2 Relawan Militer Amerika Ditangkap di Ukraina, Rusia Tak Bisa Jamin Mereka Lolos dari Hukuman Mati
Dua relawan militer AS ditangkap di Ukraina. Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak bisa memberi jaminan atas nasib keduanya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa menjamin bahwa dua relawan militer AS yang ditangkap di Ukraina pekan lalu tidak akan menghadapi hukuman mati.
Selama wawancara dengan koresponden senior internasional NBC News, Keir Simmons, Senin (20/6/2022), Dmitry Peskov memberikan penjelasan mengenai dua warga Amerika, Alexander Drueke (39) dan Andy Huynh (27) yang ditangkap pasukan Rusia.
Simmons mewawancarai Peskov di Moskow, di mana pemerintah menindak wartawan dan membatasi apa yang dapat dikatakan wartawan dengan ancaman hukuman penjara.
Ketika ditanya apakah Drueke dan Huynh akan bernasib sama seperti dua warga negara Inggris dan seorang Maroko yang dijatuhi hukuman mati oleh pasukan separatis yang didukung Ukraina bulan ini, Peskov tidak menjawab secara gamblang.
"Itu tergantung pada penyelidikan," jawab Peskov.
Baca juga: Rusia Diperkirakan Kehilangan Hingga 4 Persen Prajurit Selama 4 Bulan Perang di Ukraina
Baca juga: Uni Eropa: Blokade Gandum Ukraina oleh Rusia Bentuk Kejahatan Perang
Keluarga Drueke dan Huynh melaporkan mereka hilang minggu lalu.
Peskov mengatakan Drueke dan Huynh terlibat dalam kegiatan ilegal di Ukraina dan menembaki pasukan Rusia.
"Orang-orang di medan perang itu menembaki orang-orang militer kami. Mereka membahayakan nyawa mereka," kata Peskov.
"Akan ada pengadilan, dan akan ada keputusan pengadilan."
"Mereka harus dihukum," tambahnya, menyebut Drueke dan Huynh sebagai 'tentara keberuntungan.'
Pemerintah Ukraina mengatakan pada awal Maret bahwa 20.000 orang dari 52 negara secara sukarela berperang dengan Legiun Internasional Ukraina.
Relawan datang setelah pemerintah menyerukan orang asing untuk bergabung dalam perjuangannya melawan Rusia.
Tidak diketahui berapa banyak relawan asing yang ada di Ukraina sekarang.
Damien Magrou, juru bicara legiun asing, mengatakan dia tidak bisa "mengkonfirmasi atau menyangkal" apakah Drueke dan Huynh ada di pasukan itu.
Peskov juga tidak mengatakan apakah orang-orang itu ditahan di Rusia atau ditahan oleh pasukan separatis yang memerangi Ukraina di timur negara itu.
Ia menambahkan bahwa mereka tidak mungkin dilindungi oleh Konvensi Jenewa yang memberikan perlindungan kepada tawanan perang.
Sebab, para relawan itu bukan bagian dari tentara reguler Ukraina.
Ibu Drueke mengatakan dalam sebuah wawancara minggu lalu bahwa putranya tidak berada di Ukraina untuk bertarung.
Sang ibu menyebut anaknya berada di negara itu menjadi penasihat.
Sementara itu, tunangan Huynh mengatakan mereka telah membiacarakan keputusan Huynh menjadi relawan perang sebelum mereka bertunangan pada akhir Maret.
Pada hari Jumat (17/6/2022), video Huynh dan Drueke disiarkan oleh RT, jaringan televisi internasional yang dikendalikan negara Rusia.
RT melaporkan bahwa keduanya ditawan oleh separatis.
Peskov, yang berbicara dengan NBC News ketika Rusia memperoleh keuntungan di timur Ukraina, mengatakan dia tidak memiliki informasi tentang Grady Kurpasi.
Kurpasi adalah mantan anggota militer AS ketiga yang juga dilaporkan hilang di Ukraina.
Peskov juga membantah bahwa bintang WNBA Amerika Brittney Griner ditahan sebagai sandera.
Griner sempat ditangkap di bandara Rusia pada Februari lalu setelah pihak berwenang di sana mengatakan Griner membawa kartrid vape yang mengandung minyak ganja.
Selain itu, Peskov mengulangi klaim Kremlin bahwa sanksi Barat yang agresif hanya berdampak kecil pada ekonomi Rusia.
Ia menyebut Moskow sedang memfokuskan kembali untuk mengganti impor terbatas dengan produksi dalam negeri.
Mengenai pembenaran soal invasi, Peskov menegaskan kembali bahwa NATO dan AS membuat Rusia "tidak punya pilihan" selain meluncurkan operasinya di Ukraina karena kekhawatiran keamanannya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)