Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pejabat Separatis Donetsk: Pasukan Ukraina Tak Punya Pilihan Lain, Menyerah atau Mati

Pejabat separatis Donetsk mengatakan Pasukan Ukraina hanya punya dua pilihan, yaitu menyerah atau mati.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Pejabat Separatis Donetsk: Pasukan Ukraina Tak Punya Pilihan Lain, Menyerah atau Mati
STR / Layanan Pers Layanan Darurat Negara Ukraina / AFP
Gambar selebaran ini diambil dan dirilis oleh Layanan Pers Layanan Darurat Negara Ukraina pada 21 Maret 2022 menunjukkan petugas pemadam kebakaran memadamkan api skala besar di sebuah gudang makanan di Severodonetsk, wilayah Luhansk, yang hancur setelah penembakan Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin separatis Republik Rakyat Donetsk (DPR) di Ukraina timur mengatakan bahwa pasukan Ukraina di Severodonetsk harus memilih menyerah atau mati.

"Mereka memiliki dua pilihan: mengikuti contoh rekan-rekan mereka dan menyerah, atau mati," kata Eduard Basurin, wakil kepala Departemen Milisi Rakyat di DPR pada Senin (13/6/2022), lapor media pemerintah Rusia, RIA Novosti.

"Mereka tidak punya pilihan lain," tambahnya.

Dilansir CNN, pasukan Rusia telah menguasai sebagian besar kota penting di Donbas, Severodonetsk. 

Selama berminggu-minggu, kota ini menjadi pusat pertempuran berdarah untuk wilayah Donbas (Donetsk dan Luhansk), timur Ukraina.

Baca juga: Mulai 1 Juli, Rusia akan Terapkan Sistem Pajak Baru di Zaporizhia Ukraina

Baca juga: POPULER Internasional: Rusia Ancam Nuklir ke Polandia | Restoran Pengganti McDonalds di Rusia

Asap dan kotoran membubung di kota Severodonetsk selama pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia di wilayah Donbas, Ukraina timur pada 2 Juni 2022. (Photo by ARIS MESSINIS / AFP)
Asap dan kotoran membubung di kota Severodonetsk selama pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia di wilayah Donbas, Ukraina timur pada 2 Juni 2022. (Photo by ARIS MESSINIS / AFP) (AFP/ARIS MESSINIS)

Meskipun demikian, jalur Ukraina ke kota tampaknya belum sepenuhnya terputus.

Serhiy Hayday, kepala administrasi militer wilayah Luhansk, mengatakan bahwa Ukraina masih berhasil mengevakuasi beberapa orang dari kota, tetapi dibatasi oleh skala pemboman.

BERITA REKOMENDASI

Menurut Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU), Rusia mendorong pasukan Ukraina kembali dari pusat Severodonetsk.

"Musuh, dengan dukungan artileri, melakukan operasi penyerangan di kota Severodonetsk, sebagian berhasil, mendorong unit kami menjauh dari pusat kota, dan permusuhan berlanjut," kata AFU, Senin (13/6/2022).

Menurut Hayday, Rusia mengalami kemajuan karena keuntungan signifikan dengan artilerinya.

Hayday mengatakan sekitar 500 warga sipil, termasuk 40 anak-anak, masih berlindung di pabrik kimia Azot di kota itu.

Situs tersebut, kata Hayday, menjadi sasaran penyerangan berat "oleh artileri musuh berkaliber besar".

"Tempat perlindungan Azot tidak sekuat yang ada di Azovstal Mariupol," tambahnya.

Luhansk Hampir Dikuasai Rusia

Peta Donetsk dan Luhansk (Donbass)
Peta Donetsk dan Luhansk (Donbass) (via BBC.com)

Wilayah Luhansk, yang secara kolektif disebut Donbas bersama wilayah tetangganya Donetsk, menjadi pusat peperangan invasi Rusia di Ukraina.

Baca juga: Rusia Kepung Sievierodonetsk, Nasib Warga di Pabrik Kimia Azot Ditakutkan Seperti di Pabrik Azovstal

Baca juga: Rusia Dituduh Gunakan Senjata Pemusnah Massal, Bom yang Lebih Merusak dari Peledak Konvensional

Saat ini, sebagian besar wilayah Luhansk sudah berada di bawah kendali Rusia.

Fokus pertempuran adalah di kota kembar Severodonetsk dan Lysychansk.

Di sana, pasukan Rusia telah menghancurkan dua dari tiga jembatan antar kota-kota dan menembaki jembatan ketiga.

Serhiy Hayday menilai, pasukan Putin ingin memutus akses ke Severodonetsk.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan pertarungan di wilayah ini menentukan hasil perang di timur Ukraina.

Rusia Dituduh Melakukan Kejahatan Perang

Amnesty International menuduh Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Serangan Rusia di Kharkiv disebut banyak menggunakan senjata terlarang, bom tandan, dan telah menewaskan ratusan warga sipil.

"Pemboman berulang terhadap lingkungan perumahan di Kharkiv adalah serangan membabi buta yang menewaskan dan melukai ratusan warga sipil, dan dengan demikian merupakan kejahatan perang."

"Hal ini berlaku baik untuk serangan yang dilakukan dengan menggunakan tandan (munisi) maupun yang dilakukan dengan menggunakan roket tak terarah dan peluru artileri tak terarah lainnya," kata kelompok hak asasi manusia ini dalam laporannya, Senin (13/6/2022), dikutip dari The Guardian

Baca juga: Rusia Raup 98 Miliar Dolar dari Ekspor Bahan Bakar selama Perang di Ukraina

Baca juga: Pameran Kyiv Menampilkan Beragam Perlengkapan Perang Rusia di Ukraina

Amnesty mengatakan telah menemukan bukti tentang penggunaan bom cluster 9N210 dan 9N235 secara berulang oleh pasukan Rusia di Kharkiv serta ranjau darat yang tersebar.

Semua senjata ini dilarang berdasarkan konvensi internasional.

Bom cluster melepaskan lusinan bom atau granat di udara, menyebarkannya tanpa pandang bulu di atas ratusan meter persegi.

Ranjau darat yang tersebar menggabungkan "atribut terburuk dari munisi tandan dan ranjau darat anti-personil", kata Amnesty.

Resimen Azov Unjuk kekuatan di Kota Kharkiv, 11 Maret 2022.
Resimen Azov Unjuk kekuatan di Kota Kharkiv, 11 Maret 2022. (AFP/Getty/CBS News)

Peluru artileri terarah memiliki margin kesalahan lebih dari 100m.

Administrasi Militer Kharkiv mengatakan kepada Amnesty bahwa 606 warga sipil telah tewas dan 1.248 terluka di wilayah tersebut sejak konflik dimulai.

Rusia dan Ukraina bukanlah pihak dalam konvensi internasional yang melarang munisi tandan dan ranjau anti-personil.

Tapi Amnesty menekankan, "hukum humaniter internasional melarang serangan sembarangan dan penggunaan senjata yang sifatnya membabi buta."

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas