Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gazprom Rusia Berhenti Pasok Gas ke Jerman Hingga 21 Juli

Raksasa migas Rusia Gazprom menghentikan pasokan gas ke Jerman via Nord Stream hingga 21 Juli untuk alasan perbaikan dan pemeliharaan.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Gazprom Rusia Berhenti Pasok Gas ke Jerman Hingga 21 Juli
Natalia KOLESNIKOVA / AFP
Pabrik dan kilang minyak Moskow milik produsen minyak Rusia Gazprom Neft di pinggiran tenggara Moskow pada 28 April 2022. 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Pengiriman gas Rusia ke Jerman melalui pipa Nord Stream telah dihentikan pada Senin (11/7/2022) pukul 04.00 pagi waktu Moskow.

Informasi ini sesuai data yang disampaikan operator pipa, Nord Stream AG. Kedua rangkaian pipa gas ke Eropa ini dihentikan untuk alasan pekerjaan pemeliharaan.

Termasuk pengujian komponen mekanis dan sistem otomasi. Pemeliharaan diharapkan berlangsung antara 11 dan 21 Juli.

Sebelumnya, perusahaan Rusia Gazprom harus secara signifikan mengurangi pasokan gas Nord Stream 1 karena penundaan pekerjaan pemeliharaan turbin oleh perusahaan Jerman dan Kanada.

Baca juga: Balas Aksi Barat, Gazprom Usul Penggunaan Rubel Diperluas ke Jual-beli LNG

Baca juga: Gazprom Rusia Potong Aliran Gas di Nord Stream 1, Jerman Sebut Harga Bahan Bakar Bisa Naik

Baca juga: Warga Uni Eropa Bersiap Hidup Tanpa Pasokan Gas Rusia dan Lonjakan Inflasi

Ini memaksa orang Eropa untuk memanfaatkan volume gas yang biasanya disediakan untuk musim dingin, dengan beberapa negara mempertimbangkan untuk kembali ke produksi batu bara.

Moskow berulang kali memperingatkan penundaan lebih lanjut dapat menyebabkan penghentian total aliran gas yang dipasok melalui pipa.

Negara-negara di Eropa telah menderita dari meroketnya harga gas selama beberapa bulan terakhir, karena krisis bahan bakar yang disebabkan oleh sanksi terhadap Rusia.

Berita Rekomendasi

Menurut otoritas Jerman, fasilitas penyimpanan gas nasional saat ini 61 persen terisi, lebih rendah dari biasanya menghadapi musim dingin.

Negara ini hanya memiliki cadangan gas yang cukup untuk dua bulan jika pengiriman dari Rusia dihentikan.

Bulan lalu, raksasa energi Rusia memangkas volume gas yang dikirim ke Jerman melalui pipa sebesar 60 persen karena tantangan operasional, yang disebabkan kegagalan mengembalikan turbin dari Kanada.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck berpendapat itu adalah “keputusan politik.” Jerman merencanakan menyiapkan “fasilitas pemanas” musim dingin jika terjadi kekurangan gas

Dalam beberapa tahun terakhir, kekurangan pasokan terkait pemeliharaan melalui Nord Stream dikompensasi oleh peningkatan arus melalui Ukraina atau Polandia.

Namun, berbagai pejabat dan perwakilan industri mengatakan kepada Financial Times mereka khawatir Rusia akan meninggalkan benua itu dan menghadapi kekurangan gas.

Nord Stream AG, yang mayoritas sahamnya dimiliki Gazprom, menegaskan informasi pemeliharaan diungkapkan dengan tepat sesuai Peraturan Uni Eropa tentang Integritas dan Transparansi Pasar Energi Grosir.

“Jadwal kegiatan pemeliharaan telah dikoordinasikan secara erat dengan mitra hulu dan hilir Nord Stream,” tambahnya.

Tabloid Jerman Bild melaporkan pada Minggu kekurangan gas dan meroketnya biaya pemanas mungkin membuat banyak orang Jerman tak mampu membayar tagihan alat pemanas mereka di  musim dingin ini.

Asosiasi kota di Jerman menyarankan untuk menyediakan tempat "pemanasan" publik sebagai gantinya. . Beberapa kota di Jerman telah menjalankan rencana seperti itu.

Kota Ludwigshafen di Jerman barat akan mengubah arena Friedrich-Ebert-Halle menjadi aula pemanasan raksasa.

Wali Kota Jutta Steinruck mengonfirmasi program antisipasi itu. Fasilitas yang dulunya menjadi tuan rumah acara olahraga, pameran dan konser serta berfungsi sebagai pusat vaksinasi selama pandemi Covid-19 kini berpotensi menyelamatkan orang dari suhu musim dingin yang membekukan.

“Kami sedang mempersiapkan semua skenario darurat untuk musim gugur dan musim dingin,” kata wali kota kepada Bild.

Langkah itu diambil ketika Asosiasi Kota dan Kota menyerukan praktik serupa untuk diadopsi oleh kota-kota di seluruh Jerman.

"Tidak ada yang bisa mengatakan dengan tepat seberapa dramatis perkembangannya," kata Kepala Asosiasi, Gerd Landsberg kepada Bild.

Ia menambahkan orang harus mempertimbangkan untuk membangun "pulau panas" dan "kamar hangat, di mana orang dapat tinggal, bahkan selama musim dingin yang sangat dingin. ”

Menurut Bild, Jerman mungkin tidak hanya mengalami kenaikan harga di musim dingin mendatang, tetapi juga menghadapi kekurangan pasokan energi yang akut jika Rusia menghentikan pasokan gasnya sepenuhnya karena alasan apa pun.

Awal pekan ini, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow menjamin pasokan energi yang dapat diandalkan untuk Eropa, menambahkan pelanggan Eropa tidak akan lagi melihat tagihan utilitas "di luar skala".

Kota-kota Jerman barat Neustadt, Frankenthal dan Landau juga telah merencanakan untuk membuat "pulau panas" sendiri untuk musim dingin.

Strategi hemat energi lainnya melibatkan mematikan pencahayaan eksternal untuk bangunan umum dan lampu lalu lintas di malam hari.

Kota Dusseldorf berencana untuk mengurangi suhu pemanasan untuk musim gugur dan musim dingin untuk menghemat energi.

Penggunaan AC di musim panas juga harus dikurangi. Bulan lalu perusahaan gas Rusia Gazprom mengurangi aliran melalui pipa Nord Stream hingga 40 persen dari kapasitas.

Alasannya risiko operasional setelah Kanada tidak mengembalikan turbin pipa yang dikirim ke sana untuk pemeliharaan.

Ottawa mengatakan pada Sabtu akan mengembalikan turbin ke Jerman, mengikuti permintaan Berlin.

Moskow sebelumnya mengatakan bahwa pasokan gas ke Eropa akan meningkat jika turbin dikembalikan.

Namun, pada 11 Juli, Gazprom akan menutup Nord Stream selama 10 hari untuk pemeliharaan terjadwal. Selama waktu itu, semua aliran gas melalui pipa akan berhenti.

Perkembangan itu terjadi di tengah upaya UE untuk mengurangi ketergantungan blok tersebut pada energi Rusia di tengah kebuntuan atas aksi militer Moskow di Ukraina.(Tribunnews.com/RT/Sputniknews/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas