Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Otoritas Kesehatan Inggris Rilis Foto Kulit Penderita Monkeypox

Foto yang menunjukkan ruam di area tubuh, termasuk tangan dan wajah, telah dirilis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gejala virus ini.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in Otoritas Kesehatan Inggris Rilis Foto Kulit Penderita Monkeypox
rte.ie
Roche mengklaim berhasil menemukan alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi penyakit cacar monyet (Monkeypox), saat virus itu menyebar ke luar dari negara endemik. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM - Otoritas kesehatan di Inggris telah merilis foto baru gejala cacar monyet (Monkeypox) karena kasus ini terus meningkat di seluruh dunia.

Gambar yang dibagikan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) itu menunjukkan lesi kulit yang khas dari infeksi Monkeypox.

Foto-foto yang menunjukkan ruam di area tubuh, termasuk tangan dan wajah, telah dirilis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gejala virus ini.

Baca juga: WHO Konfirmasi 780 Kasus Monkeypox Ditemukan di 27 Negara

Dikutip dari laman Forbes, Senin (6/6/2022), Monkeypox merupakan virus langka yang menyebabkan gejala termasuk demam, kedinginan hingga ruam yang terasa cukup menyakitkan.

Monkeypox 6507-707
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) itu menunjukkan lesi kulit yang khas dari infeksi cacar monyet (Monkeypox).

Secara historis, virus tersebut cenderung melompat dari hewan ke manusia, namun bisa juga menyebar dari orang ke orang melalui kontak langsung, seperti saat berhubungan seksual.

Pada periode 6 hingga 30 Mei lalu, terdapat 190 kasus yang telah dilaporkan di wilayah teritorial Inggris, rinciannya adalah 183 di Inggris, 4 di Skotlandia, 2 di Irlandia Utara dan 1 di Wales.

Berita Rekomendasi

Sebagian besar yakni 132 kasus di Inggris ini telah ditemukan pada penduduk kota London.

Kasus ini didominasi kaum pria gay, biseksual, atau pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.

UKHSA mengatakan bahwa pelacakan kontak (tracing) awal telah menghubungkan beberapa kasus dengan aplikasi kencan, sauna serta bar yang biasa didatangi kaum gay.

Namun tidak ada faktor atau paparan spesifik yang diidentifikasi.

Baca juga: Hasil Tes Lab Dugaan Kasus Monkeypox di Thailand Semuanya Negatif

Untuk alasan ini, pejabat kesehatan masyarakat di Inggris pun telah meminta pria yang berhubungan seks dengan sesama pria untuk waspada terhadap gejala Monkeypox.

Sementara itu, pihak berwenang bekerja sama dengan organisasi seperti Terrence Higgins Trust dan Stonewall untuk mencoba menyampaikan informasi yang akurat tentang virus tersebut, sambil terus meminimalkan stigma negatif tentang komunitas ini.

Direktur Regional London untuk Kesehatan Masyarakat, Profesor Kevin Fenton menekankan bahwa Monkeypox dapat menyerang siapapun.

"Namun kita tahu bahwa banyak dari diagnosis terbaru yang merujuk pada pria gay, biseksual, dan pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis, banyak diantaranya tinggal atau memiliki kaitan dengan London," jelas Prof Fenton.

Seperti halnya wabah penyakit baru, kata dia, risiko stigma negatif dan ketidakpastian pun sangat besar.

"Inilah sebabnya kami bekerja berdampingan dengan NHS, lembaga kesehatan seksual, organisasi sektor sukarela dan komunitas di London untuk berbagi informasi yang akurat tentang Monkeypox, terutama kepada kelompok yang berisiko tinggi melalui suara-suara perwakilan," tegas Prof Fenton.

Saat ini, orang yang pernah melakukan kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi Monkeypox saat ini sedang diberikan vaksin cacar yang disebut Imvanex yang diklaim dapat mengurangi risiko penyakit parah dan penularan lebih lanjut.

Beberapa orang juga telah disarankan untuk melakukan isolasi diri selama 21 hari.

Meskipun angkanya meningkat, Monkeypox masih dianggap sebagai penyakit yang sangat langka, dengan risiko bagi masyarakat umum dianggap tergolong rendah.

Para ahli bahkan tidak meyakini bahwa Monkeypox akan menjadi pandemi berikutnya, seperti virus corona (Covid-19).

Kendati demikian, wabah itu masih menjadi perhatian pejabat kesehatan global, karena ini adalah pertama kalinya banyak negara melihat kasus pada orang yang tidak memiliki hubungan perjalanan ke negara-negara di mana virus itu menjadi endemik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas