Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rusia Ancam Penjarakan Tentara yang Menolak Berperang di Ukraina

Tentara kontrak Rusia yang menolak bertempur di Ukraina mengatakan, komandan militer mereka tidak mengizinkan mereka kembali ke rumah

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Rusia Ancam Penjarakan Tentara yang Menolak Berperang di Ukraina
ALEXANDER NEMENOV / AFP
Tentara Rusia berjalan di sepanjang jalan di Mariupol pada 12 April 2022. Tentara kontrak Rusia yang menolak bertempur di Ukraina mengatakan, komandan militer mereka tidak mengizinkan mereka kembali ke rumah dan mengancam mereka agar kembali ke medan perang. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Tentara kontrak Rusia yang menolak bertempur di Ukraina mengatakan, komandan militer mereka tidak mengizinkan mereka kembali ke rumah dan mengancam mereka agar kembali ke medan perang.

Sekelompok prajurit Brigade Serangan Udara Pengawal ke-11, sebuah unit militer dari Republik Siberia Buryatia yang ditempatkan di Ukraina sejak invasi Rusia dimulai, mengajukan pengunduran diri mereka awal bulan ini. Namun permintaan tersebut mendapat perlawanan dari otoritas militer Rusia.

“Awalnya ada 78 (penentang), tetapi setelah beberapa putaran pemaksaan, komando militer berhasil mengurangi jumlah itu,” kata salah satu pendiri organisasi anti-perang Free Buryati Foundation, Vladimir Budaev, yang dikutip dari The Moscow Time, Minggu (24/7/2022).

Baca juga: Ukraina Minta Bantuan Warganya Tunjukkan Lokasi Pasukan Rusia

Berdasarkan video imbauan yang disebarkan oleh Free Buryatia Foundation, seorang ibu dari salah satu tentara, Oksana Plusnina mengatakan setelah menolak untuk menerima permintaan pengunduran diri, komandan brigade membagi para penentang menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok tersebut terdiri dari delapan dan sepuluh orang serta mengirim mereka ke fasilitas penahanan khusus di kota Luhansk, yang terletak di Ukraina timur dan saat ini diduduki Rusia.

Plusnina menambahkan, para tentara tidak memiliki surat identitas, yang diambil oleh komandan brigade dengan alasan untuk melindungi mereka jika sewaktu-waktu ditangkap pasukan Ukraina. Para prajurit juga tidak diizinkan menggunakan ponsel dan sarana lain untuk menghubungi keluarga atau pengacara mereka.

Sebelum ditahan, putra Plusnina, Ilya Kaminsky, mengatakan kepada saluran televisi berbahasa Rusia, TV Current Time, bahwa sekelompok rekan prajuritnya yang menolak berperang di Ukraina dikunci di garasi dan diberi makan bubur sekali sehari sebelum dikirim ke pusat penahanan.

Dalam wawancara tersebut, Kaminsky juga menyediakan rekaman audio percakapan tentara dengan komandan brigade Letnan Kolonel Agafonov yang mencoba membujuk mereka untuk membatalkan pengunduran diri mereka. Current Time TV menyensor kata-kata kasar Agafonov saat menayangkan rekaman suara tersebut.

BERITA REKOMENDASI

"Delapan orang sudah (pergi ke Luhansk) dan sekarang mereka benar-benar ingin kembali ke medan perang. Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan atau katakan kepada mereka," kata Agafonov dalam rekaman yang ditayangkan oleh Current Time TV.

Baca juga: Eropa Beri Izin Perusahaan Energi Rusia Untuk Ekspor Gas Dengan Negara Ketiga

Kaminsky yang mengaku telah menulis sekitar 20 permohonan pemecatan dari militer, tiba-tiba tidak dapat dihubungi setelah melakukan wawancara dengan Current Time TV.

"Kami tidak dapat berbicara dengannya atau melacak di mana dia berada sekarang atau apa yang terjadi padanya," kata Plusnina dalam video yang diposting pekan lalu.

Plusnina juga mengungkapkan, komandan brigade mengancam akan mengumpulkan semua penentang dan mengirim mereka ke garis depan, sebagai upaya untuk membalikkan keputusan mereka meninggalkan medan perang.

“Ini sepenuhnya ilegal, karena pemutusan kontrak dengan tentara Rusia adalah prosedur yang sah. Mereka adalah orang-orang yang dipekerjakan (oleh negara) yang dapat (secara sah) menolak untuk mengikuti perintah kapan pun," kata Budaev dari organisasi Free Buryatia Foundation.

Pada minggu lalu, Free Buryatia Foundation mengumumkan sekitar 150 tentara dari republik Siberia menolak ditempatkan di Ukraina.

Baca juga: Baru Sehari Rusia-Ukraina Raih Kesepakatan Ekspor Gandum, Kota Pelabuhan Odesa Justru Dihantam Rudal

Kisah para tentara tersebut menjadi sorotan pada bulan Juni lalu, saat istri-istri mereka merekam video banding yang mengatakan suami mereka tidak pulang walaupun kontrak telah berakhir.

Budaev mengatakan, kemungkinan para tentara tersebut masih ditahan dan diisolasi di Luhansk.

“Sejauh yang kami tahu mereka masih ditahan dan diisolasi di suatu tempat dekat Luhansk,” kata Budaev.  

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas