Rusia Fokuskan Serangan ke Donbas, Belasan Gedung Tinggi Dihancurkan di Sievierodonetsk-Lysychansk
Rusia menembaki lebih dari 40 kota di wilayah Donbas, timur Ukraina, menghancurkan belasan bangunan tinggi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Rusia menembaki lebih dari 40 kota di wilayah Donbas, timur Ukraina, menghancurkan belasan bangunan tinggi, kata pihak berwenang pada Kamis (26/5/2022), Reuters melaporkan.
Setelah gagal merebut ibu kota Ukraina Kyiv maupun kota keduanya, Kharkiv, Rusia berusaha merebut kendali penuh atas Donbas atas nama separatis.
Kawasan industri itu terdiri dari provinsi Luhansk dan Donetsk.
Rusia mengerahkan ribuan tentara ke wilayah itu, menyerang dari tiga sisi dalam upaya untuk mengepung pasukan Ukraina yang bertahan di kota kembar Sievierodonetsk dan Lysychansk.
Kejatuhan kota-kota itu akan membuat seluruh provinsi Luhansk berada di bawah kendali Rusia, tujuan utama perang Kremlin.
Baca juga: Rusia Bersedia Buka Blokade Pangan Ukraina Asal UE Cabut Sanksi Perang
Baca juga: Vladimir Putin Kunjungi Tentara Rusia yang Terluka dalam Perang di Ukraina
"Semuanya sekarang difokuskan pada Donbas," kata penasihat kementerian dalam negeri Ukraina Vadym Denisenko dalam konferensi pers.
Ia mengatakan situasinya sangat tegang ketika 25 kelompok taktis batalyon Rusia berusaha mengepung pasukan Ukraina.
Satuan Tugas Gabungan angkatan bersenjata Ukraina mengatakan Rusia telah menembaki lebih dari 40 kota di wilayah itu, menghancurkan atau merusak 47 situs sipil, termasuk 38 rumah dan sebuah sekolah.
"Akibat penembakan ini, lima warga sipil tewas dan 12 terluka," katanya di Facebook.
Ia menyebut bahwa 10 serangan Rusia telah berhasil dihalau, empat tank dan empat drone dihancurkan, dan 62 tentara musuh tewas.
Kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan 11 gedung tinggi di Sievierodonetsk dan 8 di Lysychansk telah dihancurkan.
Zelenskiy mengatakan pasukan Rusia jauh melebihi jumlah pasukan Ukraina di beberapa bagian timur.
Kyiv juga telah gagal untuk mengatur pertukaran tahanan dengan Moskow.
413 Warga Sipil Terbunuh di Donetsk
Sementara itu, seperti dilansir Al Jazeera, gubernur Donetsk mengatakan setidaknya 431 warga sipil telah tewas dan 1.168 terluka di wilayah tersebut sejak awal invasi Rusia.
Namun ia mengatakan jumlah korban di Mariupol dan kota Volnovakha saat ini tidak diketahui.
"Angkatan bersenjata Rusia membunuh dan menghancurkan infrastruktur sipil permukiman Donetsk, menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal," kata Pavlo Kyrylenko di Telegram.
Pada hari Rabu (25/5/2022), seorang penasihat walikota Mariupol mengatakan bahwa pejabat kota memperkirakan setidaknya 22.000 warga sipil telah tewas dalam tiga bulan invasi Rusia.
Peristiwa Lainnya
Mengutip The Guardian, ini perkembangan lainnya seputar invasi Rusia di Ukraina.
- Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menyebut NATO tidak melakukan apa-apa dalam menghadapi invasi Rusia ke negaranya.
Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Kuleba memuji Uni Eropa atas keputusan "revolusioner" untuk mendukung Kyiv tetapi mengatakan aliansi militer NATO telah "benar-benar terkesampingkan".
Baca juga: Ketua Komisi Uni Afrika Sebut Perang di Ukraina Mengancam Geopolitik Hingga Ekonomi Global
Baca juga: Zelensky: Ukraina Tidak akan Serahkan Tanahnya sebagai Imbalan Berakhirnya Perang dengan Rusia
- Ukraina kembali meminta lebih banyak senjata, termasuk beberapa sistem peluncuran roket untuk menandingi daya tembak Rusia.
"Kami membutuhkan bantuan kepada mitra kami - terutama, senjata untuk Ukraina. Bantuan penuh, tanpa pengecualian, tanpa batas, cukup untuk menang," kata Presiden Volodymyr Zelenskiy dalam pidato nasionalnya.
Kuleba menambahkan, negaranya sangat membutuhkan beberapa sistem peluncuran roket untuk menandingi daya tembak Rusia.
- Zelenskiy menolak gagasan bahwa negaranya harus menyerahkan wilayah untuk berdamai dengan Rusia.
"Tajuk rencana mulai muncul di beberapa media barat yang menyatakan bahwa Ukraina harus menerima apa yang disebut 'kompromi sulit' dengan menyerahkan wilayah sebagai imbalan perdamaian," katanya dalam pidato Rabu malam.
Mereka yang menyarankan Ukraina untuk menyerahkan wilayah, gagal melihat orang-orang biasa, yang benar-benar tinggal di wilayah yang mereka usulkan untuk ditukar dengan ilusi perdamaian.
Penasihat presiden Oleksiy Arestovych menambahkan, "Tidak ada yang akan memperdagangkan satu gram kedaulatan kami atau satu milimeter pun wilayah kami."
"Anak-anak kami sekarat, tentara dihancurkan oleh peluru, dan mereka menyuruh kami mengorbankan wilayah."
"Enyah lah. Itu tidak akan pernah terjadi."
- Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan rencana Moskow untuk menyederhanakan proses penyerahan kewarganegaraan Rusia kepada penduduk wilayah Ukraina yang diduduki Rusia merupakan pelanggaran hukum internasional.
Pernyataan kementerian itu muncul setelah presiden Rusia, Vladimir Putin, menandatangani dekrit yang dapat menyederhanakan proses penyerahan kewarganegaraan Rusia kepada penduduk wilayah Kherson dan Zaporizhzhia yang kini diduduki Rusia di Ukraina.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.