Klaim Situasi Covid-19 Membaik, Korea Utara Cabut Lockdown
Korea Utara mengklaim situasi virus corona sudah membaik dan memutuskan mencabut lockdown.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara mengklaim situasi virus corona sudah terkendali dan memutuskan mencabut pembatasan pergerakan yang diberlakukan di Ibu Kota Pyongyang.
Diketahui, wabah Covid-19 pertama telah menyebar di Korea Utara pada beberapa minggu lalu.
Kasus pertama virus corona di Korea Utara dilaporkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Kamis (12/4/2022).
Korea Utara telah berada dalam pertempuran sengit melawan gelombang Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan penguncian nasional di bulan ini.
Persebaran wabah di Korea Utara memicu kekhawatiran tentang kurangnya vaksin, pasokan medis, dan kekurangan makanan.
Baca juga: Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi ke Korea Utara Usai Kim Jong Un Rilis Rudal Balistik
Baca juga: Kim Jong Un dan Warga Korea Utara Hadiri Pemakaman di Tengah Kasus Dugaan Corona yang Capai 2,8 Juta
Pada hari Minggu (29/5/2022), pembatasan telah dicabut, kata kantor berita Jepang Kyodo, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Beijing.
Seorang juru bicara kementerian unifikasi Korea Selatan yang menangani urusan antar-Korea mengatakan tidak dapat mengkonfirmasi laporan tersebut, karena media pemerintah Korea Utara belum mengumumkan keputusan tersebut.
Laporan Kyodo muncul tak lama setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un memimpin pertemuan politbiro untuk membahas revisi pembatasan anti-epidemi, menilai situasi wabah Covid-19 pertama negara itu "membaik".
"Biro Politik memeriksa masalah koordinasi dan penegakan peraturan dan pedoman anti-epidemi secara efektif dan cepat mengingat situasi anti-epidemi yang stabil saat ini," kata KCNA Minggu, sebagaimana dikutip dari CNA.
Korea Utara melaporkan 100.710 lebih banyak orang menunjukkan gejala demam dan satu kematian tambahan pada Minggu malam.
Sementara dua minggu lalu, kasus demam di Kore Utara sekitar 390.000, kata KCNA.
Korban tewas naik menjadi 70 orang.
Korea Utara belum mengkonfirmasi jumlah total orang yang dites positif virus corona, tampaknya kekurangan pasokan pengujian.
Para ahli mengatakan angka yang diumumkan mungkin tidak dilaporkan, dan sulit untuk menilai skala situasi yang sebenarnya.
Korea Utara Lakukan Tes pada Sungai, Udara, dan Sampah
Pejabat kesehatan Korea Utara melakukan pengujian Covid-19 pada sungai, danau, udara, air limbah rumah tangga, dan sampah.
Dilansir Reuters menurut media pemerintah Korea Utara, upaya tersebut merupakan bagian dari penanganan intensif terhadap wabah virus corona di negara ini.
Korea Utara melaporkan kasus Covid-19, setelah dua tahun pandemi menyebar di hampir seluruh dunia.
Negara terisolasi ini sekarang berada dalam pertempuran sengit melawan gelombang wabah virus corona, sejak menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan penguncian nasional bulan ini.
Kondisi Korea Utara memicu kekhawatiran dunia karena kurangnya pasokan vaksin, peralatan medis, dan makanan.
Media pemerintah mengatakan, pihak berwenang meningkatkan pengujian dan desinfeksi di seluruh negeri.
Sebelumnya, media melaporkan bahwa wabah dalam kondisi stabil dengan kasus demam mereda dan jumlah kematian relatif rendah.
Sekitar 100.460 lebih banyak orang menunjukkan gejala demam pada Kamis (26/5/2022), dibandingkan dengan hampir 400.000 sekitar 10 hari yang lalu, kata kantor berita resmi KCNA, mengutip data dari markas besar pencegahan epidemi darurat negara.
Jumlah total pasien demam sejak April naik menjadi 3.270.850 di antara 25 juta penduduk, dan jumlah kematian menjadi 69, naik satu dari sehari sebelumnya.
Secara terpisah, KCNA mengatakan kantor anti-virus mengumpulkan sampel dari banyak sumber untuk memeriksa apakah daerah telah terinfeksi Covid-19.
Baca juga: Amerika, Jepang dan Korea Selatan Kecam Uji Coba Rudal Balistik Korea Utara
Baca juga: Survei: Pandemi Covid-19 Berdampak pada Ekonomi dan Kesehatan Lansia
"Sektor anti-epidemi darurat di semua tingkatan mengutamakan pengujian spesimen yang dikumpulkan di sungai dan danau, sambil mendisinfeksi ratusan ribu meter kubik limbah dan ribuan ton sampah setiap hari dan memeriksa dan menganalisis sampel," kata KCNA.
Rilis berita itu tidak menguraikan metode pengujiannya.
Korea Utara mengatakan tahun lalu telah mengembangkan peralatan tes reaksi rantai polimerase (PCR) sendiri.
Kendati demikian, negara ini tidak pernah mengkonfirmasi berapa banyak orang yang dites positif, malah melaporkan jumlah pasien gejala demam diduga Covid-19.
Para ahli mengatakan angka-angka itu mungkin tidak dilaporkan dan menyulitkan penilaian skala situasi.
Sebuah video yang dirilis KCNA menunjukkan sekelompok pejabat mengenakan pakaian pelindung dan masker medis membawa kotak dengan tanda-tanda yang mengatakan "pembawa spesimen" atau "bakteri, penguji virus."
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen informasi yang terkandung dalam video tersebut.
"Pejabat mengumpulkan sampel dari orang-orang yang menunjukkan demam dan menguji minuman yang diproduksi di pabrik air di Pyongyang untuk memastikan mereka bersih dan aman," kata Jo Chol Ung, wakil kepala Pusat Kebersihan dan Anti-epidemi Kota Pyongyang dalam video.
Dilansir NK News, media pemerintah merekomendasikan sejumlah pengobatan untuk mengatasi wabah Covid-19 sejak virus ini merebak.
Mayoritas media mengimbau masyarakat yang diduga terinfeksi untuk mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan obat tradisional saat karantina.
Salah satunya yakni minum air garam untuk meredakan gejala.
Korea Utara menyatakan virus itu sebagian besar mirip dengan "flu biasa" dan bahwa wabah itu "ditekan dan dikendalikan secara stabil" minggu lalu.
(Tribunnews/Yurika/Ika Nur Cahyani)