Australia Tuduh Jet Tempur China Cegat Pesawat Pengintainya dengan Manuver Berbahaya
Australia menuduh jet tempur China mencegat pesawat pengintainya dengan manuver berbahaya saat berpatroli di sekitar Laut China Selatan.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Departemen Pertahanan Australia menuduh jet tempur China telah mencegat pesawat pengintainya dengan manuver berbahaya saat berpatroli di sekitar Laut China Selatan, Minggu (5/6/2022).
Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles mengatakan, J-16 China mencegat P-8 Australia ketika sedang dalam misi pengawasan rutin di wilayah udara internasional pada Mei lalu sebelum melepaskan suar dan sekam yang masuk setidaknya satu mesin pesawat Australia.
Pesawat militer biasanya melepaskan sekam yang berisi potongan kecil aluminium atau seng, sebagai tindakan balasan yang disengaja untuk membingungkan rudal, tetapi juga dapat menggunakannya untuk menyabotase pesawat yang mengejar.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Australia menggambarkan pertemuan itu sebagai "manuver berbahaya" yang menimbulkan ancaman keselamatan bagi pesawat P-8 dan awaknya.
"Pesawat J-16 terbang sangat dekat ke sisi P-8 ... dalam terbang dekat ke samping, itu melepaskan suar," kata Marles kepada 9News Australia, sebagaimana dilansir CNN.
“J-16 kemudian berakselerasi dan memotong hidung P-8, menetap di depan P-8 pada jarak yang sangat dekat."
"Saat itu kemudian dilepaskan seikat sekam, yang berisi potongan-potongan kecil aluminium, beberapa di antaranya tertelan ke dalam mesin pesawat P-8. Jelas sekali, ini sangat berbahaya," kata Marles.
Baca juga: Peringati 33 Tahun Tragedi Tiananmen, Massa Mahasiswa Demo di Depan Kedubes China
Baca juga: Hindari Sanksi Barat, China Mulai Batasi Hubungan Bilateral hingga Tolak Maskapai Penerbangan Rusia
"Ketika tertelan, sekam dapat merusak bilah mesin jet dan dalam kasus ekstrim bahkan dapat mematikannya," kata Peter Layton, mantan perwira Angkatan Udara Australia yang sekarang menjadi peneliti di Griffith Asia Institute.
Sementara P-8 dapat beroperasi hanya dengan satu dari dua mesinnya.
"Insiden yang diduga akan memaksanya untuk kembali ke pangkalan, secara efektif mengakhiri patroli," kata Layton.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese mengatakan pemerintahnya telah mengangkat masalah ini dengan Beijing.
"Ini tidak aman, apa yang terjadi, dan kami telah membuat representasi yang tepat kepada pemerintah China untuk mengungkapkan keprihatinan kami," kata Albanese.
"Pesawat Australia itu terbang sesuai dengan hukum internasional, menggunakan hak atas kebebasan navigasi dan penerbangan di perairan internasional, dan wilayah udara," katanya.
Ini adalah kedua kalinya dalam seminggu pesawat China dituduh membahayakan penerbangan pengintaian militer lain.
Australia Tuduh Kapal Perang China Gunakan Laser
Pada Februari lalu, Australia juga menuduh bahwa kapal perang China menggunakan laser untuk "menerangi" P-8 Australia di perairan lepas pantai utara negara itu.
Mengarahkan laser ke pesawat dapat merusak penglihatan pilot dan membahayakan pesawat, menurut Administrasi Penerbangan Federal AS.
Pemerintah Australia menyebut tindakan itu "berbahaya" dan "sembrono".
Namun Beijing mengatakan tuduhan Australia itu tidak benar dan kapal perangnya bertindak sesuai dengan hukum internasional.
Baca juga: Bantu Ukraina, Spanyol Kirimkan Rudal Anti-Pesawat dan Tank Tempur
Baca juga: Pertempuran Sengit di Kota Sievierodonetsk, Rusia Mulai Pukul Mundur Pasukan Ukraina
Ia menuduh Australia "menyebarkan informasi palsu secara jahat tentang China."
China dan Australia juga berselisih mengenai upaya Beijing untuk mengejar perjanjian keamanan baru dengan berbagai negara kepulauan Pasifik yang telah menjadi mitra dekat Australia di masa lalu.
Ada pertemuan dekat lainnya antara pesawat tempur China dan asing selama bertahun-tahun.
Yang terburuk terjadi pada tahun 2001, ketika sebuah jet tempur China bertabrakan dengan pesawat pengintai Angkatan Laut AS di atas Laut China Selatan.
Dalam kasus itu, pilot pesawat tempur F-8 China tewas dan pesawat AS harus melakukan pendaratan darurat di Pulau Hainan China.
Ke-24 anggota awak AS ditahan di pulau China selama 11 hari sebelum dibebaskan.
(Tribunnews.com/Yurika)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.