Rusia: Pejuang Batalyon Azov di Mariupol Tak Boleh Ditukar, Tapi Harus Diadili
Rusia mengatakan pejuang Batalyon Azov yang dievakuasi dari pabrik baja Azovstal Mariupol tidak boleh ditukar, melainkan harus diadili.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Ketua majelis rendah parlemen Rusia, Duma Negara, mengatakan pejuang Batalyon Azov yang dievakuasi dari pabrik baja Azovstal Mariupol, Ukraina tidak boleh ditukar dengan tawanan perang Rusia.
Sebaliknya, Rusia menyerukan pejuang Batalyon Azov harus diadili sebagai penjahat perang.
“Penjahat Nazi tidak boleh ditukar. Mereka adalah penjahat perang dan kami harus melakukan segalanya untuk memastikan mereka diadili,” kata Vyacheslav Volodin seperti dikutip dari Al Jazeera dari kantor berita Rusia TASS.
Moskow telah lama mengklaim bahwa resimen Azov, sebuah batalion sukarelawan kontroversial yang berubah menjadi unit penjaga nasional yang memiliki hubungan dengan sayap kanan, adalah "neo-Nazi".
Baca juga: Rusia Luncurkan Rudal Jauh dari Garis Depan dan Dekat Perbatasan, 10 Orang Tewas di Luhansk
Baca juga: Rusia Sepakati Evakuasi Tentara Ukraina yang Terluka Dari Azovstal, Zelensky: Selamatkan Anak Kami
AS Desak Pendanaan ke Ukraina
Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah menyerukan sekutu Washington untuk meningkatkan dukungan keuangan untuk Ukraina.
Dia mengatakan bahwa dana yang diumumkan sejauh ini tidak akan cukup bagi negara untuk memenuhi "kebutuhan dasarnya" karena memerangi ofensif Rusia.
"Kebutuhan pembiayaan Ukraina signifikan," kata Yellen dalam sambutannya yang disiapkan untuk disampaikan ke Forum Ekonomi Brussel.
“Dalam bulan-bulan sampai pengumpulan pajak dapat dilanjutkan dengan cepat, Ukraina membutuhkan dana anggaran untuk membayar tentara, karyawan dan pensiunan, serta untuk mengoperasikan ekonomi yang memenuhi kebutuhan dasar warganya,” tambahnya.
“Dalam waktu singkat, itu perlu beralih ke perbaikan dan pemulihan utilitas dan layanan penting.”
Sementara Ukraina pada akhirnya akan membutuhkan “dukungan besar-besaran” untuk rekonstruksi dan pemulihan pada skala Rencana Marshall pasca-Perang Dunia II untuk Eropa, negara itu harus mengambil “langkah demi langkah” ini, katanya.
Perang Sengit di Mariupol
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, ratusan kombatan yang menjaga benteng terakhir Ukraina di kompleks pabrik baja Azovstal, Mariupol, dilaporkan telah dievakuasi pada Senin (16/5/2022).
Dengan evakuasi ini, pertempuran antara tentara Ukraina dengan Rusia di Mariupol berakhir.
Kota pelabuhan terkenal di Ukraina itu jatuh ke dalam kendali penuh Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan bahwa negosiasi berhasil menyelamatkan lebih dari 260 kombatan tersebut.
Namun para kombatan mesti dibawa Rusia ke teritori yang dikuasai separatis Republik Rakyat Donetsk.
Baca juga: Putin Mengaku Rusia Tak Terancam Jika Finlandia-Swedia Gabung NATO
Baca juga: Hongaria Kembali Tolak Kesepakatan Uni Eropa, Embargo Minyak Rusia Batal Direalisasikan
Para kombatan Ukraina yang dievakuasi dari Azovstal dibawa menggunakan bus.
Sebagian mereka dalam kondisi luka parah.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Anna Malyar menyampaikan bahwa 53 kombatan yang luka serius dibawa ke Novoazovsk untuk mendapatkan perawatan.
Sementara itu, sejumlah 211 kombatan lain dievakuasi ke Olenivka.
Hingga berita ini diturunkan, belum jelas status para kombatan itu apakah dijadikan tawanan perang oleh Rusia. Kiev sendiri mengaku akan berupaya memulangkan para kombatan itu.
“Ukraina butuh para pahlawan Ukraina untuk tetap hidup. Itulah prinsip kami,” kata Zelenskyy dikutip Associated Press.
“Militer dan intelejen kami telah memulai operasi untuk menyelamatakan para penjaga Mariupol. Kerja untuk memulangkan mereka akan berlanjut, ini butuh waktu,” lanjutnya.
(Tribunnews.com/Yurika)