Inflasi di Sri Lanka Juni 2022 Capai 54,6 Persen, Rekor Tertinggi dalam Sejarah
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, inflasi di Sri Lanka pada Juni 2022 telah melampaui angka 50 persen.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, laju kenaikan harga komoditas atau inflasi di Sri Lanka telah melampaui angka 50 persen.
Inflasi di negara itu untuk Juni lalu telah tercatat sebesar 54,6 persen.
Dikutip dari laman www.newsfirst.lk, Jumat (1/7/2022), Departemen Sensus dan Statistik Sri Lanka menyatakan bahwa harga pangan di negara yang bangkrut itu telah meningkat sebesar 80 persen pada Juni lalu.
Sedangkan harga barang dan jasa non-makanan naik menjadi 42,4 persen.
Baca juga: Atasi Krisis BBM, Presiden Sri Lanka Jajaki Pembelian Minyak dengan Uni Emirat Arab
Sebagai akibat dari krisis bahan bakar yang terjadi saat ini, kenaikan harga sayuran menjadi hal yang paling cepat berdampak besar.
Kenaikan harga bahan makanan lainnya seperti beras, rempah-rempah, biji-bijian dan kenaikan harga bahan bakar juga menjadi penyebab utama inflasi bulan lalu.
Sementara itu sumber internal Kementerian Keuangan Sri Lanka pada Rabu kemarin mengatakan bahwa negara itu akan segera menerima pinjaman sebesar 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari International Monetary Fund (IMF).
Pinjaman ini disebut akan diberikan kepada Sri Lanka untuk disimpan sebagai cadangan devisa.
Dikutip dari laman www.dailynews.lk, Kamis (30/6/2022), langkah ini akan memfasilitasi lembaga pemberi pinjaman internasional untuk memberikan bantuan keuangan kepada negara itu agar bisa mengimpor obat-obatan, bahan bakar, gas dan komoditas penting lainnya.
Diskusi yang bertujuan mencapai kesepakatan tingkat staf terkait pinjaman IMF untuk Sri Lanka ini diharapkan berakhir pada Kamis waktu setempat.
Baca juga: Bank Dunia akan Desain Ulang 17 Proyek yang sedang Berjalan di Sri Lanka
Sebelumnya, perwakilan IMF telah memulai diskusi dengan pejabat senior pemerintah negara itu sejak 20 Juni lalu.
Delegasi tersebut bertemu dengan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe selama 10 hari kunjungan mereka di negara yang bangkrut itu.
Perwakilan IMF menegaskan kembali bahwa mereka akan mendukung Sri Lanka sesuai dengan kebijakannya.
Perlu diketahui, negara itu saat ini mengharapkan pinjaman sebesar 3 miliar dolar AS dari IMF.