Rudal ‘Setan 2’ Siap Tes Kedua dan Produksi Massal, Disebut Senjata Berhulu Ledak Nuklir Terkuat
Ancaman bagi negara-negara Barat, rudal balistik antarbenua (ICBM) berkemampuan nuklir Sarmat yang baru sedang dipersiapkan
Editor: Hendra Gunawan
Hal ini membuat beberapa pengamat khawatir pada saat ketegangan meningkat yang bisa meningkatkan prospek konfrontasi nuklir dengan Barat.
"Pengerahan itu akan dilakukan sebagai bagian dari pembangunan militer Rusia yang lebih besar," kata Putin.
Dia menyebut pasukan telah mulai menerima sistem pertahanan udara dan rudal S-500 yang tidak ada tandingannya di dunia.
Rusia telah memperbaiki sistem pertahanan udaranya dengan S-500, yang dapat dengan cepat dikerahkan dan dapat mencegat pesawat jarak jauh, rudal hipersonik, dan ICBM.
Baca juga: Rudal Rusia Hantam Wilayah Odesa, 18 Orang Tewas, Termasuk Anak-anak
“Kami akan terus mengembangkan dan memperkuat angkatan bersenjata kami, dengan mempertimbangkan potensi ancaman dan risiko militer,” kata Putin.
Putin pun memuji pasukan Rusia yang bertempur di Ukraina karena bertindak dengan keberanian, profesionalisme, seperti pahlawan sejati.
Moskow menjuluki invasi itu sebagai "operasi militer khusus" yang dimaksudkan untuk "membebaskan" wilayah Donbas timur Ukraina.
Sementara para pejabat Barat sebelumnya mengatakan, pengenalan rudal balistik Sarmat yang akan dikerahkan pada akhir tahun menjadi tantangan besar bagi keamanan.
Rudal tersebut, yang telah dikembangkan oleh Rusia selama bertahun-tahun, memiliki muatan besar dan jangkauan ekstrem, sehingga kemungkinan besar dapat melewati sebagian besar sistem pertahanan radar dan rudal.
Presiden Rusia sebelumnya memuji rudal Sarmat sebagai “senjata yang benar-benar unik” yang akan menjamin keamanan negaranya dari “ancaman” eksternal.
Pentagon sempat remehkan pentingnya uji coba Sarmat
Pada April, juru bicara Pentagon saat itu John Kirby meremehkan pentingnya uji coba rudal tersebut.
Ia mengatakan Moskow memberi tahu dengan benar Washington sebelumnya, seperti yang wajib dilakukan berdasarkan Perjanjian START Baru 2011, yang membatasi senjata nuklir kedua negara.
"Pengujian itu rutin dan itu tidak mengejutkan," kata Kirby kepada wartawan.