Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Asian African Youth Government Soroti Dampak Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Asia Afrika

Pemuda Asia Afrika atau Asian African Youth Government (AAYG) menyoroti dampak konflik Rusia vs Ukraina tehadap perekonomian dunia

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Erik S
zoom-in Asian African Youth Government Soroti Dampak Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Asia Afrika
ist
Presiden Pemuda Asia Afrika atau Asian African Youth Government (AAYG) Saddam Al Jihad 

Laporan Wartawan Tribunnews, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemuda Asia Afrika atau Asian African Youth Government (AAYG) menyoroti dampak konflik Rusia vs Ukraina tehadap perekonomian dunia.

Hal tersebut dituangkan dalam Webinar Internasional dengan tema 'Dampak Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Asia-Afrika', Senin (4/7/2022).

Baca juga: Bagian Wilayah Ukraina yang Dikuasai Rusia akan Kirim Biji-bijian ke Timur Tengah

Presiden AAYG Respiratori Saddam Al Jihad mengatakan negara-negara Asia dan Afrika selain masih berkutat dengan problematik politik dan sosial budaya, juga diperparah persoalan ekonomi sebagai dampak dari konflik Rusia vs Ukraina serta pandemi Covid-19.

Karena itu, Saddam berharap para pemuda dapat merumuskan solusi dan kebijakan mengatasi masalah krisis ini, mengingat persoalan pangan semakin terasa di kawasan Afrika dan Asia.

“Saya sangat berharap forum ini bisa membahas problematika khususnya potensi krisis ekobomi di Asia dan Afrika, kemudian merumuskan solusi bagaimana kita berkontribusi untuk penyelesaian konflik. Pemirintah pun juga bisa fokus pada pemulihan ekonomi pascaCovid-19,” kata Saddam Al-Jihad dalam sambutannya dilansir dari keterangan yang diterima, Selasa (5/7/2022).

Gracia Paramitha, Dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta, berpendapat misi Presiden Indonesia, Joko Widodo, melalui kunjungan diplomatik ke Russia dan Ukraina merupakan insiatif yang bagus.

BERITA TERKAIT

Namun, menurutnya, semua pihak tidak bisa hanya mengandalkan pertemuan itu sebagai faktor penentu keberhasilan penyelesaian perdamaian. 

"Perjalanan masih panjang dan misi itu masih merupakan langkah awal yang dilakukan. Beberapa media mengatakan bahwa Joko Widodo menerima pesan dari Zelenskyy kepada Putin tetapi beberapa yang lain mengatakan bahwa itu tidak benar," ujarnya.

Baca juga: Menlu Rusia Dijadwalkan Tiba di Bali Lusa Hadiri Pertemuan Menlu G20, Hari Ini Singgah di Vietnam

Tentunya menurut Gracia hal-hal tersebut menjadi faktor lain yang perlu dianalisis.

Ia juga mengapresiasi kehadiran Joko Widodo disana terkait dengan tugasnya sebagai presiden G-20 yang akan dilaksanakan di Bali pada November 2022.

"Hal itu merupakan langkah yang baik bagi Joko Widodo dalam mencoba meredakan eskalasi kelangkaan pangan dan pupuk. Namun, misi tersebut tidak menentukan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan ekspor dan impor yang lebih besar, ataupun menentukan tidak akan ada lagi sanksi ekonomi dari negara-negara barat. Ketegangan masih cukup tinggi di dalam G20 itu sendiri," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan TI AAYG Naoufal Oulda, menyoroti fokus bagaimana negara harus merancang strategi dalam menghadapi masalah ekonomi.

Perang, menurutnya, telah menyebabkan negara-negara mengalami inflasi setelah melonjaknya harga energi.

“Gas alam sekitar 25 persen dari sumber energi global. Jadi, harga energi menjadi mahal karena banyak impor dari Rusia dan Ukraina. Sanksi ekspor gas dari Rusia disebut juga sanksi ekonomi ke negara lain, terutama di negara-negara Asia. Itu akan membatasi dinamika ekonomi di semua negara,” katanya.

Oulda juga menuntut pemerintah mendorong pertanian lokal dan energi terbarukan seperti energi matahari dan angin dalam rangka mengurangi ketergantungan pada pasokan Rusia dan Ukraina.

“Kita juga harus memiliki otonomi di sektor pertanian. Kami mendorong pemerintah dan organisasi untuk mendukung mereka, terutama kaum muda, dalam mewujudkan ide-ide dengan mendorong start-up dan perusahaan kecil dalam perspektif youth collaboration," katanya.

Lebih lanjut, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan AAYG Mohammad Zaman Bajwa yang bertindak sebagai pembicara kedua menyoroti bagaimana konflik Rusia-Ukraina berdampak pada impor dan eksport negara, mengingat sebagian besar ekonomi Asia dan Afrika bergantung pada energi impor dari Ukraina dan Rusia.

“Pada tahun 2021, Kenya mengimpor 30 persen dari konsumsi gandumnya dari Ukraina. Kamerun mengimpor 44 persen pupuk dari Rusia. Ghana 60 persen produksi besinya berasal dari Ukraina dan Rusia,” katanya.

Dia menegaskan bahwa ketergantungan impor dapat memperlambat proyek pembangunan akibat kenaikan harga komoditas dan melanjutkan penjelasan.

“Jika mereka tidak mampu membeli barang, semua negara akan mengekspor barang-barang ini. Ketika negara ini tidak akan mengekspor, ekonomi yang lebih lemah harus bisa memfasilitasi orang. Dalam hal ini, mereka akan mendapatkan pajak yang rendah. Mereka tidak akan menghabiskan uang untuk pembangunan," katanya.

Untuk itu, ia menegaskan situasi ini harus dihentikan karena tidak hanya berdampak pada ekonomi global semata.

"Terpenting adalah tekad para pemimpin global, seperti Jokowi yang mengambil tanggung jawab untuk mencoba menengahi antara dua kekuatan,” katanya.

Kepsyen foto: Pemuda Asia Afrika atau Asian African Youth Government (AAYG) menggelar webinar Internasional dengan tema Dampak Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Asia-Afrika, Senin (4/7/2022). (Istimewa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas