Perang dengan Ukraina, Rusia Habiskan Uang Rp 4,4 Triliun Sehari, Ukraina Rugi Rp 8.000 Triliun
Otoritas Rusia mengakui habiskan lebih dari 300 juta dolar AS atau setara dengan Rp 4,4 triliun per hari untuk anggaran sektor pertahanan bulan lalu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Perang tidak hanya menimbulkan korban jiwa.
Perang juga menghabiskan anggaran yang tidak sedikit.
Ratusan bahkan ribuan alat dan sistem persenjataan yang nilainya tidak sedikit dikerahkan untuk memenangkan perang.
Otoritas Rusia mengakui habiskan lebih dari 300 juta dolar AS atau setara dengan Rp 4,4 triliun per hari untuk anggaran sektor pertahanan bulan lalu.
Biaya itu lebih banyak dihabiskan untuk invasi militer Ukraina yang terus berlanjut hingga hari ini.
Kementerian Keuangan Rusia seperti dilansir dari The Moscow Times, Rabu (18/5/2022), menegaskan bahwa jumlah itu lebih dari dua kali lipat pengeluaran pertahanan sebelum perang.
Baca juga: Pengamat Sebut Serangan ke Ukraina Pertaruhkan Masa Depan Rusia
Sejak Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari lalu, anggaran pertahanan terus menanjak.
Pasalnya angkatan bersenjata Rusia gagal melakukan kemenangan kilat dan menetapkan strategi untuk merebut wilayah timur Ukraina.
Hal ini membuat biaya perang terus membengkak.
Menurut data Kementerian Keuangan, pengeluaran anggaran pertahanan Rusia pada Februari mencapai hingga 369 miliar rubel atau setara Rp 85,3 triliun.
Sementara pada Maret, jumlah ini terus menanjak jadi 450 miliar rubel atau hampir Rp 104 triliun.
Sejauh ini, anggaran pertahanan di bulan April menjadi yang paling mahal mencapai hingga 628 miliar rubel atau hampir Rp 145 triliun.
Jika dirata-ratakan maka ongkos perang di Ukraina yang harus dirogoh Rusia setiap harinya mencapai hingga 21 miliar rubel atau sekitar Rp 4,4 triliun per hari.
Rubel adalah mata uang Rusia yang setara Rp 240 untuk 1 Rubel.
Sebagai perbandingan, mengutip portal resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dana senilai Rp 4 triliun bisa digunakan untuk membangun seluruh jalan lintas Kalimantan.
Ongkos pertahanan Rusia di bulan April lebih dari dua kali lipat pengeluaran sebelum perang yakni sekitar 233,7 miliar rubel atau sekitar Rp53,7 triliun di bulan Januari 2022.
Pada April setahun lalu, pengeluaran pertahanan mencapai total 275 miliar rubel (Rp63,4 triliun).
Antara Januari hingga akhir April 2022, bujet sejumlah 1.681 triliun rubel (hampir Rp389 triliun) dialokasikan untuk pengeluaran militer.
Ukraina Rugi Rp 8.000 Triliun
Kerugian akibat perang tak hanya dirasakan Rusia.
Ukraina sebagai negara yang diinvasi Rusia juga mengalami kerugian yang tak sedikit.
Kerusakan fisik pada bangunan dan infrastruktur Ukraina akibat invasi Rusia mencapai sekitar 60 miliar dollar AS (Rp 860 triliun).
Laporan tersebut diutarakan oleh Presiden Bank Dunia David Malpass pada Kamis (21/4/2022), sebagaimana dilansir Reuters.
Kerugian yang dialami Ukraina akan bertambah karena hingga hari ini invasi Rusia belum berhenti.
Malpass menambahkan, kerugian tersebut akan meningkat lebih lanjut jika perang di sana terus berlanjut dan berkecamuk.
Lewat konferensi Bank Dunia, Malpass mengatakan bahwa kerugian fisik akibat perang di Ukraina tidak termasuk kerugian perekonomian di sana.
“Tentu saja perang masih berlangsung, sehingga biayanya meningkat,” kata Malpass.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato virtual di konferensi tersebut menguraikan biaya dan kebutuhan pembiayaan yang jauh lebih besar.
Dia mengatakan kepada peserta konferensi bahwa Ukraina membutuhkan 7 miliar dollar AS (Rp 100 triliun) per bulan untuk menebus kerugian ekonomi yang disebabkan oleh invasi Rusia ke negaranya.
“Dan kami akan membutuhkan ratusan miliar dollar AS untuk membangun kembali semua ini nanti,” ucap Zelensky.
Zelensky menuturkan, komunitas global perlu segera mengeluarkan Rusia dari lembaga keuangan internasional, termasuk Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan lainnya.
Dia menambahkan, semua negara harus segera bersiap untuk memutuskan semua hubungan dengan Rusia.
Sumber: The Moscow Times/Reuters/Kompas.TV