Zelensky: 10 Rudal Rusia Hantam Mykolaiv Ukraina, 5 Orang Tewas
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan 10 rudal Rusia telah menghantam kota selatan Mykolaiv dan menewaskan sedikitnya lima orang.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan 10 rudal Rusia mengenai "target sipil" di kota selatan Mykolaiv pada Rabu (29/6/2022).
Dikatakan, serangan itu telah menewaskan sedikitnya lima orang.
"(Serangan itu) membuktikan sepenuhnya kepada semua orang di dunia bahwa tekanan terhadap Rusia tidak cukup," kata Zelensky, dilansir CNN.
"Ada juga serangan di Ochakiv, Dnipro, penembakan Rusia di wilayah Kharkiv, wilayah Sumy, Donbas."
Zelensky juga mengatakan situasi di Lysychansk, Avdiivka, dan komunitas di arah Bakhmut masih sangat brutal, sangat sulit.
Baca juga: Gubernur di Ukraina Sebut Desa-desa Terhapus dari Muka Bumi karena Serangan Rudal Rusia
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk menyediakan militer kami dengan sistem artileri modern untuk merespons dengan baik kepada penjajah," katanya.
Wali Kota Mykolaiv, Oleksandr Sienkevych, pada hari Rabu, mengatakan hanya ada 18 hari sejak dimulainya invasi bahwa kota Ukraina selatan tidak ditembaki rudal atau peluru klaster.
Lebih dari 114 warga tewas akibat serangan Rusia pada waktu itu, katanya.
Tidak jelas apakah jumlah itu termasuk semua korban yang dikutip oleh Zelensky pada hari itu.
Butuh Bertahun-tahun bagi Rusia untuk Pulih
Komunitas intelijen AS menilai bahwa dibutuhkan “bertahun-tahun” bagi militer Rusia untuk pulih dari kerusakan yang dideritanya dalam melaksanakan perangnya di Ukraina, menurut direktur intelijen nasional Avril Haines.
“Pasukan darat mereka sekarang telah terdegradasi sedemikian rupa sehingga kami memperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun bagi mereka untuk pulih dalam banyak hal,” katanya dalam konferensi di Washington, DC, Rabu.
Itu bisa mendorong Rusia untuk menjadi lebih bergantung pada "alat asimetris" seperti serangan siber, upaya untuk mencoba mengendalikan energi, atau bahkan senjata nuklir untuk memproyeksikan "kekuatan dan pengaruh," katanya.
Haines mengatakan Rusia mulai mengalihkan fokusnya ke wilayah Donetsk.