Presiden Suriah Bashar Assad Temui Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Iran Ebrahim Raisi
Ayatollah Khamenei dan Presiden Iran Seyed Ebrahim Rayeesi mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden Bashar Assad di Teheran.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Presiden Suriah Bashar al-Assad melakukan perjalanan mengejutkan ke Iran. Ia bertemu Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Ebrahim Raisi.
Ini adalah kunjungan resmi kedua Assad ke Iran sejak perang Suriah meletus pada 2011. Kunjungan pertama Presiden Suriah pada Februari 2019.
Selama pertemuan dengan Assad, Minggu (8/5/2022), Khamenei menyerukan perbaikan lebih lanjut dalam hubungan yang sudah kuat antara Iran dan Suriah.
“Upaya harus dilakukan untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara lebih dari sebelumnya,” kata Khamenei kepada Assad selama pertemuan tersebut menurut situs resminya, Leader.ir.
Khamenei melanjutkan "kredibilitas" Suriah "jauh lebih besar sekarang daripada di masa lalu dan itu dilihat sebagai kekuatan hari ini.
“Suriah saat ini tidak sama dengan Suriah sebelum perang; meskipun tidak ada kehancuran sebelum perang, rasa hormat dan prestise Suriah jauh lebih tinggi sekarang daripada di masa lalu, dan semua orang melihat negara ini sebagai kekuatan,” kata Pemimpin Tertinggi Iran.
Baca juga: Israel Lancarkan Serangan Udara saat Fajar ke Suriah, 9 Orang Tewas dan 3 Orang Terluka
Baca juga: Damaskus Peringatkan Rusia: Amerika Bisa Pindahkan Teroris dari Suriah ke Ukraina
Baca juga: Analisis Ahli, Lewat Menlu Wang Yi, Cina Pertegas Dukungan untuk Bashar Assad
Kantor berita FARS menyebutkan, Khamenei secara khusus membandingkan Assad dan sejumlah pemimpin di Timur Tengah.
“Beberapa pemimpin negara yang bertetangga dengan kami dan Anda, memiliki hubungan dengan para pemimpin rezim Zionis dan minum kopi Bersama,” katanya.
Ayatollah Khamenei mengatakan berbagai faktor berpengaruh dalam perlawanan dan kemenangan Suriah dalam perang internasional.
“Salah satu faktor terpenting adalah moral Anda sendiri yang tinggi dan, insya Allah, Anda akan dapat merekonstruksi kerusakan akibat perang dengan semangat yang sama, karena Anda memiliki pekerjaan besar yang harus dilakukan,” imbuhnya.
Pemimpin itu juga mengingat mendiang komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Letnan Jenderal Pasukan Quds Qassem Soleimani.
“Martir terhormat itu menyimpan semangat khusus untuk Suriah dan berkorban dalam arti kata yang sebenarnya. Tingkah lakunya di Suriah tidak berbeda dengan tingkah lakunya selama delapan tahun perang suci membela Iran,” katanya merujuk perang Iran-Irak.
Presiden Suriah, pada bagiannya, berterima kasih kepada bangsa dan pemerintah Iran atas dukungan mereka.
“Ketabahan Iran dan pendiriannya yang teguh dalam empat dekade terakhir pada isu-isu regional, terutama pada masalah Palestina, telah menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa jalan Iran adalah jalan yang benar dan berprinsip."
Dia menambahkan kerusakan akibat perang dapat direkonstruksi, tetapi jika prinsip-prinsip hilang, mereka tidak dapat direkonstruksi.
“Keteguhan bangsa Iran pada prinsip-prinsip dan fondasi yang diletakkan oleh (almarhum pendiri Republik Islam) Imam Khomeini, yang terus berlanjut melalui tekad Anda, telah membuka jalan bagi kemenangan besar bangsa besar Iran dan rakyat regional. , terutama rakyat Palestina,” kata Assad.
Kerjasama Iran-Suriah Cegah Dominasi Israel
Presiden Suriah mengatakan hubungan strategis antara Iran dan Suriah merupakan faktor utama, yang mencegah rezim Zionis mendominasi seluruh wilayah.
Ayatollah Khamenei dan Presiden Iran Seyed Ebrahim Rayeesi mengadakan pertemuan terpisah dengan Presiden Assad di Teheran. Presiden Suriah langsung kembali ke Damaskus setelah pertemuan.
Ini adalah kunjungan kedua Assad ke Iran sejak negara Arab itu terlibat dalam perang melawan kelompok teroris pada 2011.
Terakhir kali Assad mengunjungi negara itu pada Februari 2019 setelah ketenangan relatif kembali ke negaranya dengan menekan kelompok teroris takfiri.
Pada perjalanan sebelumnya ke Iran, Assad didampingi oleh mendiang Jenderal Soleimani, yang mengawasi peran militer penasehat Iran di Suriah yang bertujuan memerangi kelompok teroris.
Dalam pertemuan antara Ayatollah Khamenei dan Assad pada Februari 2019, kedua pemimpin sepakat melanjutkan kerja sama di semua tingkatan demi kepentingan kedua negara.
Assad juga memberi catatan, hubungan strategis antara Iran dan Suriah berhasil menghentikan Israel dari kemampuannya mengendalikan kawasan.
“Peristiwa yang terjadi sekali lagi membuktikan kebenaran visi dan pendekatan yang telah diikuti Suriah dan Iran selama bertahun-tahun, terutama dalam menghadapi terorisme,” kata Assad.
Pada pertemuan terpisah, Presiden Raeesi mengatakan Iran memiliki “kemauan serius” untuk mengembangkan hubungannya dengan Suriah, terutama hubungan ekonomi dan perdagangan.
Presiden bersumpah Iran akan mendukung Suriah yang dilanda krisis dan rakyatnya, menambahkan setiap penderitaan Suriah adalah penderitaan bagi Iran.
Iran telah menjadi salah satu sekutu terbesar Suriah selama lebih dari dua dekade sekarang.
Dukungan militer dan keuangan Teheran memungkinkan Damaskus mengatasi banyak masalah yang dihadapinya setelah dimulainya perang.
Namun, kehadiran pasukan Iran di negara itu memicu respons kekerasan dari Israel.
Kunjungan Assad ke Iran terjadi di tengah laporan tentang kesepakatan yang hampir tercapai antara Iran dan AS tentang kebangkitan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Suriah akan mendapat manfaat besar dari kebangkitan kembali kesepakatan itu karena akan mengakhiri kampanye tekanan maksimum AS yang dilakukan pemerintahan Trump.(Tribunnews.com/Southfront.org/FARS/xna)