa-desa yang terletak di garis demarkasi permusuhan, dan ketidakmampuan untuk membawa ke sana bahkan dengan sukarela beberapa makanan, obat-obatan, hal-hal lain," kata Samoylenko seperti dikutip Al Jazeera.
Belarus Tidak Berencana Terlibat Perang
Sekretaris pers Pentagon John Kirby mengatakan tidak ada indikasi bahwa Belarus berencana untuk terlibat dalam perang di Ukraina.
Berbicara tentang latihan yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Belarus, Kirby mengatakan dia akan membiarkan negara itu berbicara tentang latihan mereka.
"Saya akan membiarkan mereka berbicara tentang latihan mereka," kata Kirby.
"Tapi kami tidak melacak indikasi bahwa mereka berencana atau berniat untuk terlibat langsung dalam perang di Ukraina," tambahnya.
Kirby juga mengkonfirmasi bahwa Amerika Serikat (AS) tidak melihat perubahan dalam perilaku pasukan Rusia atau "momentum agresif" menjelang 9 Mei.
"Rusia belum membuat kemajuan yang kami yakini akan mereka buat pada titik ini di Donbas," katanya.
AS Bantah Bantu Ukraina Tenggelamkan Kapal Rusia
Kirby membantah laporan NBC News sebelumnya bahwa intelijen AS membantu Ukraina menenggelamkan kapal perang Rusia.
"Kami tidak memberikan Ukraina informasi penargetan khusus untuk Moskow," katanya.
"Kami tidak terlibat dalam keputusan Ukraina untuk menyerang kapal atau dalam operasi yang mereka lakukan," tambahnya.
Kirby menegaskan, pihaknya tidak tahu tentang niat Ukraina yang ingin menghancurkan kapal Rusia.
Menurut Kirby, Ukraina memiliki kemampuan intelijen sendiri untuk melacak dan menemukan kapal Rusia.
"Kami tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang niat Ukraina untuk menargetkan kapal," kata Kirby.
"Ukraina memiliki kemampuan intelijen mereka sendiri untuk melacak dan menargetkan kapal angkatan laut Rusia, seperti yang mereka lakukan dalam kasus ini," tambahnya.
Tanggapan Dubes Rusia untuk AS soal Perang Nuklir
Duta Besar Rusia untuk AS mengatakan NATO tidak menanggapi ancaman perang nuklir dengan cukup serius dan tidak ada pemenang jika itu terjadi.
Dalam sebuah wawancara dengan Newsweek, Anatoly Antonov mengatakan pembicaraan tentang perang dan ancaman penggunaan senjata nuklir adalah "sebuah kebingungan dari pernyataan yang keliru dari pernyataan pejabat Rusia tentang kebijakan nuklir negara kita".
Baca juga: Presiden Zelenskyy Inginkan Keanggotaan Uni Eropa Jalur Cepat untuk Ukraina
Baca juga: Rusia Dituding Curi 400 Ribu Ton Gandum Ukraina
"Ini adalah negara kami yang dalam beberapa tahun terakhir terus-menerus mengusulkan kepada rekan-rekan Amerika untuk menegaskan bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir, sehingga itu tidak boleh terjadi," kata Antonov.
Antonov menggarisbawahi kondisi di mana penggunaan senjata nuklir dimungkinkan.
"Doktrin Rusia menyatakan bahwa senjata nuklir dapat digunakan dalam menanggapi penggunaan WMD melawan Rusia dan sekutunya, atau dalam hal agresi terhadap negara kita, ketika keberadaan negara terancam," kata Antonov kepada Newsweek.
Perang Rusia Dirancang untuk Bunuh Warga Ukraina
Duta Besar Inggris untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Rusia sengaja menargetkan warga sipil.
"Yang benar adalah, bukan hanya warga sipil yang mati dalam perang agresi ilegal Rusia, tetapi Rusia dengan sengaja mengobarkan perang yang dirancang untuk meneror dan membunuh orang Ukraina," kata Barbara Woodward.
Dia menambahkan, kampanye propaganda Rusia yang menyertai perang tidak manusiawi dan menjelekkan orang Ukraina dengan melabeli mereka sebagai neo-Nazi.
"Ujaran kebencian ini sangat berbahaya. Dan, saat kita mendekati peringatan akhir Perang Dunia II, itu tidak menghormati pengorbanan orang-orang Rusia, Ukraina, dan banyak negara lain yang berjuang untuk mengakhiri Nazisme," kata Woodward.
Baca juga artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Rica Agustina)