Krisis Sri Lanka: Kekerasan Berlanjut, Dua Polisi Tewas dan Ratusan Orang Terluka, Total ULN Rp740 T
Kekerasan di Sri Lanka yang telah menyebabkan dua polisi tewas dan ratusan orang terluka masih berlanjut.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
Polisi yang mengawasi tidak berbuat banyak untuk menghentikan aksi tersebut.
Di seluruh negeri, warga yang marah menanggapinya dengan menyerang pendukung pemerintah dan politisi partai yang berkuasa.
Delapan orang termasuk seorang anggota parlemen dari partai yang berkuasa dan dua petugas polisi tewas dan 219 terluka dalam kekerasan itu, kata Kementerian Pertahanan.
Selain itu, 104 bangunan dan 60 kendaraan dibakar.
Massa pro pemerintah dikejar, dipukuli dan ditelanjangi.
Beberapa di antaranya didorong ke danau dan tidak diizinkan untuk kembali ke tanah selama berjam-jam.
Saat tersebar kabar tentang ke mana bus membawa para pendukung, orang-orang menghancurkan mereka dan membakarnya.
Bus-bus yang digulingkan masih berasap di seluruh ibu kota, Kolombo, saat protes berlanjut.
Rumah-rumah pendukung pemerintah diserang dan beberapa bisnis dibakar, meskipun kekerasan pribadi mereda.
Sri Lanka hampir bangkrut setelah mengatakan bahwa pihaknya menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri sebesar 7 miliar dolar atau Rp 101,6 triliaun yang seharusnya dibayarkan tahun ini dari 25 miliar dolar atau Rp 363 triliun yang jatuh tempo pada tahun 2026.
Total utang luar negerinya (ULN) adalah 51 miliar dolar atau Rp 740,9 triliun.
Baca juga: Kerusuhan Berdarah di Sri Lanka Lengserkan PM Rajapaksa
Baca juga: PM Sri Lanka Mahinda Rajapaksa Dievakuasi dari Kediamannya, Ribuan Demonstran Terobos Gerbang Utama
Kekurangan mata uang asing telah menyebabkan berkurangnya impor dan kelangkaan kebutuhan pokok mulai dari makanan hingga gas untuk memasak, bahan bakar dan obat-obatan.
Selama beberapa bulan terakhir orang-orang terpaksa mengantre berjam-jam untuk membeli stok terbatas dan banyak yang kembali tanpa membawa apa-apa.
Para pengunjuk rasa menyalahkan dugaan korupsi dan gaya pemerintahan Rajapaksa bersaudara atas krisis ekonomi tersebut.