Sepanjang 2021, Total 7.167 Pemagang Asing di Jepang 'Menghilang'
Para pemagang yang datang ke Jepang pertama kali tinggal di pusat pelatihan selama sekitar satu bulan dan belajar bahasa Jepang dan gaya hidup.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sepanjang tahun 2021 tercatat sebanyak 7.167 dari 401.213 pemagang asing di Jepang diketahui kabur atau menghilang.
"Tahun lalu cukup besar pemagang yang kabur di Jepang mencapai 7.167 orang telah kabur dan tidak jelas keberadaannya. Kemungkinan menjadi ilegal di Jepang," papar sumber Tribunnews.com, Kamis (26/5/2022).
Jumlah pemagang asing di Jepang tahun 2019 sebanyak 517.232, sementara pemagang asing yang kabur atau hilang 1,7 persen atau 8.796 orang.
Terbanyak kedua pemagang memasuki Jepang tahun 2018 sebanyak 424.394 pemagang asing, 2,1 persen atau 9 052 orang di antaranya hilang/kabur.
Sedangkan tahun 2017 sebanyak 2 persen atau 7.089 dari 356.276 pemagang asing yang kabur.
Tahun 2020, dari 494.798 pemagang asing memasuki Jepang, tercatat 1,2 persen kabur/hilang atau berjumlah 5885 orang.
Para pemagang yang datang ke Jepang pertama kali tinggal di pusat pelatihan selama sekitar satu bulan dan belajar bahasa Jepang, gaya hidup Jepang, tata krama, dan sebagainya.
Pusat Pelatihan Rokko (Minamirokko, Rokkosan-cho, Nada-ku, Kobe) adalah salah satu pusat pelatihan tersebut, dan sekitar 20 orang China dan Vietnam telah diterima sejak pertengahan April 2022.
"Saya senang bisa datang ke Jepang," kata seorang pria berusia 21 tahun dari Kamboja yang datang untuk belajar pekerjaan pengaspalan jalan.
Baca juga: Pertama Kali Jepang di Puncak Daftar Peringkat 1 Tujuan Wisata Turis Dunia
Dia mengatakan telah diwawancarai pada bulan Juni tahun lalu dan sedang menunggu untuk masuk.
Pria ini sangat antusias ingin mempelajari teknik dan aturan dan membawanya kembali ke negara asalnya.
Menurut "Yayasan Manajemen Perburuhan Internasional" (Tokyo), yang mengoperasikan Pusat Pelatihan Gunung Rokko, jumlah peserta pelatihan yang bertanggung jawab atas perusahaan itu sendiri telah meningkat menjadi sekitar 400 orang.
"Saya sangat tersentuh melihat pelatihan ini untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Dia telah bersabar untuk waktu yang lama dan datang ke Jepang," kata Yusuke Hashimoto (42), direktur kantor Osaka dari perusahaan yang sama.
Tujuan dari sistem ini adalah untuk mentransfer keterampilan ke negara-negara berkembang, tetapi pada kenyataannya, ada harapan bahwa itu akan menyelesaikan kekurangan tenaga kerja.
Sebuah peternakan unggas di Kota Toyooka memiliki karyawan yang sudah lanjut usia, dan dijadwalkan untuk menerima dua peserta pelatihan dari Kamboja satu setengah tahun yang lalu.
Namun ditunda karena pandemi corona, dan dilampaui oleh bantuan Pusat Sumber Daya Manusia Perak.
Diputuskan bahwa dua peserta pelatihan akan datang mulai bulan Juni.
"Saya akhirnya lega bahwa saya berada dalam bentuk yang saya pikirkan. Saya ingin Anda mempelajari teknik menetaskan telur dan cara Anda bekerja," kata presiden perusahaan tersebut kepada para pemagang.
Menurut Biro Imigrasi Jepang, jumlah pemagang yang menghilang di Jepang pada tahun 2021 adalah sekitar 7.000-an, meningkat lebih dari 1.000 dari tahun sebelumnya.
Di Prefektur Hyogo, ada 208 orang, meningkat 73 orang dari tahun sebelumnya.
Salah satu latar belakang adalah bahwa beberapa perusahaan tidak dapat menahan lingkungan yang keras seperti jam kerja yang panjang.
Hambatan bahasa juga besar, dan mungkin tidak dapat berkomunikasi dengan rekan kerja menyebabkan masalah, atau mungkin tidak dapat mengklaim hak si pemagang.
Oleh karena itu, pendidikan bahasa Jepang yang berkelanjutan juga menjadi masalah.
Baca juga: Inilah 7 Orang Rombongan Turis Asing Pertama Masuki Jepang di 2022
"Pusat Dukungan Pelatihan Perawatan Perawatan Orang Asing Hyogo" (Chuo-ku, Kota Kobe) yang dioperasikan oleh Dewan Kesejahteraan Sosial Prefektur Hyogo untuk mendukung peserta pelatihan di tempat perawatan memberikan subsidi kepada perusahaan penerima yang telah menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang. Seminar juga diadakan untuk memperdalam pemahaman peserta pelatihan oleh staf fasilitas perawatan jangka panjang."
Kazumitsu Saito, direktur pusat tersebut, mengatakan, "Perusahaan cenderung melihat peserta pelatihan sebagai 'tenaga kerja murah', tetapi bukan itu masalahnya."
Berdasarkan kebangsaan, Vietnam, China, dan Indonesia, tiga negara tersebut yang paling umum atau terbanyak datang ke Jepang.
"Terpenting untuk menghindari masalah sebenarnya kita harapkan para pemagang sudah bisa menguasai bahasa Jepang minimal JLPT N-3, sehingga dia pun akan bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik di Jepang dan tak dirugikan oleh para oknum yang ada di Jepang nantinya," ungkap sumber itu.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.